46

1096 Kata

Nayla yang Terbangun, Tapi Tak Lagi Sama. Nafasnya tersengal. Tubuhnya bergetar. Nayla membuka mata perlahan. Cahaya putih menyilaukan pandangannya, suara alat medis berdenging di telinganya. Dadanya terasa sesak. Ada sesuatu yang menghimpit perasaannya. Lalu, ia melihatnya. Utama. Suaminya duduk di sampingnya, memegang tangannya dengan erat. Wajahnya penuh kelelahan, matanya sembab. Begitu menyadari Nayla terjaga, Utama langsung mendekat. “Nayla…” suaranya serak, penuh dengan kelegaan yang hampir membuatnya menangis. “Sayang, aku di sini.” Tapi Nayla tidak merespon. Matanya kosong. Bibirnya bergetar, tapi tak ada kata yang keluar. Ia masih bisa merasakan tangannya didorong. Masih bisa mendengar suara Zia yang tertawa sebelum mereka jatuh. Masih bisa merasakan ketakutan saat t

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN