bc

Kecanduan Cinta Terlarang

book_age18+
116
IKUTI
2.5K
BACA
billionaire
love-triangle
family
love after marriage
forced
opposites attract
second chance
arranged marriage
dominant
single mother
heir/heiress
drama
bxg
office/work place
addiction
assistant
like
intro-logo
Uraian

Bagaimana jika ternyata calon suami dari adikmu adalah mantan kekasihmu? Ya itu terjadi pada Aura. Setelah meninggalkan Barra 7 tahun lalu, mereka bertemu lagi di acara lamaran sang adik.

Pernikahan Aura yang diujung tanduk membuatnya pulang ke rumah ibunya dan tinggal dekat dengan Barra juga Leona, di sana dia kembali berteman dengan Barra, pertemanan yang dibumbui cinta yang dalam yang tak seharusnya mereka lakukan.

Dan sialnya mereka terlambat untuk menyadari bahwa mereka tak bisa dipisahkan dan cinta terlarang mereka justru semakin hari semakin kuat!

Warning, mature content 21+ harap bijaksana dalam membaca.

chap-preview
Pratinjau gratis
1. Permulaan Kisah
Iringan calon besan sudah mulai memasuki pelataran rumah yang berada di sebuah perumahan sederhana. Sang pria memakai baju batik bernuansa navy dengan celana hitam, membawa bucket bunga yang tampak indah, di sisinya ada kedua orang tua yang tampak berwibawa. Sementara di belakang ada beberapa orang yang membawa hantaran khas untuk lamaran hari ini. Wanita muda yang memakai baju kebaya dengan rok senada dengan batik sang pria menyambutnya, senyum merekah di bibirnya. Wajahnya tampak cantik dengan make up yang paripurna. Sementara di sebelahnya ada sang kakak yang usianya berbeda 7 tahun darinya. Rambutnya disanggul sederhana, wajahnya tirus dan matanya tak tampak bercahaya. Sesekali dia menutupi tangannya yang lebam, bibir pun memaksakan senyum. Namun ... senyum itu perlahan memudar melihat sosok pria yang akan menikahi adiknya, dia sangat mengenalnya, mereka bahkan pernah melakukan banyak hal dulu. “Barra?” desis wanita bernama Aura itu. “Iya, kak namanya Barra, kan kakak sudah diberi tahu namanya?” bisik Leona, sang adik. Aura menoleh pada adiknya yang tampak sumringah. Seorang anak kecil berusia lima tahun berlarian dan memeluknya, Zoya sang putri yang tersenyum jahil menarik rok tantenya itu. Dunia memang sempit! Tapi untuk sekarang bukan hanya sempit melainkan rapat! Begitu rapat ketika mantan kekasihnya menjadi adik iparnya. Apakah Aura siap melihat pernikahan cinta pertamanya? Lelaki yang dulu diimpikan menjadi suaminya, kini akan menikahi adiknya. Sementara Barra di seberang sana pun tak kalah terkejut dengan Aura, sentakan kecil dari ibunya membuyarkan lamunannya, senyumnya telah hilang sejak melihat sosok pendamping calon istrinya, apakah Aura yang diceritakan Leona selama ini adalah ‘Rara-nya’ ... cintanya di masa lalu? *** Tujuh tahun lalu ... Aura Fabella, usianya tahun ini menginjak 25 tahun, bekerja di sebuah perusahaan teknologi ternama sebagai salah satu staf. Sejak kuliah dia sudah berpacaran dengan Barra Dewantara. Hubungan mereka sudah menginjak tahun ke lima. Jarak kantor mereka berdua tak terlalu jauh sehingga Barra sering mengantar Aura pulang. Mereka jelas seusia. Pria muda itu tengah menapaki karir di perusahaan manufakturing yang memiliki berbagai cabang di beberapa negara. Seperti biasanya, setiap pulang kerja mereka akan makan malam bersama karena Aura yang masih tinggal bersama ayah kandung dan ibu sambungnya itu selalu merasa tak nyaman berada di rumah. Sejak SMP, kedua orang tuanya telah pisah. Aura tinggal bersama ayahnya, sementara Leona sang adik tinggal bersama ibunya. Mereka memang jarang sekali bertemu dan hanya sesekali mengirim kabar karena Leona yang berada di luar kota sementara Aura tinggal di ibu kota. Mereka berdua makan malam di warung makan pecel ayam favorit mereka, bahkan sang pemilik sudah mengenal mereka berdua sebagai sepasang kekasih. “Mas Barra pesan lele kremes dan Mbak Aura pasti paha ayam,” tutur penjaja warung tersebut. “Betul sekali padeh,” jawab Aura. “Hapal banget ya,” kekeh Barra. Keduanya saling tatap dan tertawa, sementara sang penjual menyiapkan makanan yang dipesan keduanya. “Sayang,” panggil Aura pada Barra yang tampak memainkan ponselnya, berkirim pesan dengan rekan kerja tentang hal yang penting. “Sebentar ya, Sayang,” jawab Barra, sesekali tangannya mengusap kepala Aura dengan lembut. Aura memilih berbincang dengan sang pemilik warung makan tenda itu sampai makanan mereka berdua tiba dan Barra melepaskan ponselnya. “Mau ngomong apa tadi?” tanya Barra dengan suara lembut. Sang penjual mempersilakan mereka makan berdua dan memilih pergi ke belakang tenda untuk mencuci piring kotor. Aura menoleh pada Barra, “kita ... kapan nikah?” tanya Aura. “Kamu selalu bahas itu? Sudah ngebet?” kekeh Barra. “Aku serius Sayang, kita sudah pacaran lima tahun, bahkan ... pertama kalinya kita melakukan itu sama-sama. Kamu bilang akan tanggung jawab?” rutuk Aura. Barra tersenyum lembut pada kekasihnya, “kamu tahu kan aku cinta banget sama kamu Rara? Tapi aku belum bisa nikah sekarang, tabunganku masih sedikit, aku mau menikah setelah punya rumah, setelah kita mapan secara finansial, agar anak-anak kita enggak susah,” tuturnya dengan suara yang sangat lembut. “Tapi sayang, usia kita? Enggak, maksudnya usiaku. Dua lima bagi wanita itu sudah waktu yang pas untuk menikah. Aku enggak apa-apa ngontrak, kita bisa menunda momongan sampai mapan, dan kamu kan tahu aku sudah enggak betah tinggal bersama ibu tiri,” cicit Aura. “Sabar ya,” ujar Barra, “kita pasti nikah tapi enggak sekarang, aku belum siap.” “Terus kapan?” “Tiga tahun lagi, bagaimana?” “Enggak bisa.” “Rara, Sayang,” panggil Barra. Aura menahan tangisnya, “kamu bohong kan? bilang cinta sama aku, padahal kamu memang enggak pernah berniat menikahiku?” “Sabar, Sayang. Aku pasti nikahin kamu, aku sayang banget sama kamu, tapi beneran enggak bisa dalam waktu dekat.” Aura mencuci tangan dengan air yang disediakan di mangkuk kecil, padahal dia baru makan dua suap. “Kalau gitu aku mau menikah dengan laki-laki yang siap saja.” “Siapa?” tanya Barra sedikit meninggikan suaranya. “Bosku, dia ngajak aku nikah tadi di kantor.” “Sayang, kok ngomong gitu?” ujar Barra kembali merendahkan suaranya. “Kita putus aja, kamu padahal tahu banget seberapa aku enggak betah tinggal bersama orang tuaku. Kamu tahu seberapa sering aku menangis karena ibu tiri dan adik tiriku, kamu juga sangat paham kalau aku pengen banget keluar dari rumah itu tapi enggak bisa karena ayah belum kasih izin untuk pergi kecuali aku menikah.” Aura mengambil tasnya dan meninggalkan Barra. Pria itu sempat freeze beberapa detik hingga dia menyadari jika dia salah langkah dia akan benar-benar kehilangan Aura, wanita yang sangat dicintainya. Barra meninggalkan warung tenda itu setelah meletakkan uang untuk membayar, diambil tas gendongnya dan mengejar Aura. Namun, wanita itu tak terlihat di mana pun hingga Barra menyadari sosok perempuan yang masuk mobil itu adalah Aura. Lampu di dalam mobil masih menyala, Barra bisa melihat Aura bersama seorang pria yang merupakan atasannya di tempat kerja. Barra mengejar dengan sepeda motornya, namun mobil itu memasuki pintu tol. Dan ketika Barra tiba di rumah Aura, dia melihat wanita itu yang diantar oleh atasannya yang langsung berbincang dengan ayah Aura. Setelah itu panggilan Barra selalu ditolak Aura bahkan nomornya diblokir, dan ketika Barra yakin akan menikahi Aura, semua sudah terlambat. Aura sudah bertunangan dengan lelaki bernama Tharik itu. bahkan ... mereka akan menikah sebulan lagi. Sungguh Barra berlarut dalam penyesalan, orang tua Barra pun menyayangi sikap Barra, padahal mereka cukup menyukai Aura. Setelah itu Barra benar-benar merasa hancur melihat kekasihnya menikah, dia pun memilih menghilang. Ya Barra meminta mutasi ke Jepang dan selama lima tahun dia tinggal di Jepang. Hingga dua tahun lalu dia kembali ke Indonesia dan bertemu klien dari perusahaannya yang merupakan perusahaan tempat kerja Leona. Dia mulai dekat dengan Leona karena melihat wajahnya. Ya, entah mengapa dia merasa mata Leona mirip dengan Aura? Senyumnya dan caranya berjalan, hanya saja tinggi mereka berbeda. Leona lebih tinggi beberapa senti dari Aura. Mungkin Leona tak sadar bahwa Barra mencintainya karena melihat sosok Aura dalam dirinya. Kembali ke masa kini. Barra merasa ingin memutar kembali tubuhnya, dia tak bisa berhadapan dengan wanita yang pernah menghancurkan hatinya, ketika Aura dan Leona berdiri berdua, barulah Barra menyadari bahwa mereka adalah saudara. “Mas,” sapa Leona setelah menyalami kedua orang tua Barra. “Leona,” cicit Barra meski matanya tak lepas memandang Aura yang menggendong putrinya yang cantik. “Ini kakakku Aura,” ucap Leona, “dia datang jauh-jauh dari Surabaya untuk melihat pertunangan kita,” kekeh Leona. “H-hai,” sapa Barra. Sama seperti Barra, Aura pun tampak terkejut dan tergagap. Sehingga mereka berpura tidak kenal, lalu ibu Barra menyadari sesuatu, dia menunduk dan mengambil sikap seperti Barra berpura tidak saling kenal. “Ini anaknya?” tanya Barra. “Iya, namanya Zoya,” ucap Aura. Barra masih ingat nama itu, nama yang harusnya disematkan pada anak mereka, Aura sangat menyukai nama Zoya. “Cantik,” ucap Barra. “Lho kok berdiri di depan semua, ayo suruh masuk,” tutur Hanum, ibu kandung Leona dan Aura, mempersilakan tamunya masuk. Leona mengamit tangan Barra, sementara Aura mengekor di belakang, ibu Barra memegang tangan Aura dan sedikit menariknya, “apa kabar, sayang?” sapa Soffa setengah berbisik. “Baik ibu, tapi ... tolong rahasiakan?” balas Aura. Soffa menyeka sudut matanya yang berair dan mengangguk, “putri kamu cantik banget,” ucapnya. “Terima kasih,” ucap Aura menahan sesak di dadanya, wanita lembut ini yang harusnya jadi ibu mertuanya, namun semua sudah berlalu, dia mungkin terlalu cepat memutuskan untuk menikah dulu. Acara lamaran berjalan lancar, Aura memilih untuk pergi ke luar. Ternyata dia masih tidak sanggup melihat pria itu, pria yang masih sering singgah di mimpinya, terutama ketika kehidupannya terasa begitu menyesakkan. Ketika Aura duduk di belakang, Zoya berlari sambil menangis dan diikuti pria matang yang merupakan ayahnya. “Zoya kenapa Mas?” tanya Aura pada suaminya, Tharik! Pria itu berwajah masam, tubuhnya cukup tinggi, perutnya membuncit karena tak pernah berolahraga, “urus sendiri anak kamu, dari tadi minta ini itu!” selorohnya. “Mas kan tahu aku capek bantu urus pertunangan?” ujar Aura menggendong Zoya. Setelah menikah memang Aura berhenti kerja dan memutuskan menjadi ibu rumah tangga, lagi pula gaji Tharik jauh lebih dari dari cukup untuk kebutuhan mereka. “Memangnya kamu pikir kamu doang yang capek? Aku juga capek Aura, aku sudah kerja setiap hari, niat berlibur, malah kamu ajak ke sini dan jadi pengasuh Zoya aja!” “Mas, ini kan anak kamu juga,” ucap Aura. “Ya, tapi kan kewajiban kamu mengurusnya, kamu juga enggak kerja cari uang, cuma bisa hamburin uang suami aja, disuruh jagain anak aja pakai minta bantuan,” cerca Tharik sambil mengambil rokoknya dan menyalakan api untuk membakar ujungnya, lalu dia melihat ponsel karena ada panggilan yang masuk, dia menerimanya sambil meninggalkan istri dan putrinya. Di kejauhan dia menatap istrinya yang tampak semakin kurus, benar-benar tak menggairahkan. Aura menggendong putrinya yang rewel, “ya cinta, sabar ya besok aku datang,” ucap Tharik pada seorang di seberang telepon yang merupakan selingkuhannya! Sang LC bertubuh seksi! ***

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
23.0K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
231.0K
bc

TERNODA

read
195.2K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
154.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
182.9K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
20.1K
bc

My Secret Little Wife

read
129.3K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook