Irish mematung di tempat, ke dua tangannya bergetar hebat tatkala melihat klinik mana yang di pilih oleh sang suami untuk pemeriksaan ke dua kandungannya serta beberapa keluhan yang di alami oleh suaminya tersebut. "Kenapa diem di situ? Ayo masuk!" Dengan lembut Al menggenggam tangan Irish dengan hangat, senyumannya merekah dengan indah lalu mulai menarik sang istri untuk melangkah bersamanya. "Wait!" Irish masih belum beranjak. Klinik itu sebening kasih, klinik yang sama seperti pertama kali ia periksa. "Kenapa?" "Kita pindah klinik," ajak Irish dengan panik. Kening Al mengerut, bingung dengan perubahan sikap sang istri. "Kenapa? Kamu tahu gak? Klinik ini yang terbaik di sini, banyak orang yang dari luar kota demi ke sini. Kenapa kamu malah nolak?" "Aku kan udah bilang, aku gak suka