4

1253 Kata
"Ahhh... Kelar juga acaranya."  kata Kak Kamila merebahkan badannya di sofa ruang keluarga Acara hari ini bisa dikatakan sukses. Tamu-tamu yang datang terlihat  senang selama acara berlangsung. Wajar saja jika para tamu undangan senang berada di acara pesta karena sang mama mertuanya memberikan pelayanan yang terbaik untuk para tamu. Apalagi sikap mama yang sangat ramah membuat banyak tamu betah berada disini. "Badan aku  rasanya mau rontok semua gara-gara harus nyiapin banyak makanan tadi. Kayaknya tamu yang datang banyak banget deh buktinya makanannya pada habis semua." kata Kak Kamila yang baru saja duduk kembali setelah membereskan beberapa peralatan masak didapur " Sayang aku bawa Nayna ke kamar dulu kasihan dia udah ketiduran ." kata George yang tampak menggendong putrinya yang tertidur lelap "Iya sayang kamu bawa Nay ke kamar dulu. Kasihan kayaknya dia kecapean. Soalnya seharian ini dia main terus. Setelah beres-beresnya selesai aku langsung nyusul ke kamar." kata Kak Mila pada sang suaminya George pun langsung menggendong  Nayna dan  membawanya ke kamar. Nayna sudah ketiduran karena kecapekan karena seharian ini main terus. "Ma, Pa, Kak Mila ini Fira buatin teh hangat." kata Safira sambil membawa teh untuk semua orang " Untuk Papa Fira buatin khusus buatin teh tanpa gula karena papa harus banyak mengurangi makanan dan minuman yang manis." kata Safira sambil meletakkan tehnya ke papa mertuanya "Wah kamu masih ingat aja kalau papa lagi ngurangin pakai  gula." kata Papa mertua kaget "Makasi sayang tehnya."  kata Mama mertuanya sambil tersenyum " Iya ma sama-sama. Masih dong pa. Tapi papa masih suka bandel kan? Fira tahu kadang-kadang papa suka curi-curi kesempatan untuk makan makanan yang manis." kata Safira sambil tersenyum “Kamu bener banget sayang papa kamu ini memang suka bandel. Padahal dokter udah bilang untuk mengurangi tapi tetap aja suka bandel.” Kata sang mama yang ikut mengomeli sang papa Dan suasana berubah menjadi hangat. Semua anggota keluarga tertawa mendengar omelan sang mama ke sang papa. Di rumah ini kan memang sang mama adalah bosnya. Dan ga ada yang berani membantah perintah sang mama walaupun itu sang papa yang mereka kepala keluarga di rumah ini.Mereka sedang berkumpul di ruang keluarga sambil menikmati teh buatan Safira. "Fira gimana kuliah kamu?" tanya Papa mertuanya " Fira lagi ngerjain skripsi Pa. Smoga bulan depan bisa ikut sidang dan bisa ikut wisuda tahun ini." Kata Safira "Papa yakin kamu pasti bisa lulus tahun ini. Karena papa tahu kemampuan kamu. Dan papa yakin kamu bisa segera menyelesaikannya dengan hasil yang memuaskan." kata papa mertuanya memberikan semangat "Makasi pa. Fira akan berusaha semaksimal mungkin biar bisa cepet selesai kuliahnya." Kata Safira bersemangat " Sayang malam ini kamu nginep dirumah Mama kan? Mama kan masih kangen sama kamu. Kamu kan udah lama ga main ke rumah Mama. Pinta sang mama mertua "Aku ikut Kafka aja Ma. Kalau Kafka mau nginep disini ya aku ikut aja." kata Safira sambil meminum tehnya " Ka kamu nginep di rumah mama kan malam ini ? Kalau sampai kamu ga nginep disini mama pasti akan marah sama kamu." kata Mamanya yang mulai mengancam Kafka sudah tau betul sifat mamanya ini kalau ia sudah mengancam seperti saat ini berarti mau tidak mau dia harus mengabulkannya. "Iya Mama malam ini aku nginep sini." kata Kafka akhirnya " Makasi ya sayang."  kata Mama sambil memeluk sang putra Kafka hanya menerima pelukan dari orang yang paling ia cintai di dunia ini. Sang mama adalah segalanya bagi Kafka. Jadi Kafka sangat senang ketika mamanya bisa langsung sayang dengan Safira ketika Kafka memutuskan untuk menikahinya. "Ma Pa aku ke kamar dulu kasihan Nayna udah tidur." kata Kak Kamila sambil mencium pipi Papa dan Mama "Fira Kakak tidur duluan ya." Kata Kak Kamila berpamitan pada Safira " Ya Kak."  jawab Safira Tak lama kemudian Papa dan Mama sudah masuk kamar karena mereka juga merasa kelelahan dan tinggallah Kafka dan Safira yang masih menikmati teh mereka di ruang keluarga Rainhard Saat ini Safira yang sedang mengambilkan baju ganti untuk  Kafka. Safira pun melihat kamar milik Kafka . Kamarnya tidak berubah ketika terakhir ia datang kesini. Warna hitam dan putih sangat mendominasi warna kamar. Disitu ada beberapa foto Kafka dari semasa kecil sampai sekarang. Dari kecil Kafka memang sudah tampan tak heran sekarang ketampanannya tak pernah pudar. "Aku tahu aku ganteng jadi ga usah lihat foto aku sampai segitunya juga sayang." kata Kafka sambil memeluk Safira dari belakang "Ka jangan peluk-peluk gitu aku belum mandi masih bau."kata Safira risih "Walaupun kamu ga mandi kamu tetap wangi kok." kata Kafka gombal "Udah pakai baju dulu. Aku udah siapin baju kamu di ranjang. Sekarang aku mau  mandi dulu."  kata Safira ketika sadar Kafka hanya bertelanjang d**a dan hanya melilitkan handuk di pinggang " Ngapain harus pakai baju ntar juga ga pakai baju juga."kata kafka menggoda sang isteri Wajah Safira bersemu merah karena tahu arah pembicaraan sang suami. Ia tak habis pikir di balik semua kesempurnaan yang Kafka miliki ia memiliki otak yang sangat m***m. Walaupun itu hanya ia lakukan kepada sang isteri, tapi tetap aja Safira masih merasa jengah. "Udah ah aku mandi dulu." kata Safira berlari ke kamar mandi Ia tak ingin berlama-lama disini karena bisa-bisa Kafka mengurungnya di ranjang dan tak mengizinkan Safira pergi dari sana. "Ahh segarnya."kata Safira setelah ia selesai mandi Safira meletakkan handuknya di tempat handuk ketika pandangan matanya menuju ke arah ranjang. Dilihatnya Kafka sudah terlelap tidur. Ia hanya tersenyum melihat wajah damai suaminya ini. Bayangkan saja kalau Kafka bangun Safira tak dibiarkan tenang. Kafka akan selalu menggoda isterinya. Dan hal itu selalu berhasil Kafka lakukan. Safira pun langsung merebahkan badannya di samping Kafka. Karena matanya juga tidak bisa diajak berkompromi. Ketika akan memejamkan matanya tanpa disangka-sangka Kafka menariknya dalam pelukannya. " Ka, aku kirain udah tidur." Kata Safira yang sudah tidur di pelukan Kafka "Mana bisa aku tidur kalau isteriku belum ada dipelukanku." Kata Kafka yang semakin mengeratkan pelukannya Safira pun merapatkan tubuhnya dan membenamkan wajahnya di d**a bidang Kafka. Perasaaan nyaman langsung Safira rasakan. Harum tubuh Kafka bagaikan aroma terapi bagi Safira. Dan Safira ingin selamanya seperti ini. Selalu tidur dalam pelukan Kafka.  "Ka, aku boleh tanya sesuatu sama kamu? Aku harap kamu jawab pertanyaan aku dengan jujur." kata Safira sungguh-sungguh "Tanya apa sayang?" kata Kafka tanah masih memejamkan matanya " Menurut kamu aku udah jadi isteri dan menantu yang baik belum buat kamu dan keluarga kamu? Trus kenapa kamu dulu memilih aku jadi isteri kamu. Padahal kamu tahu aku ga cantik, miskin, yatim piatu sedangkan kamu punya segalanya." Tanya Safira panjang lebar "Karena aku sangat mencintai Safira Aprilia dengan sepenuh hati tanpa ada embel-embel apapun. Kalau kamu tanya kenapa aku bisa suka sama kam. Hingga saat ini aku ga tahu jawabannya. Aku juga ga peduli kamu ga punya apapun yang kamu sebut tadi. Aku hanya mencintai Safira Aprilia yang sok jadi cewek kuat padahal dibelakang ia sering menangis diam-diam. Dan kamu sudah jadi isteri yang luar biasa buat aku. Dan pasti kamu pasti sudah menjadi menantu kesayangan dirumah ini. Buktinya Mama begitu sayang banget sama kamu kan.. Jadi jangan pernah ngomong kayak gitu lagi." kata Kafka dengan kesungguhan hati " Aku cuma ga mau buat malu kamu sama keluarga ini gara-gara aku jadi bagian keluarga ini. Dan bisa merusak reputasi keluarga kamu. Karena aku sangat mencintai keluarga ini. Keluarga yang menerima aku dengan tangan terbuka dan limpahan kasih sayang." kata Safira yang mulai berkaca-kaca Air mata pun tanpa sadar sudah menetes dari mata indahnya. Kafka bisa merasakan betapa besarnya cinta Safira untuk keluarganya. Ia begitu memperdulikan keluarga ini tanpa tak peduli dirinya tersakiti. Kafka pun mempererat pelukannya untuk menularkan rasa nyama pada Safira. Hingga mereka sama-sama tertidur....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN