Kiara keluar dari mobil, tanpa berucap satu patah kata pun dengan Esa. Kakinya menghentak kesal ketika melewati pagar dan langsung masuk ke dalam setelah mengucapkan salam. Kiara masuk melalui pintu dapur yang memang jarang sekali ditutup oleh ibu sambungnya. “Sendiri, Ra?” tanya Ana yang tengah membuat kaldu untuk berjualan nanti malam. “Sama Esa.” Kiara menghempaskan bokongnya di sebuah kursi plastik yang berada di samping pintu dapur. Wajahnya masih saja tertekuk kesal karena masalah Pipit. Ana menghela kecil ketika mendengar jawaban Kiara. Sejurus kemudian, Ana melihat Esa yang memakai seragam kerjanya masuk, setelah memberi salam terlebih dahulu. Melihat jam dinding, untuk melihat mengapa sepasang suami istri itu bisa datang bersamaan pagi ini. Esa menghampiri Ana untuk mencium t

