Setelah berbicara panjang lebar dengan Kiara, Lusi pergi begitu saja. Tanpa keluar dari mobil, ataupun melirik Esa yang masih duduk di depan mini market. Hati wanita paruh baya itu masih saja tidak bisa terima kalau putrinya saat ini tengah hamil anak Esa. Cita-citanya untuk menyandingkan Kiara dengan pria kaya raya akhirnya pupus sudah. Tidak ada lagi yang dapat Lusi perbuat ketika putrinya tengah mengandung seperti sekarang. Segarang-garangnya Lusi, ia masih punya batasan jika harus bertindak memisahkan Kiara dari Esa. Ada sebuah nyawa, yang sudah dititipkan Tuhan di rahim putrinya, untuk itulah, Lusi lebih memilih pergi dan menenangkan diri. Apakah ini hukuman karena dirinya terlalu serakah selama ini? Tidak … Lusi masih merasa kalau dirinya tidak serakah. Yang dilakukannya selama ini

