Di depanku, Rahma dan Veve tampak nge-blank. Mereka menatapku dan layar ponsel bergantian. Aku baru saja mengaku tentang siapa identitasku sebenarnya, dan aku juga ngirim foto hasil tes DNA yang kuminta dari Mas Agas. “I-ini kamu enggak ngada-ngada, kan, Ra?” “Terserah kalau enggak percaya. Aku cuma ngasih tahu aja karena kalau kalian sampai denger berita ini dari orang lain entah cepat atau lambat, kalian pasti marah besar.” Rahma dan Veve saling menatap satu sama lain selama beberapa detik, lalu mereka kompak menyingsing lengan baju. Saat ini mereka sudah terlihat seperti dua orang yang sedang berbagi sel otak karena apa yang mereka lakukan sama persis. “Kamu merinding enggak, Ve?” tanya rahma. “Lihat ini punyaku, Ma, gede-gede banget!” Setelah mereka menurunkan kembali lengan