Al tertegun, masih tak mengerti maksut dari ucapan sang istri barusan. “Saya berubah pikiran yang mulia,” kalimat itu terus terngiang di dalam pikirannya, ia bahkan saat ini merasa bahwa waktu berhenti. Netranya terus menatap ke arah Irish yang tengah berdiri tak jauh dari tempat duduknya, menatapnya dari arah samping dengan ke dua matanya yang memerah menahan tangis. Santi perlahan berdiri, ke dua matanya yang beberapa saat lalu tertutup rapat dengan hati yang kacau karena tak mau melihat palu di ketuk serta menerima kenyataan bahwa anaknya berpisah kini bangkit berdiri, menatap sang menantu dengan air mata yang mengenang. “Maksutnya berubah pikiran?” tanya hakim secara spontan. Irish menoleh ke arah sang suami, seketika