24. Nanti Malam? Lagi?

1666 Kata

Pagi itu, ruangan Yudistira masih gelap—tidak seperti biasanya, di mana pria itu sudah duduk di belakang mejanya sebelum jam delapan. Kirana menatap pintu tertutup itu terlalu lama, sampai tersadar saat tangan Monica menyentuh bahunya. “Pagi, Ran.” Kirana menoleh, memaksakan senyum. Tapi Monica langsung menyipitkan mata. “Wah, bibirnya kok, lebih berisi hari ini?” sindir Monica, entah sengaja atau karena tidak tau apa-apa. Kirana refleks mengusap bibir bawahnya yang masih sedikit bengkak—bekas Yudistira yang terlalu bersemangat tadi subuh saat mereka berpisah di depan kosannya. Darahnya mendesing. “Alergi, pakai lipstik baru,” bualnya sambil buru-buru mengambil cermin kecil. Monica mendekat, aroma kopi di tangannya bercampur dengan parfumnya yang manis. “Aku dengar sesuatu,” ka

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN