Suasana malam dipenuhi udara dingin, dan semakin membuat hati Zoe kini bergetar keras. Zoe duduk diam dan tangannya melingkar di leher kokoh Maximus. Tatapannya begitu intens ke arah pria di depannya—Maximus. "Kenapa kau begitu diam?" tanya Maximus, memecah kebisuan yang telah menggantung terlalu lama. Tatapan matanya bertemu dengan Maximus yang terlihat lelah tetapi penuh hasrat. Ada gelora yang sulit diabaikan dalam mata gelapnya itu. "Aku hanya ... memikirkan banyak hal," jawab Zoe singkat. Maximus mengerutkan keningnya. "Hal seperti apa?" “Merindukan seseorang ternyata cukup menyiksa,” sahut Zoe tersenyum. Maximus ikut tersenyum. “Aku juga sudah terlalu lama menahan diri," gumamnya dengan suara serak, penuh kerinduan. Sebelum Zoe sempat merespon, bibir Maximus sud