Sepekan berlalu sejak Harris datang ke rumah Karin. Gadis itu sudah kembali bekerja, meski wajahnya belum sepenuhnya segar. Namun, sesuatu telah berubah di antara keduanya. Karin kini lebih berhati-hati. Setiap kali berhadapan dengan Harris, ia menjaga jarak. Ia tak ingin menimbulkan kesalahpahaman, apalagi di mata rekan kerja yang mulai berbisik-bisik sejak kabar kunjungan Harris tersebar diam-diam. “Bu Karin, ini laporan dari divisi marketing. Katanya harus diserahkan ke Pak Harris hari ini,” ujar salah satu staf dengan nada menggoda. “Terima kasih,” jawab Karin cepat, menunduk agar ekspresinya tak terbaca. Ia tahu arah pembicaraan mereka. Begitu Harris keluar dari ruangannya untuk rapat, dua staf perempuan saling berbisik. “Kamu tahu tidak? Katanya waktu Mbak Karin sakit, Pak Harris

