“Kamu kenapa senyum-senyum gitu, Mil?” tanya Mas Rivan saat aku masih merangkum hasil meeting yang baru saja berlangsung. Aku memang masih di ruangannya karena tadi tak dibiarkan keluar. Dia bilang ingin minta hasilnya segera. “Enggak, Mas. Enggak papa, kok.” Aku tersenyum lagi, lalu melanjutkan mengetik. “Kamu memang cantik kalau senyum, tapi kalau senyum terus kaya gitu bikin aku takut, Mil.” Aku berdehem pelan. “Jujur, aku enggak nyangka tadi Mas sampai klarifikasi kaya gitu. Kupikir Mas akan diam aja dan ya udah, biarin semuanya berlalu. Soalnya Mas, kan, enggak dapat pengaruh apa-apa. Imbas terbesar di aku aja.” “Mana mungkin aku biarin kamu dituduh sejahat itu? Itu pasti akan membuatmu kepikiran berkepanjangan. Nanti bisa-bisa jadi down, terus sakit. Selain itu, semua orang juga