23-24

2616 Kata

Ibu menyambut kami di teras. Ia memelukku lalu mengajakku menuju kamar karena tak ingin menjadi tontonan beberapa pasien yang duduk di kursi tunggu. “Ini kamarmu,” ucap Ibu sambil terus mengapit tanganku. Aku tersenyum canggung. Kamar ini cukup lebar. Hanya ada sebuah ranjang besar di sudut ruangan, lemari ukuran sedang, meja dan kursi. Di dekat jendela, tirai berumbai motif bunga-bunga menutupi pemandangan luar. “Ibu sudah lama datang?” Ibu duduk di bibir ranjang, mengangguk kecil. Aku mengikutinya duduk. Sikap Ibu yang memilih banyak diam, membuatku semakin canggung saja. “Nduk.” Aku menatapnya. “Lain kali, kalau ada masalah segera diselesaikan, jangan main pergi begitu saja. Ndak baik.” Aku mengangguk pelan. Disaat seperti ini, tiba-tiba aku berharap Aldri segera datang. Berdua

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN