Suara decapan bibir yang berpadu menggema di ruangan kamar kami. Diguyur oleh minimnya cahaya matahari yang mengintip malu-malu lewat tirai jendela. Dadaku sesak oleh gairah, seseorang sedang berada di atas tubuhku. Berusaha menyalurkan nafsu yang terus membakar tubuh kami, menarik kami berdua bagai magnet. Jemariku tidak henti-hentinya menjamah setiap inci tubuh kekasihku, begitu pun dengannya. Bagai sengatan listrik ketika kulit kami bersentuhan. Anehnya, kami menginginkan itu lagi dan lagi. "Sebaiknya kulakukan sekarang atau nanti?" tanyaku pada Jasmine dengan suara serak, redup dalam gairah. Dia mengangkat bibirnya dari dadaku, menatapku dalam sorot nafsu yang membara di dalam maniknya. "Aku tidak bisa menundanya lagi," katanya, suaranya juga bagai cambuk semangat kala mendobrak