Jadilah Kekasih ku! (B)

1447 Kata
Tidak usah diladeni. Pria ini memang sengaja usil dan menyulut amarahnya. Clara menatap tidak peduli. Dia memilih duduk dengan tenang sampai pria itu lelah sendiri berbicara. Lucas tentu saja tahu bahwa Clara sengaja mengabaikannya. Tetapi dirinya yang sudah berpengalaman dengan wanita tentu saja punya seribu macam cara agar tidak diacuhkan. "Clara, apa waktu itu kau coba merayuku?" Hah? Clara mendongak, menatap Lucas tidak terima. Enak saja dia difitnah seperti itu. "Tidak" "Lalu apa yang kau lakukan kemarin?" "Bukankah aku sudah bilang, yang ku lakukan itu adalah unsur ketidak sengajaan." mata Clara menyimpit, "Lagipula aku tidak bermaksud mencium mu, kaulah yang mencium ku, tuan Lucas." "Aku juga tidak sengaja." Jawaban Lucas benar-benar menyebalkan. Clara tidak mau berdebat dan termakan konfrontasi pria itu lagi. Tapi dirinya harus segera menyelesaikan semua ini. Menyandarkan tubuhnya ke kursi, ia melipat kedua tangan di d**a. Bertanya penuh spekulasi, "Bukankah anda sendiri yang mencoba merayu ku, tuan Lucas?" Lucas terkekeh. Dia menantangnya ya? Turut menyandarkan punggungnya, ia balas menatap mata dingin Clara, "Kalau iya kenapa?" "Kalau iya lebih baik menyerah, karena aku sama sekali tidak tertarik dengan anda." "Ohh sayang sekali tapi aku tak berniat mundur sekarang." "Anda bukan tipe ku." "Lalu seperti apa tipe yang kau sukai?" Lucas maju menatap tertarik. "Semuanya yang bertolak belakang dengan anda." Sudut bibir Lucas terangkat. Ia lalu terkekeh, "Kau bahkan belum mengenalku lebih jauh. Bagaimana kau tahu seperti apa aku ini?" Clara tersenyum sinis, "Tak perlu mengenal lebih jauh untuk melihat karakter seseorang. Hanya lelaki tengil, hiper aktif, buaya darat, playboy br*ngsek yang merayu banyak wanita, menebar janji dimana - mana dan mengejar wanita begitu gigih padahal sudah ditolak." Clara pikir ucapannya yang begitu keceplosan itu akan menyinggung Lucas dan membuat pria itu bungkam lalu berhenti mendekatinya. Namun reaksi pria itu malah... "Ahh.... Kau memuji ku terlalu dalam Clara." Lucas pura - pura memasang ekspresi kesakitan, namun bibirnya mengukir senyum lebar, "Aku jadi sakit hati. Jadi semakin ingin memiliki mu saja." Hah? Tubuh Clara menegang. Entah kenapa dia merasakan firasat berbahaya. Apa - apa'an dia? Lelaki ini.... Benar - benar sulit diatasi. "Kau tidak suka lelaki agresif, tengil alias hiperaktif rupanya. Aku salah strategi." Lucas bergumam sambil lalu, mengetuk - ngetuk jemari di atas meja berpikir, "Baiklah kalau begitu, aku akan mengubah cara ku." Lucas tiba - tiba menatap Clara. Iris gelapnya berkilat, senyumannya menghilang. Ekspresinya berubah dingin, "Aku akan mendekati mu ala CEO - CEO dingin dan aragon" Lucas berujar, "Jadilah kekasih ku, Clara Abigail! Aku memaksa." **** Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Gadis itu menggigit ujung kukunya gelisah, menatap ponselnya yang sedari tadi tak berdering. 'Kemana Lucas? Bukankah mereka sudah sepakat untuk bertemu malam ini?' Tapi sudah jam segini Lucas bahkan tidak mengirimkannya pesan, ponselnya pun juga tak aktif. Apa Lucas mengingkari janji? Vionna menggeleng. Gadis cantik berambut curly itu menepis pikiran buruknya. Lucas adalah tipe orang yang tepat janji. Ya, mungkin sekarang melihat reputasinya terhadap perempuan - perempuan lain ia tak pernah berjanji atau malah akan ingkar janji. Tetapi tidak dengannya. Vionna tahu bahwa Lucas tak pernah membohonginya. Kemana Lucas? Apa terjadi sesuatu dengannya? Apakah mata - mata Andrew berhasil mengetahui sosok Lucas? Wajah Vionna mendadak pias. Memikirkan bahwa mata - mata yang dikirim suaminya berhasil melacak pria yang menjadi mantan kekasihnya membuat Vionna cemas. 'Tidak, tidak...' Vionna menggeleng. Menepis pikiramnya. Tidak mungkin mereka akan tahu semudah itu. Lucas pun juga pasti akan sangat hati - hati. Apalagi pertengkarannya dengan Andrew kemarin saat dirinya tahu bahwa suaminya mengirim orang untuk membuntutinya benar - benar membuat seluruh emosinya keluar. Andrew, suaminya yang sangat baik dan penurut pasti tidak akan melakukan tindakan itu lagi. Apalagi dia sudah bertekad tidak akan pernah kembali ke apartemen suaminya lagi jika Andrew masih mengirim mata - mata. 'Ohh dimana Lucas?' Ia menyandarkan punggungnya ke sofa. Jantungnya terasa mencelos ketika ia mendapati seorang pria berdiri di ambang pintu rumah orangtuanya. "Andrew, kenapa kamu ke sini?" Pria yang disebut diam sesaat mengamati penampilan istrinya yang terlihat rapi dengan dress mahalnya yang bercorak bunga - bunga sebetis, sepatu heel, rambut panjangnya digerai dan ditata indah serta kalung mutiara melingkar cantik di leher istrinya. Vionna seperti hendak berpergian. "Menjemput mu tentu saja." Jawab Andrew kemudian melangkah masuk lalu duduk di depan Vionna. "Sudah ku bilang hari ini aku menginap di sini." "Ibu mu yang menelpon ku dan menyuruh ku untuk menjemput mu." Vionna menggigit ujung bibir kesal. Baik ayah maupun ibunya selalu saja begini. Tidak membiarkan Vionna melakukan apapun yang ia inginkan. Padahal mereka juga jarang di rumah. Seperti kali ini, mereka sibuk dengan konser adiknya dan membiarkan rumah kosong begitu saja. Kenapa mereka tidak membiarkannya menginap sehari saja di sini? "Aku tidak mau. Aku akan tidur di sini." "Tapi Vionna, ibu mu akan~." "Berhenti menggunakan ibu ku untuk memaksaku kembali ke apartemen." Vionna menatap Andrew dengan tertekan, "Biarkan aku sendiri dulu, Andrew!" "Bukankah dua bulan ini aku sudah membiarkan mu sendiri Vionna?" Andrew menatap sabar. "Jika kau masih marah, aku minta maaf. Aku mengirim orang untuk memata - matai mu hanya ingin kau jujur." Jeda sejenak Andrew menghela nafas perih ketika dirinya mengungkapkan apa yang ada di benaknya. "Rumor itu benarkan? Kau bersama mantan kekasih mu lagi." Jantung Vionna terasa disengat. Ia tak tahu harus menjawab apa karena faktanya itulah yang terjadi. Seberapa tahukah Andrew mengenai mantan kekasihnya itu? Apakah Andrew sudah tahu sosok Lucas? Apa yang harus ia lakukan? Cepat atau lambat semua ini juga pasti akan terungkap. Dia juga tak ingin semuanya berlarut - larut. Dia sudah lelah, bosan dan jengah dengan hidupnya yang seperti ini. Tetapi dirinya tak ingin melibatkan Lucas dalam urusan rumah tangganya, "Bukan." Vionna menggeleng lemah, "Ini tidak ada hubungannya dengan itu. Aku~." "Lalu karena apa?" Andrew memotong ucapan Vionna, "Sikap mu berubah. Kau menghindari ku, mengacuhkan ku, bahkan sekarang kau tak seperti seorang yang sudah menikah Vio. Jika bukan karena laki - laki lain lalu karena apa?" Karena apa? Vionna ikut bertanya - tanya dalam hati. Karena apa sikapnya berubah? Karena apa dia menjadi seperti ini? Bosan dengan pernikahannya. Lalu ketika mendengar bahwa Lucas kembali ke kota ini, dia merasa hatinya tiba - tiba menghangat. Selama ini dirinya juga merasa bersalah pada Lucas lantaran menghianatinya. Mencampakkannya di saat lelaki itu sedang terpuruk. Hingga membuat Lucas menjadi seperti sekarang ini. Tidak percaya cinta, membenci wanita dan mencampakan wanita dengan seenak hati. Dia ingin menyembuhkannya, mengulang kembali cinta itu karena cinta sejatinya adalah Lucas. Semua ini memang karena Lucas. Tetapi faktor utama penyebab rumah tangganya retak bukanlah karenanya. "Aku lelah, Andrew." Vionna menunduk, "Aku lelah dengan semuanya. Orang tua ku selalu mengatur ku. Harus selalu bertindak sesuai kemauan mereka. Harus sempurna, perfects. Aku lelah." "Kau tahu~." Vionna mendongak, menatap Andrew dengan sedih, "Aku selalu merasa bersalah. Aku telah mengkhianati kekasih ku untuk menikah dengan mu, Andrew." Kalimat itu membuat Andrew tersentak kaget. Dia baru mengetahui fakta ini. Jadi Vionna terpaksa menikahinya? "Biarkanlah aku sendiri dulu, Andrew!" Pinta Vionna, kemudian berlalu pergi meninggalkan Andrew yang terpaku di tempat. **** "Jadilah kekasih ku, Clara Abigail! Aku memaksa." Lelaki ini berbahaya. Clara meremat celananya gugup. Lucas ternyata pria yang sulit ditebak. Entah kenapa sikap Lucas yang sekarang ini membuatnya menciut. "Aku sudah punya pacar." Jawab Clara spontan. Lucas mengangkat sebelah alis. Diam sejenak sebelum kemudian tiba - tiba dirinya mengendus - ngendus sesuatu membuat Clara mengerutkan kening akan tingkah aneh pria ini. "Kau tidak mencium aroma ini?" Clara mengernyit, "A~ Aroma apa ?" Clara ikut mengendus tetapi tak menemukan aroma apapun. "Aroma kebohongan, Hahaha." Lucas tertawa jenaka membuat ketegangan Clara hilang dan menatap pria itu jengah. "Aku tidak bohong." "Ooo ya? Sebelumnya aku sudah menyelidiki mu, Clara. Tentu saja aku tahu kau berbohong atau tidak." Lucas bertopang dagu, menatap Clara dengan sorot humor, "Tapi meski kau sudah punya pacar. Aku yakin pacar mu sebentar lagi akan menyingkir." "Maksud anda?" Lucas menyeringai, "Karena dia tidak akan bisa bersaing dengan ku. Haha." Dasar sinting. Clara menggebrak meja. Tidak tahan lagi. "Tuan Lucas, hentikan semua ini. Aku sudah memenuhi janji dan tolong tanda tangani dokumen ini!" "Whuo, whuo.... Jangan marah! Duduklah kembali!" Lucas tersenyum, menatap hangat, "Kau sudah tak tegang lagi rupanya." Ehh.... Clara mengerjap. Perkataan Lucas membuat ia tertegun. "Maafkan aku! Kau ternyata bukan wanita seperti yang aku duga." Lucas membuka dokumen kemudian menandatangi kertas tersebut. "Aku salah mengira." Lucas menatap jam tangannya, "Malam ini aku juga ada janji lain. Kau boleh pergi! Atau mau aku antar Clara?" "Ti... Tidak usah dan terimakasih. Aku pergi sendiri." Jawab Clara sedikit bingung akan sikap Lucas yang mendadak berubah. Ya, Lucas telah mempertimbangkan untuk mencoret Clara dari daftar korbannya. Meski ia adalah pemain wanita, namun dirinya tentu saja memilih seperti apa perempuan - perempuan yang pantas menjadi korbannya. Dan Clara bukan seperti perempuan - perempuan lain yang menempel dan mencari perhatiannya menunggu untuk dihancurkan. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN