“Jadi Kimi mirip almarhumah sahabatmu?” tanya Fadell kemudian. “Iya, Pak.” “Kalau benar dia sahabatmu, kenapa kamu bisa tidak mengenali putrinya?” “Maksud Bapak?” “Oh, maaf. Saya lancang ya? Harusnya saya tidak bertanya lebih dalam.” Kening Nana berkerut, merasa aneh dengan nada sinis yang tersemat di setiap kata-kata Fadell. Kalau memang ia tidak suka dengan pemberiannya, kan tinggal tolak saja, kenapa harus sesinis itu? “Begini Nana....” “Karena sahabat saya meninggal saat melahirkan. Setau saya sampai pemakaman Arini selesai bayi itu belum sempat diberi nama. Sampai sekarang saya ga pernah bertemu putrinya karena hari dimana Arini meninggal adalah hari terakhir saya bekerja di perusahaan itu sebelum saya pindah ke Surabaya. Dan apa ya urusan Bapak sampai Bapak bersikap sin