Clarie terbangun sendirian di ranjang besar milik Lucas, ketika senja sudah berganti gelap. Entah sudah berapa lama dia tertidur, setelah aktivitas panas yang dilakukannya dengan bosnya tadi sore. Suasana kamar tampak sepi, tidak ada tanda-tanda pria itu di ruangan ini.
Gadis itu mengambil bathrobe yang tergeletak di bawah ranjang dan memakainya. Perutnya sudah keroncongan minta diisi. Setelah mengikat tali jubah mandinya, Clarie pun turun dari ranjang dan melangkah menuju pintu.
Clarie melangkahkan kaki jenjangnya ke arah dapur, terdengar suara Lucas yang sepertinya sedang mengobrol ketika dia tiba di tempat memasak itu.
“Kau bisa meminta Helen datang ke rumah untuk mengambilnya,” ucap Lucas yang tengah berbicara melalui panggilan telepon.
Marion meminta tolong Lucas untuk mengirimkan baju-baju fashion milik wanita itu ke studionya di pusat kota New York. Karena saat ini Marion sedang berada di luar negri menjalani pemotretan.
Pria itu masih bertelanjang d**a, dan hanya memakai celana training panjang berwarna hitam. Clarie berjalan ke arah lemari es mengambil air dingin bersamaan dengan Lucas yang menoleh pada gadis itu.
“Tidak apa-apa, Marion. Kau tidak perlu khawatir, aku akan mengatasinya,” kata Lucas membalas ucapan istrinya di ujung sana.
Clarie berniat kembali ke kamar dan membiarkan pria itu selesai berbicara dengan istrinya. Ketika akan meninggalkan dapur, Lucas menarik tangannya.
“Apa?” tanya Clarie tanpa suara.
Tangan Lucas meraih pinggang ramping Clarie dan menariknya agar mendekat ke tubuhnya.
“Kapan kau pulang?” tanya Lucas pada Marion.
Clarie mengalihkan tatapannya ke arah lain, dia tidak ingin mendengar percakapan mesra pasangan suami istri tersebut.
Lucas meraih pipi Clarie dengan satu tangannya, lalu menarik ke wajahnya dan melumat bibir seksi gadis itu yang sudah menjadi candunya.
“Baiklah, kita bicara nanti saat kau pulang. Sampai nanti, Marion!”
Setelah mematikan ponselnya, Lucas melanjutkan kembali ciumannya di bibir Clarie. Gadis itu tak bisa menolak karena lengan pria itu masih melingkar posesif di pinggangnya.
“Kau pasti kelaparan, aku akan memesan makan malam untuk kita,” ujar pria itu setelah mendengar suara perut Clarie yang berbunyi.
Setelah makan, Lucas mengantar Clarie pulang ke flatnya. Saat ini keduanya tengah berada di kendaraan pria itu. Tadi, sebelum pulang mereka mandi bersama dan melakukan sesi percintaan sekali lagi. Clarie benar-benar tak menyangka kalau pria itu haus akan seks. Dia pun tidak tau bagaimana sebenarnya hubungan Lucas dengan istrinya yang katanya tidak harmonis. Namun, apa yang dia dengar dari percakapan pria itu tadi di telepon dengan istrinya kelihatannya hubungan mereka baik-baik saja.
Rolls-Royce yang di kendarai Lucas berhenti di depan bangunan flat milik Clarie.
“Katakan padaku bila kau ingin pindah ke apartemen yang mana pun kau mau,” ucap Lucas seraya memandang bangunan yang terlihat kumuh di matanya.
Clarie ikut memandang ke arah bangunan yang sudah menjadi tempat tinggalnya selama empat tahun terakhir ini.
“Akan kupikirkan lagi soal itu,” jawab Clarie.
“Aku ingin kau hidup layak di tempat yang lebih baik,” kata Lucas lagi, kali ini pandangan pria itu tertuju pada gadis di sebelahnya.
‘Oh, jadi selama ini aku tidak hidup layak?’ ucap Clarie membatin.
Clarie menanggapi ucapan pria itu hanya dengan anggukan.
“Masuklah dan beristirahat!” titah Lucas.
“Oke.”
Clarie membuka seat belt dan hendak membuka pintu mobil, tapi Lucas menahannya. Kemudian pria itu meraup wajah Clarie dan menciumnya rakus.
Sepertinya Lucas tidak akan pernah puas dengan Clarie. Tampak pria itu sangat berat melepas kepulangan gadis itu ke flatnya.
“Sampai besok, Clarie,” ucap Lucas seraya mengusap sudut bibir gadis itu yang basah dengan saliva mereka.
Clarie turun dari mobil, lalu berjalan cepat masuk ke bangunan flatnya. Tak berselang lama, Lucas kembali melajukan kendaraanya menuju jalanan kota New York.
Gadis itu tiba di flatnya, kemudian masuk ke kamar dan merebahkan diri ke ranjang empuk miliknya. Clarie memejamkan mata mengingat kejadian selama dua hari ini yang merubah dirinya begitu cepat. Dia berhasil meraih pria pujaan hatinya dalam genggaman. Lebih buruknya lagi, dia menjadi b***k pelampiasan seksual pria itu.
Keesokan paginya, Clarie sudah bersiap akan ke kantor hari ini. Semenjak menjadi sekretaris pribadi Lucas, dia dituntut menjadi lebih cekatan dalam waktu dan bekerja. Dia harus berada di kantor satu jam sebelum pria itu datang, untuk menyusun schedule dalam satu hari kerja dan berbagai perintilan lainnya.
“Pagi sekali, Clarie?” tanya Daniele yang baru saja masuk ke rumahnya.
“Ah! Kau mengagetkanku, Danni!” seru Clarie yang tengah memakai heelsnya.
“Pagi sekali kau sudah ingin berangkat?” tanya Daniele heran.
“Jangan pura-pura bodoh, Danni!” ketus Clarie kesal.
Daniele terkikik geli. “Aku ingin menumpang tidur di sini, mataku berat bila harus menyetir pulang ke rumah,” ujar wanita bertubuh tinggi itu seraya melangkah ke sofa merah dan merebahkan dirinya di sana.
“Jangan tidur di sofa, pindah ke kamar sana!” seru Clarie.
“Bawel sekali kau, Clarie!” ujar Daniele bersungut-sungut.
“Aku berangkat dulu,” kata Clarie bergegas keluar tanpa menunggu balasan dari sahabatnya itu.
Tiba di kantor, Clarie bergegas menyiapkan segala sesuatunya untuk tugas hari ini. Sekitar tiga puluh menit kemudian dia menyelesaikan, pekerjaannya, bersamaan dengan kedatangan Lucas.
Lucas hanya melewati gadis itu tanpa menyapanya, membuat Clarie bertanya-tanya. Ada apa gerangan dengan bosnya itu? Tak berapa lama telepon di meja Clarie berdering dengan tanda khusus bos memanggil, gegas dia mengangkatnya.
"Ya, Sir?" ucapnya.
Lucas meminta Clarie untuk segera datang ke ruangannya. Gadis itu pun bergegas menuju ruangan itu tak lupa membawa catatan untuk hari ini.
Clarie mengetuk pintu di depannya, kemudian terdengar suara sahutan dari dalam. Gadis itu pun menekan handle pintu dan mendorongnya terbuka sebagian.
Lucas duduk di kursinya dengan kedua tangan saling bertautan menopang dagu yang bertumpu pada lengan kursinya. Matanya menatap liar pada gadis yang berdiri di hadapannya. Clarie memakai kemeja katun warna putih yang sedikit transparan sehingga menampakan tank top putih di dalamnya, dipadukan dengan rok lipit hitam ketat. Kulit putih kakinya menggoda pria itu untuk membelainya.
“Apakah hari ini ada meeting dengan Tuan Sanders?” tanya Lucas.
Beberapa hari lalu kliennya membatalkan pertemuan karena mendadak harus terbang ke luar negri. Dia berjanji akan mengabari bila sudah kembali.
“Ada, Sir. Beliau meminta bertemu pada pukul dua siang ini di restoran hotel tempatnya menginap,” ucap Clarie. “Untuk pagi ini anda diminta mereview iklan yang akan diluncurkan. Nanti filenya akan saya kirim langsung ke email anda, Sir,” tambahnya lagi.
Lucas mengangguk.
“Kemarilah,” pinta Lucas.
Clarie berjalan menghampiri Lucas yang saat ini sudah beranjak berdiri dari duduknya juga. Ketika Clarie sudah berada di depannya, tangan pria itu langsung menarik pinggang Clarie sehingga tubuh gadis itu menubruk d**a bidangnya.
“Kau sangat menggairahkan,” bisik pria itu nakal di telinga gadis itu. Lucas langsung melumat bibir merah menggoda milik Clarie.
Keduanya saling memagut satu sama lain, Lucas memperdalam ciumannya membuat Clarie terengah-engah. Tangan pria itu pun meremas b****g berisi milik Clarie, hingga rok gadis itu terangkat naik.
Tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu yang menginterupsi kegiatan mereka.
Keduanya terpaksa menyudahi ciumannya.. Lucas merapikan rambut sekretarisnya begitu pula dengan pakaian gadis itu yang hampir kusut.
Clarie pun kembali merapikan dirinya, lalu melangkah menuju pintu dan membukanya.
“Hai,” sapa seorang wanita yang berdiri di depan pintu ruangan Lucas.