"Tha, di panggil sama Pak Kemal tuh?" ujar Cassandra membuat kening Atha mengerut.
"Ada apa?"
"Yey mana gua tahu. Sana coba samperin, siapa tahu mau ngasih bonus."
"Kalau si Kemal ngasih gua bonus. Gua bakalan numpeng saat ini juga." Cassandra terbahak mendengar gerutuan Atha.
Iya memang benar. Bos mereka tidak akan pernah memberikan mereka bonus. Jika Karyawan yang mengatakan di kasih bonus oleh Pak Kemal itu artinya fitnah. Bonus palingan di kasih makan satu Dus Donat itu pun di bagi-bagi.
"Lo kalau ngomong emang suka bener Tha." ucap Cassandra masih dengan tawa kecilnya. Atha hanya menghedikan bahunya. Dia mengangkat pantatnya lalu pergi meninggalkan Cassandra yang menggelengkan kepala.
Atha rasanya ingin mengundurkan diri. Entah kenapa rasanya dia tidak sanggup lagi bekerja di perusahaan ini. Gajinya memang lumayan tapi tetap saja rasanya berat. Jika saja Atha masih bersama Adit mungkin sekarang dia akan langsung mengundurkan diri karena pria itu akan dengan suka rela melakukan apapun demi dirinya termasuk memberikan nafkah walaupun mereka belum menikah. Lagi dan lagi Atha masih terus mengingat Adit, padahal sudah 1 bulan lamanya mereka berpisah. Namanya mantan terindah pasti akan seperti itu. Sebrengsek apapun dia, tetap saja dia yang paling baik.
Bruk!
"Allahuakbar p****t gua." Atha berteriak kencang saat tubuhnya terpental dan terduduk di lantai.
"Sorry, sorry, sorry, gua buru-buru." Sebuah tangan terulur dan Atha menerima uluran tangan itu. Dia membuka mulutnya untuk mengomel namun matanya yang malah membulat saat tau siapa orang yang menabraknya.
"Oh, Hay gadis manis." Atha melepaskan tautan tangan mereka. Dia mengusap-usap tangannya pada roknya seperti jijik bersentuhan. Terdengar kekeh di telinganya membuat kepalanya mendongak.
"Sumpah yah bahkan ini belum jam makan siang tapi sialnya kenapa gua harus ketemu cowok m***m kaya lo. Tuhan, kenapa nasib gua begitu sial setiap ketemu nih cowok." Kepala Atha bergoyang saat tangan kurang ajar itu menempeleng nya.
"Sembarangan kalau ngomong. Denger yah manis, harusnya lo bersyukur karena lo ketemu cowok ganteng kaya gua."
"Anjir PD gila nih cowok. Lo dari planet mana sih?"
"Kenyataan kali. Apa lo nggak tau siapa gua?"
"Idih amit-amit jabang gorila. Ngapain juga gua harus kenal sama lo. Nggak penting!" Atha melanjutkan langkahnya tidak ingin berurusan dengan pria menyebalkan ini. Atha merutuki kesialannya, sudah enak-enak beberapa minggu ini dia tidak bertemu. Kenapa harus di pertemuannya di kantor sih.
Tangannya di cekal membuat Atha menghentikan langkahnya, "Apa lo ada sesuatu yang lupa tentang terakhir kita ketemu?"
Atha mengerutkan keningnya, dia berpikir. Apakah beberapa waktu lalu mereka ada keterkaitan? Muka Atha langsung pucat. Astaga! Bagaimana bisa dia melupakan hutangnya? Dia menepuk keningnya.
"Oke. Lo tunggu sebentar, gua ngambil uang dulu."
"5 kali yah dari terakhir pertemuan."
"Maksud lo? Gua harus bayar pake bunga gitu?" tanya Atha shock.
"Pintar."
"Setan! Tau gini mending lo nggak usah bayarin makanan punya gua deh. Rugi kalau gini caranya." Omel Atha kesal.
"Kalau lo nggak sanggup bayar sih nggak apa-apa. Cuman bayarannya Dinner malam ini sama gua, gimana?" Cuman manusia sinting berani mengambil tawaran pria gila ini.
Dan dialah wanita sinting itu. Ini masih awal bulan dan uangnya sudah habis. Terus pria ini minta bunganya kalau begitu ludes uangnya. Bagaimana caranya makan nanti? Bukankan sebagian uangnya sudah Atha tabungkan dan itu tidak mungkin dia ambil hanya untuk menutupi hidupnya bulan sekarang.
"Oke! Gua yang tentuin dimana tempatnya." Pria di depannya mengulas senyum. Saking lebarnya, mata itu sampai menyipit membuat Atha mendengus tidak suka.
"Nggak masalah. Dan lo bisa hubungin gua disini." Atha meraih kartu nama yang di sodorkan pria itu. Ismail Abimana Kavindra pemilik dari KA.Universal.
"APA?" Atha membulatkan matanya tidak percaya.
Tangannya mengucek matanya. Apa matanya tidak salah lihat? Oh May Cinta! Perusahaan ini kan yang bergerak di bidang Pertelevisian. Bahkan perusahaan ini pemegang Global paling kuat di antara perusahaan-perusahaan lainnya. Mengingat perusahan JAYAKARTA ini mengeluarkan produk makanan, itu artinya dia sudah berurusan dengan Pengusaha tajir melintir.
"Gua .... " ucapan Atha menggantung saat di depannya tidak ada siapa-siapa. Dia mengintari pandanganya mencari kesana kemari namun pria itu tidak ada.
"Mati lo, Tha. Bahkan belum aja ngajuin surat pengunduran diri, SP 3 langsung melayang ke atas meja lo." Atha mendesah.
Sungguh dia tidak tau siapa pria m***m itu tapi ternyata sekarang dia tau siapa pria itu. Pantas saja laganya seperti orang berduit, kenyataanya dia hampir menjadi pemilik dunia bisnis. Mengingat bagaimana tajirnya anggota keluarga pria itu.
Mail terkekeh melihat ekpresi wanita itu. Dia mengusap tangannya tidak sabar menunggu bagaimana nanti malam mereka akan Dinner. Mail tidak habis pikir bagaimana bisa wanita itu tidak mengenalnya. Biasanya para wanita jika sudah melihat nama dan wajahnya mereka akan saling berlomba-lomba untuk mendekatinya. Tapi duhhh rasanya Mail gemas sendiri melihat wanita manis itu yang memasang muka bodohnya. Rasanya Mail ingin mencium pipi gembil itu dengan sadis sampai pipinya yang berwarna putih memerah akibat ulahnya.
Etahlah, Mail sudah tidak peduli awalnya dengan wanita itu semenjak anak buahnya tidak mendapatkan informasi sedikit pun. Namun saat pagi tadi dia akan berusaha melupakannya ternyata memang jodoh tidak akan kemana. Lihat kan bahkan sekarang mereka akan Dinner nanti malam. Mail harus ke salon pulang dari sini. Dia harus terlihat tampan dan gagah supaya wanita itu mau menyerahkan kehidupannya untuk dia jaga. Astaga! Begitu indah rasanya Mail bisa bersanding dengan wanita itu jika dia memang jodohnya.
Kenapa dia begitu bodoh? Dulu kan sudah tau nama lengkapnya, bahkan Mail hanya tinggal mencari dimana gadis itu bekerja. Dan sialnya wanita itu bekerja di tempat, dimana dia sudah bekerja sama dengan perusahaan ini. Rasanya Mail bukan lagi pria keren karena kalah sebelum berperang. Tapi memang benar mencari riwayat wanita itu begitu susah, bahkan seperti memang sengaja di sembunyikan. Biasanya dia meminta kepada bawahannya sekarang, besoknya sudah ada di atas meja kerjanya namun benar sekali wanita itu susah untuk di cari.
Deringan ponselnya membuat Mail tersadar, dia menatap jam di pergelangan tangannya. Matanya membulat, dia sudah menghabiskan waktu selama 45 menit, padahal perjanjian mereka 15 menit lalu. Mail menggerutu, kenapa dia harus melupakan rapat penting ini? Pikirannya mendadak tersebar kemana-mana. Semua ini gara-gara wanita itu. Lihat saja Mail tidak akan mengampuninya nanti malam. Mail menarik kedua sudut bibirnya. Jika boleh di katakan Mail ini tipe Bos yang banyak becanda namun sekalinya becanda sering dapat sindiran dan akhirnya para karyawan mengalah untuk tidak berpapasan dengan Bos mereka jika tidak mau riwayat hidup nya di permalukan.
???
Sungguh bukan ini yang Atha inginkan. Demi apapun ini juga bukan yang Atha harapkan. Tapi apa ini? Kenapa kejadiannya seperti ini? Atha memijat keningnya melihat, bagaimana lahapnya manusia di depan dia yang makan dengan rakus? Oh May Cinta! Dia kira, pria itu akan terlihat jijik dengan semua ini. Atha kira dia akan marah-marah lalu membatalkan dinner nya. Atha kira dia akan mengamuk disini lalu mengomel karena pilihan tempatnya. Namun oh ya ampun Atha tidak tau harus mengatakan seperti apa lagi.
"Makan dong, Beb." Atha mendelik. Kesannya kok dia seperti pacar pria ini sih.
"Nama gua Athena bukan Beb!"
"Biar romantis, sayang." Anjir nih cowok mulutnya bener-bener kurang ajar banget. Rasanya Atha ingin cepat pergi dari tempat makan ini.
Yah, Atha sudah membayar Dinner mereka dengan makan di warung tenda milik mang Irwan. Bahkan Atha sama sekali tidak berdandan hanya memakai baju tidur melihat ini sudah pukul 10 malam. Atha kan sudah memberi kabar jika jam 7 teng mereka sudah harus ada di tempat tapi sampai dia menunggu 1 jam pria itu tidak datang. Hingga akhirnya dia kembali kerumahnya lalu berganti baju. Matanya sudah mulai mengantuk tapi deringan ponsel menganggunya. Mau tidak mau dia mengangkat dan TARAAAAA pria menyebalkan ini mengatakan sudah ada di tempat.
Bayangkan ini sudah jam 10 malam, ini bukan Dinner namanya menurut versi Atha. Ini waktunya Atha tidur, karena Atha tidurnya pukul 8 malam jika bukan malam minggu. Namun dengan keras kepala pria itu mengatakan jika dia akan menunggunya di sana sampai Atha datang. Mau tidak mau Atha keluar tanpa mengganti baju. Yah, berakhir lah mereka duduk di warung Makan Ayam goreng mang Irwan langganannya.
Mail menyunggingkan senyumnya. Untung saja dia langsung berganti kostum saat melihat dari jarak jauh bagaimana penampilan wanita itu. Sungguh Mail pikir mereka akan Dinner di tempat yang indah dan suasana romantis tapi jangan mengharapkan sesuatu karena ternyata wanita itu malah mengajaknya makan di pinggir jalan. Setidaknya Mail bukan pria yang manja pemilih makanan.
Mail memang terlambat datang. Dia harus menyelesaikan beberapa pekerjaan di kantor bersama beberapa rekan bisnisnya. Mail bahkan tidak fokus pada saat rekan kerjanya menyampaikan pendapatnya. Dan Mail janji ini untuk pertama dan terakhir kalinya dia bekerja di jam yang sudah di tentukan dalam kantor. Walaupun dia seorang Bos, Mail tetap ingin seperti karyawan yang lain tidak terlalu memaksakan diri untuk bekerja. Jika sudah waktunya pulang yah pulang. Jika waktunya berkerja yah bekerja.
Btw, Mamanya sedari tadi terus menelepon menanyakan dimana dia sekarang. Namun Mail tidak menjawab atau mengangkatnya. Mail kan sudah berkata satu minggu ke depan tidak akan bisa berkumpul bersama keluarganya. Enak saja dia harus di jodohkan dengan wanita pilihan Mamanya. Mail tentu memiliki kriteria sendiri, jadi untuk apa di jodohkan yang ada nanti wanita itu malah sakit hati akibat ulahnya.
"Jadi hutang gua udah lunas kan?" Mail menghentikan kunyahan nya. Lalu kepalanya menggeleng. Bagaimana sih wanita ini? Mail kan minta Dinner bukan makan bersama seperti ini.
"Belum!" Atha mengerutkan keningnya.
"Kok belum?"
"Ini bukan Dinner namanya tapi makan bersama."
"Tapi bagi gua ini Dinner." ujar Atha dengan mata melotot.
"Lo belum ngerti apa yang namanya Dinner itu kaya gimana?"
"Lah ini kan versi gua. Gua nggak tau versi lo gimana, bukannya lo tadi setuju aja gua yang milih tempat?" Tidak bisa seperti itu Atha ingin ini cepat selesai.
"Tetep aja Dinner ini batal. Biar gua cari tempat Dinner untuk kita nanti."
"Nggak bisa dong! Bagi gua ini Dinner jadi kalau lo mau Dinner ajak sana cewek lo, jangan gua. Karena hutang gua udah lunas." Atha bangkit dari duduknya untuk meninggalkan pria m***m itu.
"Kayanya lo mau dapet surat undangan dari pengadilan deh." Atha menghentikan langkahnya. Tangannya terkepal. Oh May Cinta! hanya uang 300 ribu dia harus mendapatkan siksaan seperti ini? Maunya nih laki apa sih gerutu hatinya.
Atha membalikan tubuhnya, "Oke. Jadi lo mau kita Dinner dimana?"
Mail menepuk bangku di sampingnya. Namun Atha tidak mengindahkannya dia duduk di tempatnya tadi.
"Untuk sekarang gua nggak ada tempat dimana harus Dinner. Tapi kayanya untuk nemenin gua ngobrol disini asik deh."
"Ck! Gua harus tidur, Den. Gua besok ke kantor, lo kata gua ini kelelawar yang malem bergentayang siangnya meringkuk tidur. Gua bukan yang punya kantor bisa-bisa gua dapet surat SP dari atasan."
"Tenang aja gua nggak akan bikin lo telat. Nanti pagi gua yang bangunin lo?"
"Dengan cara apa, Aden?" Atha mendelik kesal.
Kenapa harus Atha yang berhadapan dengan pria menyebalkan ini? Ingatkan lain kali jangan sampai di ceroboh. Jangan sampai dia bertemu manusia seperti Mail. Cukup sampai di sini dia mendapat siksaan semacam ini. Hutang 300 ribu tapi banyak permintaan.
Sedangkan Mail hanya menyunggingkan senyum miringnya tanpa Atha sadari.
???
"Setan pulang lo, ketauan pak Rt bisa di gerebek kita." Atha berteriak kesal pada Mail yang dengan santai tidur di ranjangnya.
"Palingan di suruh kawin."
"Anjir, tuh bacot kalau ngomong emang nggak pernah di ayak kayanya."
"Ngapain mesti kudu di ayak toh bacot gua emang slalu bener."
"Manusia iblis! Udah sana gua butuh istirahat, ini udah hampir jam 12 malam dan lo masih nangkring di rumah cewek."
"Nggak masalah kali Non gua nangkring di mari. Namanya tamu yah harusnya dipersilakan bukan di usir."
"Tapi beda lagi ceritanya Den. Ini udah malem, bahkan tengah malem, bentar lagi bakalan ada yang keliling ronda buat ngecek satu-satu rumah. Jadi pulang sana." Atha mendesah kesal melihat bagaimana si kepala batu yang malah menenggelamkan kepalanya di bantal. Atha lelah, mengusirnya dengan kata-kata kasar sudah tapi pria ini masih tetap kekeh dengan keinginannya.
Tau begini Atha tadi tidak usah mengangkat telphone nya kalau menyusahkan. Rasa lelah sudah mulai Atha rasakan, tubuhnya seakan remuk. Bodo amat lah dengan pria itu, yang sekarang dia butuhkan adalah tidur. Masalah besok jika Pak RT menanyakan dia siapa? bilang saja semalem dia amnesia lupa jalan pulang makannya dia tampung. Bebas lah, Atha sudah mengantuk. Atha menarik kasur yang ada di bawah ranjangnya tempat ini memang di khusus kan untuk Adit dulu menginap dan sekarang dia harus tidur di tempat itu karena ranjangnya sudah di kuasai oleh manusia yang tidak tau diri itu.
Mail menghirup aroma Apple yang mengguar begitu segar. Dia menghirupnya dengan rakus, begitu menenangkan. Bahkan matanya seakan di nina bobokan untuk cepat menutup mata. Namun mendengar sebuah gesekan di sampingnya membuat Mail mengubah posisi tidurnya. Dia melihat Atha sudah menjatuhkan tubuhnya di kasur lain. Mail mengangguk, menarik selimut Spongebob yang membuatnya terkekeh geli. Ternyata usia memang tetap tidak bisa di bohongin karena ada kalanya sifat anak kecil kita akan keluar. Mata Mail terpejam dengan cepat, seperti menariknya untuk memasuki dunia mimpi. Biasanya Mail akan tidur di atas jam 3 dini hari ini awal permulaan yang baik untuknya.