50. Ruangan Gelap yang Mencekam

2002 Kata

“Bangun, Mil! Aku tahu, kamu udah bangun! Matamu udah gerak-gerak dari tadi! Jangan manja!” Badan rasanya sakit tak keruan saat pertama kali aku membuka mata. Aku langsung terkesiap begitu melihat Mas Andra sedang duduk di kursi yang jaraknya hanya kisaran dua meter dariku. Dia tersenyum, menyeringai. Sial! Senyumnya masih tampak sama seperti dulu. Seringaian puas itu sering dia tunjukkan ketika merasa berhasil membuatku tak berdaya. Lebih parah lagi saat melihatku sampai terkapar tak memberi perlawanan. Dipikir lagi, laki-laki normal mana yang bangga karena menang atas perempuan? Padahal sudah jelas kalau dari fisik, mereka jauh lebih unggul. Makanya tugas mereka adalah melindungi dan mengayomi, bukan malah sebaliknya. Tapi ini? Mas Andra malah menunjukkan bahwasanya dia berbeda denga

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN