bc

CANDU Sekretarisku

book_age18+
50
IKUTI
1K
BACA
billionaire
HE
friends to lovers
arrogant
kickass heroine
heir/heiress
drama
bxg
serious
city
office/work place
assistant
like
intro-logo
Uraian

Lucas menelan ludah ketika melihat pemandangan di depannya. Gadis itu menungging di mejanya membuat rok sepan yang dikenakannya naik menampilkan paha dalam gadis itu yang nampak putih mulus.

“Argh!” Clarie terpekik terkejut begitu membalikan tubuhnya mengakibatkan lembaran-lembaran yang ada di tangannya berhamburan kembali di lantai.

Lucas berdiri bersandar pada pintu dengan kening berkerut.

“Ck!” Lucas berdecak seraya melangkah menghampiri Clarie dan membantunya memunguti lembaran kertas yang tercecer di lantai.

“Maafkan, saya, Sir,” ucap Clarie tergagap.

Usai memberesi lembaran itu, Clarie izin untuk keluar dari ruangan Lucas. “Permisi, Sir,” pamit Clarie yang di balas oleh Lucas dengan dehaman.

Clarie menutup pintu di belakangnya dengan perasaan yang campur aduk. Rasa keterkejutan masih menyelimuti dirinya.

chap-preview
Pratinjau gratis
1. Sekretaris Pengganti
“Tolong tahan lift-nya!” teriak Clarie seraya berlari kecil menuju pintu lift yang hampir menutup. “Terima kasih,” ucapnya pada pria yang menahan pintu lift agar tetap terbuka. Untung saja di dalam kotak besi itu hanya ada beberapa saja yang hendak naik, tidak sepenuh biasanya. Mungkin karena sudah hampir masuk jam kantor sehingga para pegawai sudah berada di ruangannya masing-masing. Clarie menyisir rambut ikal cokelatnya dengan jemarinya ke belakang. Dia terlambat bangun akibat begadang menemani Daniele yang tengah patah hati semalam. Sahabatnya itu tidak pernah kapok untuk kembali menjalin hubungan meskipun sering kali disakiti oleh pria yang sama berulang-ulang. Pintu lift berdenting di lantai delapan ruangan kantornya berada. Bergegas gadis berusia dua puluh empat tahun itu melangkah cepat menuju ruangan asisten sekretaris. Dia pasti akan mendapat ceramah dari Miss Turner karena datang terlambat. Suara ketukan hak sepatunya berbunyi nyaring di lantai yang sudah sepi dengan pegawai itu. Sepertinya seluruh pegawai sudah berada di kubikelnya masing-masing dan memulai pekerjaan. “Huft!” Clarie menahan napasnya, lalu kembali dia embuskan lagi. “Selamat pagi, Miss. Turner. Maaf aku datang terlambat,” sapanya ramah tak lupa senyum manis pun dia lempar ke wanita berperut buncit itu. Wanita berambut hitam yang baru saja memotong rambut panjangnya hingga sebahu itu menatap gadis yang baru saja muncul dengan tatapan sebal. “Kau terlambat dua puluh menit, Clarie!” “Ya, aku tahu,” balas Clarie lesu, seraya berjalan ke mejanya yang bersebelahan dengan meja Rebecca, atasannya. “Kau tahu, dalam Minggu ini aku harus melatihmu untuk menggantikan posisiku, Clarie. Karena Tuan Henderson tidak mau orang baru,” ucap Rebecca seraya berjalan mondar-mandir merapikan berkas yang akan mereka antarkan ke ruangan bos mereka. Rebecca akan melakukan cuti melahirkan selama enam bulan lamanya. Otomatis Clarie yang saat ini berposisi sebagai asisten Rebecca, mau tak mau harus menggantikan tugas wanita itu selama cuti tersebut. “Kita mulai hari ini,” kata Rebecca lagi. “Baiklah,” jawab Clarie seraya bangkit dari kursi putarnya, tak lupa dia merapikan penampilannya. Clarie sudah satu tahun bekerja di perusahaan Hends Corp. dengan posisi sebagai asisten sekretaris. Selama itu pula Clarie belum pernah berhadapan langsung dengan Lucas Henderson yang mana adalah bosnya sendiri, paling hanya sesekali berpapasan tak sengaja. Karena selama ini hanya Rebecca yang selalu mengurus jadwal harian bosnya itu. “Bawa berkas-berkas yang harus ditanda tangani oleh Tuan Henderson, dan ikuti aku!” titah Rebecca seraya melangkah menuju pintu. Clarie pun langsung mengekor, dan tak lupa membawa beberapa file yang sudah disiapkan oleh Rebecca. Langkah Rebecca menjadi lambat akibat perut besarnya, membuat Clarie merasa kasihan melihatnya. Seharusnya Rebecca sudah mengambil cuti sejak awal bulan lalu, tapi diurungkannya. Entah apa sebabnya. Rebecca mengetuk pintu di depannya yang mana adalah ruangan bos mereka. “Masuk.” Terdengar suara sahutan dari dalam yang meminta mereka untuk masuk. Rebecca mengkode Clarie agar membuka pintu dan masuk lebih dulu. Gadis itu pun menurut, lalu membuka pintu. Di depan sana, di balik meja itu duduk seorang pria yang tengah fokus di hadapan laptopnya. Clarie berjalan pelan menuju meja pria yang tak lain adalah bosnya itu. Lucas Henderson, pria berusia tiga puluh lima tahun itu bukanlah pria sembarangan. Pria itu diketahui menikah dengan seorang model cantik bernama Marion Larsen dua tahun lalu. Lucas Henderson memiliki wajah yang tampan rupawan dan tatapan mata setajam elang. Bulu-bulu halus tumbuh di sekitaran rahangnya yang tegas, sehingga membuat wanita mana saja akan tergoda untuk membelainya. Tiba-tiba Lucas mengalihkan tatapan dari layar persegi di depannya ke arah dua wanita yang baru saja masuk ke ruangannya. Clarie menelan saliva susah payah ketika tatapan mereka saling beradu secara sekilas. Gadis itu tidak yakin apakah pria di depannya menatap dirinya atau sedang menatap pada Rebecca. “Apa kau sudah melatihnya, Bec?” tanya Lucas pada sekretarisnya, Rebecca. Suara berat itu terdengar sangat seksi di telinga Clarie, membuat gadis itu kembali menelan ludahnya. “Tentu saja, Sir. Saya sudah melatihnya dengan baik dan dia akan bekerja dengan cekatan, benar kan, Clarie?” “Ha!? Oh, ya benar sekali, Sir,” ucap Clarie gelagapan karena sejak tadi pikirannya melanglang entah ke mana. Lucas menatap Clarie dalam. “Mana berkas-berkas yang harus saya tinjau?” kata Lucas meminta. Rebecca menyenggol bahu Clarie di sampingnya untuk menyerahkan berkas yang ada di tangan gadis itu. Clarie berjalan mendekat ke meja Lucas dengan jantung berdegup kencang. “Silakan, Sir,” ucapnya pelan seraya menyerahkan berkas di tangannya pada pria itu. Lucas meraih berkas itu dengan cepat. “Buat dirinya fokus pada pekerjaannya, Bec. Aku tidak mau dia terlalu banyak melamun!” ujar Lucas tegas. Clarie membelalakkan matanya mendengar ucapan tegas pria itu. Rebecca memandang Clarie dengan tatapan tajam. “Baik, Sir!” Rebecca dan Clarie pun segera keluar dari ruangan atasannya. “Apa yang kau pikirkan, gadis bodoh?” tanya Rebecca seraya mengetuk kening Clarie dengan ujung pena. “Ah!” pekik Clarie terkejut. “Kau gugup atau ...?” “Entahlah, dia begitu mempesona, Bec,” sergah Clarie cepat. “Jangan macam-macam, Clarie. Dia sudah beristri!” seru Rebecca mengingatkan. “Ya, ya. Aku tau.” Clarie membalas lemah. “Aku khawatir kau tidak akan fokus bekerja bila selalu mengagumi Tuan Henderson nantinya,” kata Rebecca dengan menopang dagu. “Ah, tidak, tidak! Aku tidak akan seperti itu, Bec, tenang saja,” ujar Clarie menyangkal ucapan Becca. “Kau ’kan tau, kalau Tuan Henderson sangat tidak menyukai kelalaian dan tidak disiplin waktu. Bisa-bisa kau dipecat nanti,” ujar Rebecca mengancam gadis di sampingnya. Tidak! Clarie tidak ingin kehilangan pekerjaannya. Dia akan bekerja dengan baik, mulai dari sekarang. Butuh usaha keras untuk bisa berada di posisinya sekarang ini, dia akan mempertahankannya. Sore harinya. Rebecca bersiap untuk pulang lebih awal. Sedangkan Clarie akan pulang setelah Tuan Henderson keluar dari ruangannya. Itu yang biasa Rebecca lakukan setiap harinya. Ponsel Clarie berdering pertanda panggilan masuk. “Daniele!” serunya ketika melihat nama si penelepon. Gegas dia pun mengangkat panggilan tersebut. “Ya, Danni?" “Kapan kau pulang, biar ku jemput?” tanya sahabatnya di ujung sana. Clarie melirik pintu di sampingnya yang masih tertutup rapat dan belum ada tanda-tanda dibuka. “Aku harus menunggu bos ku pulang lebih dulu,” ucap Clarie dengan suara rendah. “Oh, iya. Aku lupa kalau kau sekarang naik jabatan,” kata Daniele tergelak. “Ck, bukan seperti itu. Aku hanya menggantikan bukan naik jabatan!” seru Clarie sebal. “Sama saja, Clarie. Beritahu aku kalau kau sudah bersiap pulang, ya.” “Oke.” Clarie menutup ponselnya, kembali menekuri dokumen-dokumen yang ada di depannya. Tak lama kemudian, Lucas keluar dari ruangannya dan mendapati sekretaris pengganti Rebecca masih berkutat dengan komputer di depannya. Sebenarnya dia sudah lama memperhatikan gadis itu. Karenanya dia meminta pada bagian HRD untuk menempatkan gadis itu sebagai assistant Rebecca. “Waktunya pulang, Nona Evans,” ucap Lucas dengan suara rendah. Clarie mengangkat kepalanya dan terkejut begitu melihat bosnya sudah berdiri di samping mejanya. “Ya?” tanya Clarie bingung. “Sudah waktunya pulang,” kata pria itu mengulang perkataannya. Clarie tersenyum canggung, lalu mengangguk. “Baik, Sir,” balasnya. Lucas pun mengangguk, lalu meninggalkan Clarie yang terbengong di kursinya. “Hanya begitu saja?” tanyanya tak percaya. Plak! Clarie memukul kepalanya. “Memang apa yang kau harapkan, Clarie? Sebuah tawaran mengantar pulang?” kata gadis itu mengejek dirinya sendiri. Lucas yang masih berdiri di ujung lorong hanya tersenyum sekilas melihat kelakuan sekretaris barunya.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

30 Days to Freedom: Abandoned Luna is Secret Shadow King

read
291.7K
bc

Too Late for Regret

read
214.2K
bc

Just One Kiss, before divorcing me

read
1.4M
bc

Alpha's Regret: the Luna is Secret Heiress!

read
1.1M
bc

The Warrior's Broken Mate

read
122.2K
bc

The Lost Pack

read
252.2K
bc

Revenge, served in a black dress

read
121.2K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook