Ch.06 Bayar Hutang

1464 Kata
Betapa terbelalaknya mata Liora saat mendengar ucapan CEO-nya yang bilang dia akan dibawa ke rumah pria tersebut malam ini. Ingin protes, tetapi kenapa yang keluar dari bibirnya hanya engah dan kesunyian tanpa kata. “Kenapa? Tidak suka ke rumahku?” toleh Christian sambil menghentikan kendaraannya di bawah lampu merah. Entah kenapa, Tuan Muda Xu seperti terobsesi melihat wajah polos Liora yang sedang kebingungan seperti ini. Menjadi hiburan tersendiri baginya atau … menjadi tantangan tersendiri? Saliva yang ditelan berkali-kali terasa menyangkut di tenggorokan. Liora ingin berteriak, ingin menangis, tetapi tetap saja tidak ada kalimat apa pun yang keluar dari mulutnya. Sementara itu, jantung kian sulit dikondisikan karena sekarang wajah tampan bosnya itu mendekat. Tiap detik semakin dekat, sampai hanya berjarak sekitar 15 sentimeter saja. Ditambah suara berat mendayu berkata, “Aku tidak berbohong saat mengatakan kamu sangat cantik.” Mau pingsan saja, atau mau kabur saja? Tidak dua-duanya karena Liora membeku. Lampu hijau menyala, berpendar di sebagian wajah cantik sang resepsionis yang tengah kebingungan. Christian kembali menegakkan punggung, lalu menekan pedal gas. Namanya juga playboy, suasana belum sempurna tanpa iringan musik. Dengan ringan ia menekan layar audio di kendaraan mahalnya. Lagu Versace On The Floor milik Bruno Mars melayang di kabin mobil. Tahu lagu ini? Lagu tentang betapa sang pria menikmati kecantikan kekasihnya yang sedang memakai gaun Versace. Akan tetapi, dia lebih menyukai dan tergila-gila saat gaun itu terjatuh ke atas lantai dan meninggalkan tubuh pemiliknya telanjang bulat. Ish! Christian benar-benar memberikan siksaan yang sempurna bagi Liora. Wajah cantik wanita muda itu merona merah dan terasa panas. Lagu yang sensual, dengan bos teramat tampan, dan dirinya tidak berdaya. Tipikal kisah drama percintaan panas baik di film atau di novel yang mana akhirnya mereka berdua akan berada di peraduan menikmati tubuh satu sama lain. Apa ini yang akan terjadi pada sang wanita? Tidak! Liora tidak mau bercinta dengan Christian! Dia terlalu takut! Mendadak saja entah kekuatan dari mana, seruannya muncul, “Tuan! Tolong antar saya pulang ke apartemen saya!” Permintaan yang hanya ditanggapi dengan tawa oleh Tuan Xu. “Kalau aku tidak mau?” Nah, mati kutu sudah. Liora kembali menunduk dan menahan napas. Sudah mana aroma parfum Christian terus saja hinggap di hidung hingga membuatnya semakin berdebar. “Kenapa kamu seperti takut sekali padaku? Aku tidak menggigit, kecuali kamu memang suka digigit.” “Haaaah!” pekik Liora menatap terkejut. “Apanya yang digigit! Tidak, saya tidak suka digigit!” Jawaban yang membuat lelaki itu semakin ingin menggigit. Pedal gas ditekan lebih dalam hingga kendaraan meluncur lebih cepat. Ada yang sudah tidak sabar ingin segera pulang ke rumah dan menikmati malam berdua. *** Sampai di sebuah rumah tingkat dua yang megah dan mewah, tiga orang penjaga berdiri di depan pagar yang tengah terbuka otomatis. Itu adalah para bodyguard Christian yang tugasnya menjaga bagian depan rumah. Liora hanya bisa melongo saat kendaraan memasuki rumah yang berada di kawasan elit kota New York. Biasanya hanya melihat kediaman semegah ini di majalah atau televisi dalam acara mengulas kediaman para artis yang harganya jutaan Dollar. Sekarang, melihat secara langsung di depan mata membuat merinding sendiri. Ditambah banyaknya lelaki berpakaian serba hitam yang berdiri dan menunduk memberi hormat ketika kendaraan lewat semakin membuatnya melongo. Dia tidak tahu kalau Christian adalah orang penting di Klan Lycenzo. Tidak hanya ayahnya merupakan orang kepercayaan sang pemimpin, tetapi dia pun memiliki perannya sendiri yang tidak bisa digantikan siapa pun khusus di bidang siber. Karena itu, pengamanan tinggi dilakukan di kediamannya. ‘Gila, rumah ini seperti rumah para artis! Dalamnya juga pasti sangat mewah! Astaga! Besar sekali! Seratus kali lipat lebih besar daripada apartemen model studio-ku!’ jeritnya dalam hati, sambil terus mendongakkan kepala saking kagumnya. Berhenti di depan pintu masuk rumah, pintu kendaraan di sisi kanannya terbuka otomatis. Ia menoleh ke kiri, bersamaan dengan bosnya yang juga sedang menatap lekat. Lalu, terdengar suara Tuan Xu. “Selamat datang di rumahku, Cantik. Kamu akan suka bermalam di sini.” Ah, ampun! Liora semakin melongo saat mendengar kata bermalam. Dia … dia akan tidur di sini hingga besok pagi? Sebelum kakinya sempat menapak, tiba-tiba Christian sudah ada di sisinya. Dan tanpa permisi, mendadak pula ia sudah dikeluarkan dari Porsche dengan cara digendong di depan d**a bidang. “Saya bisa jalan sendiri, Tuan!” pekiknya meronta. Akan tetapi, dekapan Christian justru semakin ketat karena takut di tengah rontaan tersebut justru Liora terjatuh. “Kakimu masih sakit dibuat berjalan. Diam dan jangan meronta, nanti kita berdua jatuh!” tegasnya menatap tajam. Uh, baru kali ini dia melihat tatapan tajam CEO tersebut. Tatapan yang lagsung menyayat menghunjam ke jantung. Dan seperti terhipnotis, dia sontak diam pasrah digendong. Memasuki rumah, seperti yang dipikir Liora, bangunan ini memiliki desain interior modern mewah. Dibalut nuansa futuristik, bermain di warna hitam, abu-abu, dan emas. Menaiki tangga, batin mulai bertanya-tanya dia akan dibawa ke mana. Maka, dengan suara lirih bibir merah mudanya bertanya pelan, “Ki-kita … uhm, kita akan ke mana?” “Kamar tidurku.” DEG! DEG! DEG! Dua kata, jutaan petir menyambar. Kalau bisa, dia ingin meronta lagi, tetapi kenapa justru tulang terasa semakin lemah hingga tak bisa berbuat apa pun. Senyum smirk muncul di wajah Christian saat berkata akan membawa wanita itu ke kamar tidurnya. Dia tahu saat ini Liora pasti sedang kelimpungan di dalam hati dan sekali lagi … ada rasa nikmat mengetahuinya. *** Sungguh, mereka masuk ke kamar tidur dan Liora direbahkan ke atas ranjang teramat lebar. Wanita itu langsung bergerak menjauh beberapa sentimeter saat kemudian Christian duduk di tepian. “Jangan bergerak, aku mau memeriksa kakimu.” Lalu, jemari kokoh itu menyentuh pergelangan kaki Liora sekali lagi. Ia usap perlahan, penuh perasaan. Sesekali terdengar rintih menahan nyeri saat ibu jarinya menekan. Christian berdiri, berjalan menuju sebuah lemari, lalu mengambil satu salep berwarna oranye. Kembali duduk di tepi ranjang, ia oles kaki Liora menggunakan gel tersebut. “Ini adalah salep anti-inflamasi. Semalaman diolesi ini, besok pagi seharusnya kakimu sudah bisa berjalan lagi meski belum bisa berlari. Kalau tidak ada perubahan, aku akan membawamu ke rumah sakit untuk dicek lebih lanjut.” Liora terengah, menatap wajah tampan yang sampai sekarang tidak bisa dia pahamai. “Kenapa Tuan begitu baik kepada saya?” Sambil menutup salep, Christian tertawa kecil. Ia kemudian menatap paras cantik resepsionisnya. “Kenapa bertanya begitu? Apa salah aku berbuat baik padamu? Tidak suka?” “Suka …,” engah Liora mendadak menjawab tanpa sadar. Jawaban yang langsung membuat Christian tersenyum lebar dan manggut-manggut penuh kemenangan. Sadar sudah menjawab yang ambigu, wanita muda nan jelita cepat menganulir jawabannya. "Maksud saya, iya … bukannya tidak suka, saya suka itu … uhm … maksudnya saya kagum dengan kebaikan Tuan.” “Kagum? Kenapa?” pancing Tuan Muda Xu. Masih terengah, Nona Zheng mencoba menjawab sesopan mungkin. “Ka-karena … karena biasanya … uhm … orang seperti Tuan … biasanya orang seperti Tuan tidak peduli pada orang seperti saya.” Kening Christian mengerut, “Aku tidak mengerti maksudmu.” “Biasanya, seorang CEO tidak akan peduli pada resepsionis-nya. Tapi, Tuan sedemikian peduli pada saya. Untuk itu saya mengucap terima kasih,” engah Liora. “Kalau tidak ada Tuan, mungkin saya sudah mati ditikam perampok.” Lalu, senyum yang menuntut lebih itu mendadak muncul di paras tampan Christian. “Jadi, kamu hutang nyawa padaku, benar?” “Benar,” angguk Liora, kemudian menunduk. Dia tidak kuat jika harus beradu pandang dengan pria ini lebih dari tiga detik. Jantung serasa meleleh tak mampu berdetak lagi. “Dan bukankah hutang harus dibayar? Kamu tidak mau bayar hutang kepadaku?” Pertanyaan macam apa ini, Christian! Susah memang kalau berhadapan dengan makhluk playboy yang semua kalimat dari bibirnya hanya menghadirkan debar serta ketegangan tersendiri. Reflek, Liora mendongakkan kepala. “Eh, membayar hutang?” “Kamu hutang nyawa padaku, ‘kan? Kalau aku minta hutang itu dibayar, bagaimana?” tandas CEO X-Tech dengan pandangan lekat, buas … menginginkan. Ada yang tahu apa yang sekarang ada di pikiran Christian? Yeah, kurang lebih seperti ini. Melihat betapa moleknya tubuh Liora, bagaimana dia tidak membayangkan hal-hal yang … begitulah. Suara Liora bergetar ketika menjawab, “T-Tuan ingin … Tuan ingin saya … saya membayar hutang nyawa? Ta-tapi … saya tidak punya apa pun untuk membayarnya. Saya tidak punya uang, tidak punya harta benda.” Yang tadinya hanya duduk di tepi ranjang, kini Christian justru merayap pelan di atas sprei berwarna merah maroon tersebut. Ia merangkak di atas peraduannya sendiri, ke arah Liora. “Kamu bisa membayar hutangmu dengan cara lain,” bisik sang CEO dengan sorot yang penuh makna tidak tersembunyi. Jelas apa yang dia mau, bukan? Dan d**a Liora kian kembang kempis dibuatnya. Dia memang polos, tapi dalam situasi seperti ini … di atas ranjang, desah napas Christian, sudah jelas apa yang diinginkan oleh bosnya tersebut. Lalu, terdengar penegasan sekali lagi dari Tuan Muda Xu. “Mari buat malam ini menjadi malam yang spesial bagi kita, setuju?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN