Setelah terpejam beberapa jam dalam tidur nyenyaknya, Cinta membuka mata perlahan meski tanpa alarm jam weker yang menjerit seperti biasanya. Mungkin karena rasa sungkan dan malu jika sampai bangun kesiangan secara otomatis syaraf di tubuh Cinta membentuk sistem pengingat tersendiri yang membangunkannya di jam yang sama setiap paginya. Cinta mengerjapkan sekali lagi matanya yang baru terbuka. Pandangannya tak salah, satu wajah tampan dengan mata masih terpejam berada tepat di depannya. Cinta yang sempat terkejut memutar ingatan sejenak bagaimana bisa dia berada di kamar ini sekaligus bersama pemiliknya. Lebih tepatnya satu ranjang berdua meski dirinya yakin tak terjadi apa-apa di antara mereka. Tak ada yang berubah dia rasa dari anggota tubuhnya, pakaian pun masih tetap utuh meski telah