Rangga telah kembali dari perjalanannya yang tidak membuahkan hasil. Ia kembali dengan air muka lesu nampak jelas di wajahnya dan siapapun yang bisa melihatnya pasti bisa langsung mengetahui kekecewaan yang tengah dirasakan Rangga. Siapa yang menyangka menjadi penyelidik dalam wujud roh seperti ini benar - benar tidak berguna, pikirnya dengan jengkel.
Saat di taman tadi ia benar - benar tidak tahu harus melakukan apa. Tidak ada yang orang yang bisa ia mintai keterangannya, karena tidak ada orang yang bisa melihatnya sama sekali disana. Bahkan untuk seekor burung pun mengabaikannya. Satu - satunya makhluk hidup yang tidak mengabaikannya selama ia di sana adalah seekor anjing yang dibawa oleh salah satu pengunjung taman itu. Anjing bertubuh kecil itu berjenis Bichon Havanais yang merupakan ras anjing kecil asal Kuba. Bulu halusnya bergelombang dengan variasi warna putih, krem, abu-abu, dan cokelat. Tak tanggung - tanggung, anjing tersebut terus - terusan menggonggong tanpa henti saat Rangga berada disana. Bahkan beberapa kali menghampiri Rangga secara langsung dan menggonggong padanya.
Bagi Rangga sendiri itu bukanlah masalah, sebab ia sudah mengetahui jika pun anjing tersebut menggigitnya, ia tidak akan merasa sakit ataupun terluka. Dan benar saja, anjing tersebut yang sudah memiliki insting bahwa Rangga bukanlah manusia, hanya menyalak terus sepanjang waktu pada Rangga yang malah membuat si pemilik anjing tersebut yang tadinya sedang asyik dengan ponselnya, merasa heran. Mengapa anjing peliharaannya menyalak pada udara kosong. Bahkan gonggongannya yang tidak ada hentinya sebab Rangga masih disana, membuat para pengunjung dan orang lain yang berada di sana ikut terheran - heran pada tingkah anjing tersebut. Banyak dari mereka memiliki pemikiran yang sama soal itu. Mistis. Sebagian dari mereka percaya bahwa beberapa hewan memiliki tingkat kesensitifan yang tinggi, salah satunya adalah anjing. Itu sebabnya tidak sedikit yang menatap heran sekaligus menghindar dari area anjing tersebut menyalak - nyalak. Termasuk pemilik si anjing tersebut. Bahkan ia tidak melewatkan kesempatan itu untuk membuatnya menjadi terkenal dengan memposting video tingkah anjingnya tersebut dan menambahkan kata - kata yang berlebihan untuk menarik perhatian publik.
Saat ia berjalan di koridor rumah sakit, beberapa kali Rangga ditembus oleh dokter - dokter dan perawat yang dengan terburu - buru membawa brankar dengan pasien yang statusnya sudah gawat. Setelah beberapa hari menjadi roh, Rangga sepertinya sudah terbiasa dengan hal itu. Padahal sebelum - sebelumnya, ia selalu menghindar dan menyingkir jika ada manusia yang terus berjalan ke arahnya karena tidak melihat dirinya.
“Eh? Kau sudah kembali?” , tanya Sean yang tiba - tiba keluar dari dinding sebuah ruangan yang berada di sebelah kanan Rangga membuat Rangga terkesiap.
“Kau ini! Hampir saja jantungku lepas!”
“Jantung? Memangnya dimana jantungmu?”
“Disi--” , Rangga meraba d**a sebelah kirinya dan baru menyadari dirinya saat ini hanya berwujud roh. Dan roh tidak memiliki jantung. Hanya tubuh yang memiliki jantung.
Sean tertawa geli karena hal itu.
Rangga memasukkan kedua tangannya ke dalam sakunya bersikap seolah dirinya tidak salah dengan canggung karena malu, “Sudahlah. Ada cerita apa lagi kali ini?” , tanyanya seraya melanjutkan kembali jalannya disusul oleh Sean di sampingnya.
Tidak seperti Sean, Rangga tidak tertarik dengan kisah dan permasalahan orang lain. Tetapi Rangga bersedia untuk menyelam sedalam mungkin jika itu berkaitan dengan dirinya ataupun orang - orang yang ia sayangi.
Sean terkekeh sambil menutup mulutnya sebab tidak ingin terdengar seperti seseorang yang bahagia setelah melihat secara langsung drama salah satu pasien VIP secara langsung di ruangan mereka, “Tadi benar - benar luar biasa! Sayang sekali kau melewatkannya.” , ujar Sean.
Mendengar reaksi Sean yang menyayangkan ketidakhadirannya disana membuat Rangga penasaran, “Memangnya ada apa?”
“Tetapi aku tidak yakin ini akan terdengar lucu atau tidak untukmu. Aku tidak bisa menjaminnya. Satu hal yang pasti, kejadian tadi benar - benar lucu!”
“Baiklah, baiklah, kenapa? Ada apa?” , akhirnya tanya Rangga yang tidak ingin menghabiskan waktunya untuk menebak - nebak sesuatu yang sama sekali ia tidak pahami.
“Kau tahu siapa yang berada di ruangan yang tadi aku kunjungi?” , tanya Sean mencoba memecah - mecah alur kisahnya mulai dari dasarnya.
Rangga menggeleng.
“Orang yang tadi berada di dalam adalah anak dari pemilik saham terbesar rumah sakit ini. Aku yakin kau pasti belum pernah melihatnya.”
Benar saja dugaan Sean, dengan santai Rangga menggeleng begitu saja.
“Aku juga baru pertama kalinya melihat dia disini sih.. Beruntung aku bisa menguping pembicaraan semua orang.”
Rangga berbelok di ujung koridor. Walaupun sebenarnya ia bisa dengan hanya menembusnya saja, sepertinya otaknya masih belum membiasakannya dan memilih untuk bersikap seperti manusia lainnya kecuali saat memasuki suatu ruangan. Sebab ia tidak bisa memegang gagang pintu ataupun mendorong pintu agar terbuka, jadi ia tidak memiliki pilihan lain selain menembusnya. Sementara Sean yang terbiasa mengambil jalan pintas dengan berjalan lurus terus menembus dinding, ikut berbelok hanya karena Rangga-- teman barunya, berbelok dan bukannya menembus dinding.
“Lalu, apa bagian yang membuatmu tertawa seperti tadi?” , tanya Rangga ingin langsung ke intinya.
“Dia sudah menikah dengan wanita yang begitu cantik dan memiliki seorang anak yang sekarang ini duduk di kelas dua sekolah dasar. Setelah semua kekayaannya yang berlimpah, seorang istri yang cantik, dan juga putrinya yang tak kalah cantik seperti ibunya yang adalah seorang model, dia ketahuan berselingkuh dengan wanita lain oleh istrinya sendiri. Dan kau tahu siapa wanita yang menjadi selingkuhannya? Tidak lain adalah salah satu pegawai di perusahaannya.” , jelas Sean berhenti sejenak untuk memikirkan bahwa urutan cerita darinya sudah benar dan tidak ada yang terlewat.
“Yah.. kau tahu, selain rumah sakit, keluarga mereka juga memiliki banyak saham di perusahaan lain. Dan rumah sakit ini hanyalah salah satunya.” , tambah Sean dengan gerak tangannya yang unik saat dirinya sedang bersemangat berbicara.
“Wow.. Benarkah? Lalu apa yang terjadi?”
“Ah iya, sebelumnya kau harus tahu,bahwa anak dari orang yang menjadi pemegang saham terbesar di rumah sakit ini masuk dan dirawat bukan karena sakit, melainkan hanya cara dia menghindari publik. Kau tahu.. Dia tipe yang bermasalah dan disukai oleh para wartawan.”
Rangga mendengarkan dengan seksama sebab ceritanya mulai terdengar menarik baginya.
“Darimana aku tahu? Tentu saja karena aku melihatnya sendiri dengan mataku. Istrinya tadi datang saat dia sedang bermesra - mesraan dengan selingkuhannya di kamar perawatan VIP yang dijaga dengan dua orang keamanan miliknya berdiri di depan pintu. Dan kau tahu apa yang dia lakukan?”
Sungguh, Rangga sebenarnya tidak suka dengan cerita yang dipatah - patah seperti ini, ditambah dengan quiz dadakan, “Apa? Apa dia langsung menarik rambut selingkuhan suaminya dan menyeretnya keluar, begitu? Atau dia mengamuk dan menghajar suami dan selingkuhan suaminya sekaligus?” , tebak Rangga dengan asal.
“Pffftt, tidak.” , kata Sean, “Dia tersenyum.”
“Tersenyum? Sang istri? Dia tersenyum melihat suaminya sedang bermesra - mesraan dengan selingkuhannya dan dia tersenyum? Benarkah? Apa kau tidak salah lihat?” , respon Rangga berusaha tidak terlihat tertarik dengan kisah picisan orang lain, walaupun kenyataannya dia tertarik.
Sean mengangguk tiga kali dengan santai seraya menutup matanya seakan berkata ‘kan, sudah kubilang.’
“Wanita itu benar - benar tersenyum. Senyumannya benar - benar membuat matanya membentuk satu garis melengkung seperti busur anak panah. Tetapi dia tidak melakukannya dengan sukarela. Dia tersenyum dengan sebuah kertas di tangannya dan merobek - robeknya asal hingga menjadi potongan - potongan kertas kecil.”
“Ooh..”
“Kau tahu kertas apa yang dirobeknya dengan senyuman seperti itu?”
Rangga menggeleng cepat, “Tidak, aku tidak tahu.”
“Itu adalah surat perceraian yang dikirimkan oleh anak pemilik saham terbesar itu dan istrinya menolaknya. Kau pasti penasaran mengapa dia tersenyum, bukan? Bagian terbaiknya disini. Istrinya berkata tidak akan pernah menandatangani surat perceraian, sebab dia tidak berniat ingin membuat suaminya berbahagia dengan melakukan hal itu. sangat diluar dugaan, bukan?”
Dengan tangannya, Rangga bertepuk tangan lambat begitu mendapatkan akhir cerita yang sungguh memuaskan baginya. Ia sekarang baru kembali tersadar bahwa wanita adalah ciptaan Tuhan yang begitu tangguh. Bukannya tanpa alasan Rangga berpendapat seperti itu. Sebelumnya, ia berusaha membayangkan bagaimana rasanya memakai sepatu sang istri dalam cerita Sean tadi. Dan Rangga benar - benar tidak menyangka sang istri tadi lebih memilih untuk membiarkan dirinya terus - terusan bersama lukanya daripada harus menyetujui berkas perceraian.
Semua itu mengingatkannya pada Adelia saat mereka masih sama - sama duduk di bangku sekolah menengah atas, tepatnya saat mereka berada pada kelas tingkatan dua.