87. SAH

2903 Kata

SAH. Akhirnya, kata itu menggema di aula balai desa yang sudah disulap menjadi ballroom pernikahan. Semua saksi yang hadir mengakatakan kata itu dengan jelas dan lugas. Aku yang menyimak dari ruangan khusus, tidak bisa menahan air mataku. Aku menangis, tetapi hanya sebentar. Aku tidak ingin kena marah tukang make up. Alih-alih tangisan, senyum lega justru jauh lebih mendominasi. Rasa haru tak terelakkan lagi. Terutama Ayah dan Ibu, mereka menangis sampai sesenggukan. Aku tidak yakin apa yang paling membuat mereka sampai seperti itu, tetapi sepertinya mereka lega karena kini aku telah melepas status janda dan kembali menjadi istri orang. Ngomong-ngomong, aula balai desa bukanlah tempat aku melangsungkan pernikahan yang pertama. Sudah pasti aku tidak sudi menggunakan tempat yang sama. Ak

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN