“Ngapain kamu pegang suami saya?” Nana yang berlari mendekati Fadell saat mendengar pekikan bosnya itu sontak membeku. Pun beberapa orang yang juga mendengar suara bengis Della. Fadell pun turut terbungkam, hanya kerutan di wajahnya yang menandakan ia tengah menahan nyeri yang cukup hebat. “Masuk Mas!” pinta Della kemudian. Tegas. Kedua irisnya masih menantang Nana dengan tatapan tajam. Fadell menurut, tak ingin mencari keributan di tengah keramaian. Sementara Della, tanpa babibu lanjut menginjak pedal gasnya, meninggalkan area gedung. Sepanjang jalan Della hanya terdiam. Berkali-kali ia melirik ke tangan Fadell yang terluka dan terlihat kian membengkak, meski tetap saja Della enggan menaikkan titik pandanganya dengan kedua netra Fadell. Fadell sudah berusaha memulai percakapan, namu