8

751 Kata
Seperti sudah Safira prediksi ketika ia  turun dari mobil sampai mereka sekarang di supermarket hampir semua mata tertuju pada dirinya dan Kafka. Dan tentu saja semua pandangan mata tertuju pada Kafka. Dan itu membuat Safira sedikit risih karena pandangan orang-orang kepada dirinya. Mereka melihat dari bawah hingga atas tubuh Safira. Mungkin ia berpendapat apa benar dirinya isteri seorang Kafka Rainhard. Dan itu membuat Safira jadi merasa tidak nyaman. Pandangan orang-orang begitu menghujam tajam pada dirinya. "Ka, seharusnya tadi aku supermarket sendiri. Kamu ga usah pakai acara  anterin aku segala." kata Safira cemberut Kamu kenapa sih dari tadi cemberut terus? Kalau cemberut terus aku kasih hukuman loh."  kata Kafka dengan wajah mesumnya Safira tahu apa hukuman yang akan diberikan Kafka yang tak jauh-jauh dari hal-hal m***m. Ia berani taruhan kalau orang-orang tahu sikap m***m idolanya pasti mereka bisa langsung ilfiil dengan idolanya. "Bodo ah..." kata Safira meninggalkan suami mesumnya Safira pun meninggalkan Kafka yang membawa keranjang belanjaan mereka. Safira memusatkan kembali pikirannya untuk membeli kebutuhan rumah yang memang sudah banyak yang habis. Safira sudah menyiapkan check list barang apa saja yang harus dia beli untuk kebutuhan rumah selama sebulan ke depan. Safira lebih memilih belanja sendiri dan tak menghiraukan Kafka yang entah untuk keberapa kalinya harus dimintai foto dan tanda tangan. Kafka sendiri dengan setia mengikuti kemana saja Safira pergi. Ya walaupun ia harus sesekali memberikan beberapa kali foto dan tanda tangan pada beberapa fansnya. "Sayang belanjaannya taruh mana?" Tanya Kafka " Taruh meja aja sayang biar nanti aku beresin. Aku mau ganti baju dulu." Kata Safira langsung ke kamarnya Mereka baru saja pulang dari supermarket. Safira ga lagi deh ke supermarket bareng Kafka. Selain banyak orang yang selalu mengerubungi mereka tapi Kafka terlalu boros. Ia bahkan hampir membeli seluruh stock supermarket kalau saja Safira ga memarahinya. Safira tahu uang Kafka banyak tapi ia ga mau menghamburkan uang dengan ga berguna. Dan sekarang ia akan memasukkan barang belanjaannya ke kulkas dan lemari penyimpanan. Dan siang ini ia memutuskan untuk masak saja. Ia akan masak sup iga dan tempe goreng. Ia memperhatikan Kafka yang sedang duduk sambil melihat acara tv. Tak membutuhkan waktu lama sampai masakannya jadi. "Ka, makan siangnya udah siap." Teriak Safira dari arah meja makan "Wah sayang kayaknya enak nih."kata Kafka ketika melihat masakan Safira di meja makan Mereka pun makan siang sambil saling berbincang. Saat-saat seperti ini sangat berharga bagi mereka berdua. Karena dengan segudang kesibukan Kafka tak jarang Safira lebih sering makan sendiri daripada makan bersama. "Sayang aku tunggu di ruang TV ya?" teriak Kafka pada sang isteri yang masih sibuk di dapur "Ya bentar nanti aku kesana. Aku mau nyiapim kamu buah dulu buat kita berdua." kata Safira yang sudah sibuk mengupas buah untuk suaminya dan tentu juga untuk dirinya sendiri Tak berapa lama sambil membawa apel yang sudah ia kupas ke Kafka. "Ini buahnya di makan dulu." kata Safira sambil menyerahkan apel yang ia kupas " Makasi sayang." Kata Kafka "Ka besok kamu berangkat jam berapa?" Tanya Safira yang merebahkan kepalanya di bahu sang suami " Aku berangkat siang kok sayang. Ada apa?" Tanya Kafka " Nanti aku siapin bajunya trus kamu pilih mana baju yang mau kamu pakai." Kata Safira yang memakan buahnya " Udah packingnya nanti aja. Lagian besok aku juga berangkatnya masih siang jadi kita bisa packing pagi kan." kata Kafka sambil menarik Safira ke dalam pelukannya Safira tak menolak ketika Kafka menariknya ke dalam pelukannya. Ia bahkan merasa nyaman bila sang suami memeluknya seperti ini. Ini juga menjadi salah satu hal yang akan Safira rindukan nanti ketika sang suami pergi jauh. Ya walaupun pergi karena masalah pekerjaan. "Sayang selama aku pergi kamu tinggal di rumah Mama aja. Aku khawatir kalau kamu disini sendirian." kata Kafka khawatir Safira merebahkan kepalanya di d**a Kafka yang bidang. Menempatkan kepalanya di tempat ternyaman di duni ini yaitu di pelukan sang suami. "Aku ga papa kok disini. Minggu depan aku kan sidang jadi aku mau belajar aja. Tapi nanti kalau sidangku sudah selesai aku tinggal di rumah Mama aja."kata Safira yang tampak nyaman bersandar di d**a sang suami " Sayang aku yakin kamu pasti bisa. Karena aku tahu Safira Aprilia adalah wanita yang tangguh. Dan aku tahu gimana kerja keras  kamu sampai sejauh ini. Jadi jangan pernah merasa kalau kamu ga bisa. Karena aku yakin kamu bisa." Kata Kafka memberi semangat Safira memandang wajah suaminya yang tidak akan ia temui sekitar 3 bulan lamanya. Entah siapa yang memulai tapi mereka saling berciuman hingga berakhir di kamar dengan tidak ada sehelai baju pun yang menempel di tubuh mereka....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN