Terus kulambaikan tangan pada mobil yang semakin menjauh, lalu menghilang di tikungan. Aku berpaling saat secara tak sengaja bersitatap dengan Aldri. "Ayo masuk, Mbak." Ajak Lutfi. Di sebelahnya, Ian terus menggenggam tangannya. Mereka tampak begitu mesra. Aku tersenyum kecil, dengan isyarat tangan mempersilakan mereka masuk lebih dulu. Ian mengangguk, digandengnya tangan Lutfi menuju rumah. Sambil melangkah, Ian bersenandung, menyanyikan lagu stink. Suasana tampak mencekam sepeninggal mereka. Aldri terus membisu, sementara aku menghirup udara segar sambil menatap sekitar. Berlama-lama memperhatikan kilau air hujan sisa semalam yang tertinggal di dedaunan terbias sinar matahari pagi. "Apa kalian ada masalah?" tanya Ibu pelan. Bergantian memandangku dan Aldri. Aku mengembuskan napas sa