Yudistira mengecek ponselnya lagi untuk kesekian kalinya. Pesannya yang dia kirim ke Kirana masih belum terbaca—padahal sudah satu jam yang lalu dikirim. Kekhawatirannya mengganggu konsentrasinya; dia terus membayangkan amarah Amira yang mungkin menyakiti Kirana tadi malam. Bahkan sejak tadi malam, Kirana sama sekali tidak memberi kabar. Semakin khawatir saja dirinya. Sesampainya di kantor, Yudistira langsung menuju lantai enam—divisi Kirana. Tanpa sengaja, dia berpapasan dengan Dirga yang baru keluar dari ruang arsip. “Ada perlu apa?” tanya Dirga datar, tanpa ekspresi. Jarang-jarang Yudistira muncul lantainya, biasanya pria itu akan mengirim utusan seperti Panca Mahesa atau sekretarisnya. “Kirana tidak masuk hari ini. Mungkin untuk beberapa hari ke depan. Tolong pastikan timnya tidak