MENGUMPULKAN BUKTI

1217 Kata
Juna menatap Bima yang tengah berjalan keluar kelas. Anak laki-laki tampan.dengan garis-garis wajah yang sedikit mirip dengan nya. Ya karena Bima lebih dominan mirip dengan Kania pikir Juna. Jelas Juna tidak bisa melihat kemiripan antara dirinya dan Bima. Saat ini Bima masih bercanda tawa dengan teman-temannya.indra dan Juna hanya bisa melihatnya saja. Indra melihat wajah Juna dan Bima bergantian. keningnya berkerut.. Jelas sekali ada kemiripan antara Juna dan Bima. Indra bisa menyimpulkan sementara memang ada hubungan antara Juna dan Bima. "Dia memang mirip sama kamu Jun. hidungnya dan ketika dia tersenyum.coba Saja kamu tersenyum.maka akan terlihat jelas kemiripan kalian". "Tapi gue ga bisa tiba-tiba dateng ke dia ndra. karena dia ga kenal sama gua." Kata juga pada sahabat sekaligus tetangga depan rumahnya dulu waktu masih tinggal bersama orangtuanya. "Gini aja biar gue ajak lo nyamperin dia ya. sepertinya dia belum dijemput." Juna hanya mengangguk. dalam hati dia ingin sekali memeluk anak itu. Tapi dia takut ada penolakan dan ketakutan yang dirasakan Bima padanya nanti. "Bima..." panggil Indra pada Bima yang sedang bercanda dengan teman-temannya. "iya pak Indra. ada apa Pak?" kata Bima "Sini Bim Pak Indra mau ngomong sama kamu" Bima lantas mendekati Indra.Kini jarak Juna dan Bima sangat dekat. ingin sekali tangan Juna menyentuh anak itu. Tapi dia urungkan. "Bima, kamu belum dijemput?" Tanya Indra pada Bima. "Belum Pak. tidak biasanya nenek telat jemputnya. ini jam berapa ya Pak?" Tanya Bima. "Baru jam satu seperempat Bim. baru Telat lima belas menit". "oh gitu ya Pak?" Bima melirik teman Indra yang ada di sebelahnya itu. Bima merasa diperhatikan olehnya. "om koq lihat Bima terus dari tadi.kenapa om?" Tanya Bima tanpa basa basi. "Eh... itu... emm Om cuma kangen sama anak Om. wajahnya mirip sama kamu nak" Kata Juna berbohong. dan sedikit kebingungan karena tiba-tiba Bima menegurnya. "Oh gitu ya Om? enak ya jadi anak Om bisa dikangenin sama ayahnya. Bima kapan dikangenin sama Ayah?" Indra dan Juna saling pandang. mereka jadi kepikiran sesuatu untuk mengorek keterangan dari Bima. "memang Ayah kamu kemana Bim?" Sengaja Indra yang bertanya. karena wajar bila gurunya bertanya seperti itu. "Bima ga punya Ayah Pak.Kata mama Ayah Bima pergi jauh" Deg... satu lagi kata kunci lagi yang baru dia dapat. Juna melihat Indra seakan menyuruh untuk bertaya lebih banyak lagi. "memangnya Bima ga pernah lihat fotonya Ayah Bima?" Tanya Indra kemudian. "Kata mama, mama ga punya fotonya ayah. tapi Bima ga percaya Om." anak ini sepertinya cerdas sekali. dari cara bicaranya yang tegas seperti Kania dan juga pintar yang mewarisi otak mamanya. Juna berfikir sejenak. Dari cara bicara Bima, sepertinya ada hal yang ingin disembunyikan Kania dari anaknya. Iya benar memang Kania tidak pernah punya fotonya karena memang mereka tidak pernah menjadi sepasang kekasih. Juna sangat mencintai Kania sejak mereka duduk dikelas satu SMA. Juna memang arogan waktu itu. mungkin karena itu Kania tidak pernah mau menerima cinta Juna.sampai kelas tiga SMA, Perasaan Juna sudah tidak bisa dibendung lagi. Dia marah pada Kania yang 2 hari sebelum promnite menolak lagi cintanya. akhirnya dia gelap mata dan merencanakan semua itu pada Kania. dengan harapan Kania mau menjadi miliknya walau dengan cara paksaan. "Bim ini udah jam stengah dua lho. nenekmu udah telat setengah jam.mungkin nenekmu ga bisa jemput. bapak anterin kamu pulang aja ya". Ajak Indra. Indra berkedip pada Juna. Bima tampak berfikir.kata mamanya kalau ada orang yang ga dikenal jemput ,Bima jangan mau. Tapi Pak indra kan gurunya Bima. ga mungkin Pak Indra mau menculiknya. "Iya Pak Bima mau". Indra mengajak Juna untuk mengantar Bima. mereka mengantar Bima dengan naik motor. Indra menyuruh Bima naik ke motornya. sedang Juna naik motor sendirian. sepuluh menit kemudian mereka sampai. karena rumah Bu Yuni tidak jauh dari sekolah. "Assalamualaikum.. " "Waalaikumsalam.." jawab Bu Yuni dari dalam rumah. "Nenek... " Bima mencium punggung tangan nenek Yuni. "kamu sama siapa Bim.. koq jam segini sudah pulang?" Bu Yuni heran melihat Bima diantar dua orang laki-laki. "Nenek ini udah mau jam dua.Bima nungguin nenek dari jam satu tadi. tapi nenek ga jemput-jemput.terus Pa indra gurunya Bima nganterin Bima pulang". "lho ini masih jam dua belas Bim" Nenek Yuni memperhatikan jam di dindingnya.ternyata jarum panjangnya tidak bergerak. "Astagfirullah.. jamnya nenek habis batre ternyata Bim. Aduh pak maaf saya jadi merepotkan bapak. maklum ini udah ninik ninik matanya suka ga jelas. Ternyata jamnya habis batre. Terimakasih ya Pak udah nganterin Bima". "Tidak apa-apa bu. saya juga sekalian mau pulang koq ini". "Silahkan masuk dulu Pak guru saya bikinin minum dulu". ucap Bu Yuni. "Ti..." baru saja Indra mau bilang tidak usah tapi lengannya disenggol oleh Juna. "Ah iya bu boleh kalau tidak merepotkan" ucap Indra.Indra tahu Juna ingin mendapat informasi lebih banyak dari bu Yuni. "mari silahkan duduk. bapak-bapak. saya tinggal sebentar ya". "iya bu silahkan". Bima masuk ke dalam juga untuk sholat dan berganti pakaian. tidak ada lima menit bu Yuni datang dengan dua gelas teh hangat. disusul Bima yang sudah berganti pakaian. "Silahkan diminum pak." "iya bu terimakasih". Indra dan Juna menyeruput tehnya masing-masing. Sebelum mereka mengorek keterangan tentang Kania dan Bima dari Bu Yuni. "Em.. ibu neneknya Bima ya?" Tanya Indra. "oh bukan pak guru. dia itu anak dari perempuan yang ngontrak di rumah saya. itu sebelah situ rumahnya" bu Yuni menunjuk ke arah rumah kontrakannya yang ditinggali Kania. "Tapi saya udah nganggep Bima seperti cucu saya sendiri. karena anak cucu saya ga ada yang mau tinggal sama saya." tambah bu Yuni lagi. "Lalu ibunya Bima kemana Bu?" "mamanya Bima belum pulang kalau jam segini. nak Kania ngajar di SMA SATU NUSA. jam setengah lima baru sampai rumah biasanya. "Ayahnya Bima kemana Bu?" Indra mencoba bertanya lebih banyak agar Juna bisa memperoleh lebih banyak informasi. "emmm, ayahnya Bima Kerja di luar kota Pak." kata bu Yuni bohong. Bima yang sedang asyik dengan mainannya tiba-tiba menoleh ke arah bu Yuni. "nenek ga boleh bohong lho nek. Bima kan ga punya Ayah. kata mama Ayah Bima udah pergi jauh.ga bakal balik lagi." Bu Yuni salah tingkah dengan kejujuran Bima. dia jadi tidak enak dengan dua laki-laki yang dia anggap sebagai guru Bima semua. "hehehe.. iya memang begitu Pak". Indra menangkap ada yang disembunyikan. dia tadi lupa mengecek data Bima. dari akta kelahiran harusnya bisa terlihat siapa ayah dan ibunya. sepertinya dia harus kembali ke sekolah lagi setelah ini dan mengecek data Bima disana. "Y sudah bu kalo begitu saya permisi dulu.terimakasih banyak tehnya ya bu" ucap indra. Mereka berdua kembali lagi ke sekolah. Indra mengajak Juna menemui Bu Heni. semoga saja Bu Heni belum pulang. mereka beruntung karena bu Heni yang menyimpan data-data siswa masih ada di sekolah. Indra meminta data milik Bima. dengan alasan ada hal yang penting. Bu Heni tidak mencurigai apapun karena tidak mungkin pak Indra punya niat buruk. Indra membuka Akta kelahiran milik Bima. ABIMANYU GILANG PRATAMA. tapi anehnya nama ibunya bukan Kania. dan Aktanya diterbitkan di Bandung. Juna semakin bingung. "Dugaan gue yang pertama Bima bukan anak kandung Kania Jun. dugaan yang kedua, Bima lahir diluar pernikahan. itu artinya Kania tidak pernah menikah. jadi mereka memasukkan Bima ke kartu keluarga milik orangtuanya agar Bima bisa mendapatkan akta kelahiran." "Oke gue ngerti sekarang ndra. gue harus ngumpulin banyak bukti ndra. selain DNA yang terakhir akan gue lakuin besok. Kania itu orangnya keras kepala. Jadi gue harus menekan dia dengan mengantongi banyak bukti agar dia tidak bisa mengelak lagi" "gue bakal bantuin lo Jun" "makasih ndra" ************
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN