Leona terus saja mengeluh ketika menyiapkan perhiasan permintaan ibu sambungnya itu, juga pakaian seragam yang akan dikenakan keluarga. Aura mencoba memberi pengertian, namun dia tetap saja misuh-misuh. Ketika mereka berkendara berdua menuju rumah ibu sambungnya, Leona memalingkan tubuhnya saat mengetuk pintu, di tangannya sudah ada paper bag berisi barang-barang yang diminta ibu sambungnya. “Yang ikhlas,” bisik Aura. Leona mendengus sebal. Pintu dibuka, muncullah seorang wanita paruh baya memakai daster, kaca matanya tampak melorot dan dia membetulkannya. “Kalian. Masuk,” ujarnya dingin. Aura menyalami ibu sambungnya itu sementara Leona tampak enggan hingga Aura mencubitnya kecil. “Ish,” desis Leona yang kemudian ikut mencium punggung tangan ibu sambungnya. Aura dan Leona dipersilakan