Seline tidak percaya dengan apa yang dia lihat dan dengar. Zain benar-benar serius dengan perkataannya bahkan membawa cincin. “Masalah keluarga, saya bisa membawa mereka kesini secepatnya sesuai yang Nenek inginkan. Harapan saya bisa menikah dengan Seline secepatnya.” Nenek menoleh pada Seline yang sama terkejutnya, bahkan mulutnya terbuka. “Nak Zain, ini benar ‘kan?” “Saya tidak pernah seserius ini, Nek. Saya ingin mempersunting Seline sebagai istri saya.” “Kalau Nenek sendiri, terserah bagaimana Seline. Nenek dukung apapun keputusan cucu Nenek ini.” Seline semakin khawatir ketika kedua pasang mata itu menatap padanya. Napasnya terasa pendek-pendek ketika Zain menuntut jawaban lewat pandangan tersebut. “Seline?” tanya Zain. “Kamu mau ‘kan?” “Um….., Pak… eh Mas…. terima kasih atas l