Dilema

1145 Kata
"Tinggalkan perempuan itu secepatnya, sebelum Alya mengetahui kebusukanmu, Rega! Atau ... segera angkat kaki dari perusahaan Mama sekarang juga!" Deg! "Mama." Rega menatap Martha tak percaya. "Kenapa? Apa kau tidak mau meninggalkan perempuan itu?" "Aku tidak mungkin meninggalkan Arabella, Ma, aku mencintainya." "Tapi kau sudah menikah Rega, apa kamu tidak kasihan sama Alya? Alya itu perempuan yang baik, kamu sudah berjanji pada ibunya untuk menjaganya!" Martha berteriak dengan kesal. "Tapi aku tidak bisa mencintainya, Ma. Aku sudah mencoba untuk mencintai Alya, tapi tetap tidak bisa!" "Kamu bukan tidak mencintainya, Rega. Kamu hanya belum menyadarinya." Martha semakin kesal. Rega terdiam, dia tidak mungkin menang saat berdebat dengan Mamanya. "Apapun alasannya, tidak dibenarkan seseorang yang sudah menikah mencintai orang lain. Papa tidak pernah mengajarimu untuk bersikap tidak bertanggung jawab seperti ini, Rega." Bagas yang sejak tadi terdiam, akhirnya ikut angkat bicara. "Bagaimanapun, Alya adalah istrimu. Kalau kau memang tidak mencintainya, kau bisa bercerai dengannya, bukan dengan cara main belakang seperti ini, Rega. Lagipula apa kekurangan Alya sampai-sampai kau tidak bisa mencintainya?" Bagas menatap putra satu-satunya itu dengan tajam. "Ingat Rega, kalau bukan karena kebaikan Alya, mungkin saat ini kau sudah di penjara, karena sudah menghilangkan nyawa ibunya!" Rega menatap ke arah Bagas. Seolah merasa diingatkan kalau dirinya lah penyebab dari kematian ibunya Alya. "Tapi aku mencintai Arabella, Pa. Aku tidak ingin kehilangan dia lagi. Aku benar-benar mencintainya, aku harap Papa dan Mama mengerti!" "Kalau begitu, ceraikan Alya!" Bagas berucap tegas. Kedua manik matanya menatap putranya dengan dingin. "Aku tidak mungkin menceraikan Alya, Pa, aku tidak tega. Lagi pula, aku juga sudah berjanji pada ibunya untuk menjaga Alya," ucap Rega membela diri. "Kalau kau memang tidak mau bercerai, tinggalkan perempuan itu sekarang juga!" Martha berteriak marah. Perempuan paruh baya itu sudah kehilangan kesabarannya. "Aku juga tidak mungkin meninggalkan Arabella, Ma, aku mencintainya!" "Terus mau kamu apa? Tidak mau menceraikan Alya tapi juga tidak mau meninggalkan perempuan itu. Kamu mau berpoligami?" Rega terdiam mendengar teriakan Mamanya. "Mama juga perempuan, Rega. Hati Mama juga akan sakit seandainya Mama mengetahui Papamu sampai berkhianat di belakang Mama, apalagi sampai tidur bersama perempuan lain seperti kamu!" Bagas hendak melayangkan protes mendengar ucapan Martha, tetapi Martha langsung menatap tajam ke arahnya. "Mama tidak akan pernah membiarkan kamu menyakiti Alya, Rega. Kamu harus pilih salah satu, Alya atau perempuan itu!" "Jika kau memang memilih perempuan itu, segera tinggalkan perusahaan Mama secepatnya. Mama ingin tahu, apa perempuan itu masih mau bersamamu atau tidak, setelah dia mengetahui kalau kau bukan lagi pewaris perusahaan besar ini!" Martha menatap Rega dengan tajam. "Arabella bukan perempuan seperti itu, Ma! dia menerimaku apa adanya," protes Rega merasa tidak terima karena mamanya menjelek-jelekkan orang yang dicintainya. "Benarkah?" Martha mencibir ke arah Rega. "Benar, Ma. Aku bisa jamin itu. Arabella bukanlah perempuan matre yang hanya menginginkan uangku saja!" "Kau ini benar-benar bodoh, Rega! " Martha mengeluarkan sesuatu dari tasnya. "Ini yang kau bilang tidak matre?" Martha melemparkan bukti-bukti transaksi kartu kredit yang Rega berikan pada Arabella. "Dalam sebulan, perempuan murahan itu menghabiskan uang perusahaan dengan jumlah hampir satu M, itu yang kau bilang tidak matre?" Kali ini Rega tidak berkutik, karena apa yang dikatakan Martha memang benar adanya. Arabella memang gila belanja, apalagi belanja barang-barang mewah. "Lihat saja, sebentar lagi dia pasti akan merengek meminta uang padamu, karena mulai hari ini, dia tidak bisa menggunakan kartu kreditnya." Baru saja Martha berucap, ponsel Rega sudah berdering, dan benar saja, yang menelepon padanya adalah Arabella. Martha merebut ponsel Rega kemudian mengaktifkan loud speaker di ponsel Rega. "Halo, Sayang, aku sekarang sedang belanja tas edisi terbaru, tapi saat aku mau bayar, kartu kreditnya nggak bisa dipakai." Terdengar suara manja dari seberang sana, membuat Rega menelan salivanya, karena ternyata dugaan mamanya itu benar. "Sayang, kamu mau kan, kesini sebentar buat bayarin belanjaan aku? Aku benar-benar menyukai tas itu, Sayang, aku ingin membelinya." "Pokoknya sekarang juga aku minta, kamu ke sini dan membayar semua belanjaan aku, aku nggak mau tahu! Kalau tidak, jangan harap aku akan melayanimu di atas ranjang!" "Dasar perempuan tidak tahu diri! Kau pikir kau siapa?" Tiba-tiba Martha berteriak marah. "Mama!" Rega merebut ponselnya, kemudian segera mematikan panggilannya. "Kau dengar sendiri, bukan? Mama tidak pernah salah menilai orang. Kau membelikan semua barang-barang mewah untuk perempuan itu, tapi kau bahkan tidak pernah membelikan istrimu apa-apa, Rega. Kau benar-benar keterlaluan!" "Kau mengajak perempuan murahan itu berlibur ke mana-mana, sedangkan istrimu yang setiap hari melayanimu di rumah, tidak pernah kau ajak kemanapun. Kau bahkan belum pernah mengajak istrimu bulan madu setelah pernikahan kalian!" "Arabella bukan perempuan murahan, Ma," protes Rega tidak terima. "Lalu perempuan apa namanya kalau bukan perempuan murahan? Tidak ada perempuan baik-baik yang mau diajak naik ke atas ranjang kecuali mereka sudah menikah, Rega! Mama sangat yakin, kau bukanlah yang pertama baginya!" Suara Martha kembali meninggi. "Mama!" Rega menatap mamanya tidak percaya. "Kalau Mama tahu kau akan menyakiti Alya, lebih baik Mama menolak permintaan ibunya untuk menikahkannya denganmu! Akan lebih baik jika waktu itu Mama menjadikan Alya sebagai anak Mama, bukannya sebagai menantu Mama!" Martha menatap Rega dengan amarah yang memuncak. "Keputusan ada di tanganmu, Rega. Tinggalkan perempuan itu dan menerima Alya sebagai istrimu, atau tinggal bersama perempuan itu dan angkat kaki dari perusahaan ini!" Martha menatap tajam ke arah putranya, kemudian melangkah pergi diikuti oleh Bagas. Namun, sebelum menutup pintu ruangan itu, Bagas kembali berbalik. "Jangan sampai kau menyesal di kemudian hari karena salah memilih, Rega. Kau tahu benar bagaimana sifat Mama bukan? Mama kamu itu tidak akan pernah menuduh tanpa bukti," ucap Bagas dengan penuh penekanan. Bagas menatap Rega sebentar, kemudian menutup pintu meninggalkan Rega yang tiba-tiba merasa gelisah setelah mendengar ucapan papanya. Papa benar, sang mama bukanlah orang yang suka menuduh tanpa bukti. Rega meremas rambutnya kasar. Dia menatap foto-foto mesra dirinya bersama Arabella. Foto itu diambil saat mereka melakukan liburan ke beberapa tempat di negaranya. Mama benar, dia sudah mengajak Arabella berlibur kemanapun perempuan itu mau, membelikan semua barang mewah yang diinginkan perempuan itu. Sedangkan Alya, perempuan itu bahkan tidak pernah dia ajak ke mana-mana. Alya bahkan tidak pernah meminta apapun padanya. 'Perempuan itu bahkan tidak pernah menuntut apapun padaku selama ini.' Rega menghembuskan napas panjang, seketika bayangan Alya saat tersenyum terlintas di kepalanya. Sementara di tempat lain, Arabella mengumpat dengan kesal karena gagal mendapatkan tas incarannya. Perempuan itu bergegas pergi untuk menghindari tatapan-tatapan mata yang kini mengejek dirinya karena tidak mampu membeli tas itu. Padahal, awalnya dia sudah bersikap begitu sombong, karena dia berpikir akan membeli beberapa tas yang ada di dalam toko itu seperti biasanya. 'Sialan! Awas saja kau Rega, aku pasti tidak akan memberikanmu jatah saat kau datang padaku nanti.' 'Tapi, siapa perempuan yang memakiku tadi? Apa dia istrinya Rega? Atau, jangan- jangan istrinya tahu kalau Rega selingkuh?' Arabella Menutup mulutnya kaget, tapi sedetik kemudian ia tertawa. 'Bukankah malah lebih bagus kalau istrinya tahu hubunganku dengan Rega? Setelah dia tahu, aku bisa secepatnya menyingkirkan perempuan itu dari kehidupan Rega.' Arabella tersenyum smirk, kemudian dengan buru-buru pergi meninggalkan tempat itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN