Clarie menahan napas begitu melihat sosok wanita berambut cokelat berdiri di depan pintu ruangan bosnya. 
“Apakah Lucas Henderson ada di ruangannya?” tanya wanita berambut cokelat itu. 
“Dia di dalam, Miss. Silakan.” Clarie membuka pintunya lebar-lebar membiarkan wanita itu masuk. 
Wanita berambut cokelat dengan mata biru itu melangkah masuk melewati Clarie seraya mengulas senyum hangat. Clarie pun berjalan keluar ruangan dan menutup pintu di belakangnya. 
Jantung gadis itu berdegup kencang. 
“Helen, kupikir kita akan bertemu di rumah setelah makan siang,” ucap Lucas mengingat janjinya pada Marion ketika di telepon kemarin. 
“Ah, itu! Aku sedang berada di luar kota ketika Marion menghubungiku kemarin. Dan, pagi ini aku hendak kembali ke apartment, jadi sekalian saja mampir ke kantormu,” ujarnya santai seraya menarik kursi yang berada di depan meja Lucas dan duduk di atasnya. Helen adalah salah satu sahabat Marion yang merangkap sebagai asisten pribadi istrinya itu. 
“Oh, ternyata begitu.”
“Omong-omong kau punya sekretaris baru, ya?” tanya Helen dengan senyum menggoda. 
“Rebecca sedang cuti melahirkan, dan aku butuh sekretaris untuk membantuku mengurus jadwalku.” Lucas berkata datar tanpa ekspresi, dia tahu Marion pasti menceritakan drama rumah tangganya pada sahabat-sahabat dekatnya. 
“Dan kau mendapatkan yang paling cantik.” Helen menggodanya lagi. 
Lucas memicingkan matanya. “Apa hubungannya?” tanyanya berpura-pura tak paham. 
“Oh, ayolah, Luke! Kita semua tau, sesuatu pasti terjadi. Benarkan tebakanku?” ucap Helen dengan senyum jenaka. 
Lucas melirik Helen sekilas, lalu mengembuskan napas pelan. “Kapan kau ingin mengambil baju-baju milik Marion, aku ada meeting dengan klien ku nanti pukul dua siang,” ucap Lucas mengalihkan topik pembicaraan. 
Helen tersenyum dengan penuh arti, dia tahu kalau pria itu sama sekali tidak terbuka berbeda dengan Marion yang blak-blakan dengan sahabatnya. 
“Sekarang bisa?” tanya Helen. 
“Ok.” Lucas beranjak berdiri dari kursinya dan berjalan menuju pintu. “Miss Grady?” panggil Lucas pada Helen yang masih duduk anteng di kursinya. 
Helen bangkit berdiri, lalu menghampiri Lucas yang masih menunggu di samping pintu yang terbuka. Wanita itu melempar senyum nakal pada Lucas berniat menggodanya. Namun, pria itu sama sekali tak tertarik memilih menutup pintu kembali dan mengikuti langkah asisten yang tak lain sahabat istrinya itu. 
“Miss. Evans tolong atur ulang jadwal review iklan. Aku akan kembali satu jam lagi,” ucap Lucas pada sekretarisnya. 
“Baik, Sir!” jawab Clarie cepat. 
Lucas dan Helen berjalan menuju lift untuk turun, entah mengapa Clarie yang melihat itu tiba-tiba didera rasa cemburu. 
“Hah, siapa aku harus cemburu!” serunya kesal pada dirinya sendiri. 
***
Lucas mengendari mobilnya dengan kecepatan sedang, jalanan kota pada pagi menjelang siang ini lumayan padat, tetapi cukup teratur. Jarak dari kantornya ke kediaman dia dan Marion sekitar dua puluh menit, tak jauh memang. 
Helen duduk di kursi penumpang di sebelahnya. Wanita itu terlalu banyak bicara sepanjang perjalanan, sementara Lucas hanya menanggapinya dengan gumaman atau 'ya' dan 'tidak'. 
Lucas menepikan mobilnya di jalanan depan rumahnya yang berlantai dua tanpa pagar itu. Keduanya turun bersamaan, lalu melangkah masuk ke dalam rumah. 
“Ini ruangannya,” kata Lucas seraya menekan kenop pintu berwarna putih yang adalah ruangan studio pribadi milik Marion. Helen masuk ke dalam ruangan yang dindingnya dicat dengan warna pink muda yang lembut. Warna favorit Marion. 
“Bila sudah selesai, aku menunggu di depan,” ujar Lucas lagi, sembari melangkah hendak menjauh. 
“Luke ...” panggil Helen. 
“Ya?” 
“Bisa bantu aku?”
Lucas menimbang, kemudian mengangguk dan kembali mendekat ke arah wanita itu. 
“Apa yang bisa kubantu?” 
Helen berjalan mendekat ke arah Lucas hingga tak ada lagi jarak di antara mereka. Lucas mulai berfirasat tidak enak mengenai apa yang akan terjadi. Jemari lentik Helen merayap di dadanya yang dilapisi oleh kemeja dan vest. Tangan wanita itu membelai lembut, Lucas mengernyit.
“Aku bisa memuaskanmu, bila kau mau,” bisik Helen dengan suara lirih di telinganya. Tatapan wanita itu menggodanya. 
Lucas terlihat menelan ludah, membuat jakunnya naik turun. Helen yang menyadari itu langsung mengecup lembut pipi Lucas. Jarinya mulai meraba di segala titik tubuh Lucas membuat pria itu untuk tergoda. Namun, sedetik kemudian Lucas menghempaskan tangan Helen dari tubuhnya dan menjauh. 
“Bila sudah selesai panggil aku. Aku ada di luar!” katanya, kembali pria itu berjalan menjauh dari wanita yang tak lain adalah sahabat istrinya itu. 
Helen menghentakkan kakinya kesal, yang benar saja dia ditolak! Ditolak oleh suami sahabatnya sendiri! Dia tahu rumah tangga yang dijalani Lucas dan Marion hanyalah kedok. Mereka tidak pernah bersama semenjak menikah karena Marion yang meminta, Lucas sendiri menyetujui kesepakatannya dengan Marion, bahwa pernikahan mereka hanya di atas kertas dan demi bisnis keluarga. 
Lucas masih waras dengan tidak bermain api dengan sahabat istrinya walaupun hubungan dia dan Marion tidak pernah terikat. Sekarang dia merasa cukup dengan adanya Clarie, dan tidak membutuhkan wanita lain lagi. Tidak dengan sahabat istrinya.
Kurang dari tiga puluh menit, Helen keluar dengan membawa beberapa gaun yang dilapisi oleh plastik agar tidak kotor. Lucas membuka pintu kemudi dan duduk di sana. Helen makin kesal karena pria itu mengabaikannya, tidak membukakan pintu untuknya. 
Dalam perjalanan menuju studio milik Marion, Lucas sama sekali tidak mengatakan apa pun. Sementara Helen sudah gatal ingin mengobrol tetapi takut bila dia diabaikan oleh pria itu. Ini akibat ulahnya tadi yang menawarkan seks pada suami sahabatnya sendiri. Dia benar-benar malu saat ini. 
Lucas menghentikan mobilnya di depan bangunan studio milik Marion. Pria itu bertahan di tempatnya tanpa ingin turun dan membantu Helen. 
“Kau tidak ingin mampir dan bertemu dengan yang lainnya?” tawar Helen basa basi. 
“Tidak perlu, aku masih banyak pekerjaan di kantor. Aku pergi, sampai nanti.” 
Lucas segera menjalankan mobilnya kembali setelah membalas ucapannya pada Helen. Lebih baik dia berada di kantor bersama sekretarisnya daripada bersama sahabat istrinya. 
Sesampainya di kantor, Lucas segera menyelesaikan pekerjaannya yang sempat tertunda. Karena siang ini dia akan bertemu klien di luar untuk membahas bisnis. 
Siangnya Lucas dan Clarie mendatangi hotel di mana Adam Sanders menginap. Lucas tampak fokus pada jalanan yang mereka lalui, sementara Clarie mendengarkan musik yang diputar di stereo mobil. 
Mereka tiba di restoran hotel dan menunggu sang klien turun untuk menemui mereka. Clarie sudah menghubungi pria itu dan mengabarkan kalau mereka sudah menunggunya. 
Tak lama kemudian, pria tinggi dengan rambut sehitam jerami mendatangi meja Lucas dan Clarie. Wajah pria itu tak kalah tampan dari Lucas, dan masih terlihat muda. Clarie pikir tuan Sanders yang dimaksud sudah berumur, ternyata tidak. 
“Hallo, apa kabar? Senang bertemu kalian,” sapa Adam Sanders dengan ramah. 
Lucas menyambut uluran tangan kliennya begitu juga dengan Clarie. 
“Clarie, kan?” tanya Adam. 
“Benar sekali, Sir. Saya yang berbicara dengan anda di telepon pagi tadi,” balas Clarie sopan. 
“Sudah kuduga, bukan hanya suaranya saja yang merdu tetapi wajahnya juga sangat cantik. Senang bertemu denganmu, Miss. Evans," kata Adam memuji Clarie. 
Lucas mengetatkan rahangnya. Ada rasa kesal yang dia rasakan ketika pria itu memuji sekretarisnya.
Hey, tunggu dulu, apakah dia sedang cemburu?