Dengan rasa kantuk yang masih mendera, Dinda membuka pintu rumahnya usai mendengar bel berbunyi dengan sangat nyaring. Dalam hati, andai itu Al atau Irish, ia akan menutupnya lagi dengan kesal atau langsung mengusir mereka. Ia masih kesal dengan Irish, memang secara langsung sahabatnya itu tidak salah, hanya saja ia sedikit mulai membenci karena hati Reza masih berada di dalam dirinya. "Siapa sih?" Tanya Dinda dengan memekik keras, membuat seseorang yang berada di balik pintu tersebut sedikit tersentak. "Maaf mbak, saya datang untuk menagih tagihan air untuk tiga bulan terakhir yang belum mbak bayar. Pihak kami sudah berusaha memberitahu mbaknya lewat SMS, tapi mbaknya mengabaikan. Jadi, demi kebaikan bersama, saya datang untuk menagihnya secara langsung." Tutur seorang mas mas yang teng