Hello, Cinta 7

2142 Kata
"Gua nggak mau tahu yah, lo harus tanggung jawab karena hari ini gua nggak masuk kantor tanpa ada keterangan sama sekali." ujar Atha menatap tajam pria di depannya yang dengan santainya sarapan nasi kuning dari Ceu Edoh yang berkeliling setiap pagi. "Iya, iya lo tuh bawel banget sih Non. Perasaan gua aja cowok nggak bawel gitu" "Heh, cewek yah wajar kalau bawel. Kalau lo bawel baru aneh." "Ck! Seenggaknya kalau pun gua cerewet masih ada banyak cewek yang mau kok sama gua." "Gua aminin aja lah. Takut nanti nangis kejer bilang sama Mama." jawab Atha sambil menyuap nasi kuning kedalam mulutnya. Dia menggerutu di dalam hatinya saat melihat Mail yang entah bagaimana ceritanya takdir mereka harus seperti ini. Bahkan mereka sudah tidur dalam satu atap. Atha menghela napas. Bagaimana besok dia menceritakan tentangnya yang tidak masuk kerja pada Kemal? Kemal memang memiliki rasa terhadapnya tapi jika urusan kantor sepertinya beda lagi cerita. Atha menghela napas lagi. "Udah nggak usah terus tarik napas dan buang napas sayang tahu." "Makan sana nggak usah perhatiin gua." Emosi Atha lama-lama. "Idih siapa yang perhatiin Lo jangan GR, Non. Orang gua dari tadi fokus makan tapi nih telinga gua ke ganggu sama hembusan napas lo." "Repot banget sih. Kalau nggak suka sana pergi dari rumah gua." "Enak aja! Gua tetep tinggal disini sampe besok." Atha membulatkan matanya. "APA? LO KATA RUMAH GUA HOTEL SEENAKNYA MAU TINGGAL." Terik Atha membuat Mail mengusap kupingnya. Gila! Teriakan Atha keren juga. Mungkin orang yang dulunya tidak pernah di bersihkan kotoran telinganya bisa langsung bertebaran keluar gara-gara saking kuatnya. Sungguh, telinganya yang sehat pun langsung mendengung. "Ya ampun sabar atuh Non jangan ngegas begitu." "Gimana gua nggak ngegas. Gua lagi hadapin setan dewasa, yah pasti gua bakal ngamuk." Atha mendelik tidak suka. Dia ingin sekali mencekik leher Mail atau tidak menendangnya keluar dari rumah pun sudah syukur alhamdullilah. "Yah, gimana dong kita sama-sama telat jadi biarin gua seharian ini jadi tamu buat lo." "Nggak bisa! Habis sarapan lo angkat kaki dari rumah gua." Mail mengangkat bahunya. Bisa di cincang Mail oleh orang tuanya jika pulang. Semalam memang dia mengadakan Meeting dengan rekan kerjanya tanpa sepengetahuan orang tuanya. Dia kan sedang dalam masa melarikan diri dari acara perjodohan yang orang tuanya rencanakan. Kedatangan Mama nya ke Apartemen memang memiliki niat terselubung untuknya. Enak saja berani menjodohkan seorang Ismail Abimana Kavindra. Mail tersenyum karena selama ini yang keluarganya tahu jika sosoknya ini pria gagal move on. Walaupun kenyataanya memang tinggal 15% lagi untuk menendang nama itu dari dalam hatinya. Mail sudah bersusah payah untuk menutupi kehidupannya dari siapapun. Baginya ungkapan hati tidak perlu dia ceritakan pada orang lain. Walaupun Mail butuh saran dari beberapa orang di sekitarnya dia akan memaknainya karena tidak ada yang bisa menebak bagaimana dia. "Aduh Aden kalau lo punya masalah mending selesain deh jangan kabur-kaburan kaya anak labil. Lo tuh udah Tua jadi udah sewajarnya hadapi kenyataan." Nasehat Atha membuat Mail tersedak. Uhuk! Mail mengambil air di sampingnya lalu meneguknya dengan cepat. Emang kentara banget yah Mail seperti pria labil yang sedang melarikan diri? Biasanya Mail akan kabur ke rumah Lian tempat dimana dia slalu bersembunyi karena keluarganya tidak berani datang ke sana. Orang tua Mail berpikir tidak mungkin dia masuk ke kandang harimau untuk melukai dirinya sendiri. Mail datang pada Lian bukan ingin kembali dekat, namun dia hanya ingin menegaskan bawah move on nya berhasil. Susah sih sebenarnya namun dengan kekuatan, niat dan usaha akhirnya alhamdullilah yahh sesuatu. Atha menaiki salah satu alisnya, dia yakin jika pria ini sedang melarikan diri. Cuman pria sinting yang akan melarikan diri di saat usianya sudah matang. Bahkan Atha yakin pria ini umurnya di atasnya beberapa tahun. Yah, Atha memang tahu pemegang utama dari KA.UNIVERSE siapa, hanya saja dia cuman tahu namanya, orangnya ini baru berhadapan dengannya. Jika masalah daftar riwayat hidupnya Atha bukan orang yang kepo. "Lo tahu kalau gua lagi melarikan diri dari mana?" Atha mengerutkan kening. Nih cowok bego atau t***l sih itu artinya yah dia memang lagi melarikan diri dari kenyataan gerutu hatinya. "Lo bukan cenayang kan?" tanya Mail memastikan. "Kalau gua cenayang, gua mau kutuk lo jadi cowok baik hati yang penuh dengan senyuman tulus bukan dengan seringai m***m dan wajah cabulnya." "Heh, sembarangan kalau ngomong." Mail mendelik kesal. Oke! Mail memang penikmat wanita tapi kentara banget memang wajahnya? Ahh ... mungkin mata Atha saja yang siwer. Dimana-mana cowok kalau lihat yang bening dan sexy yahh kalian tahu lah mata genitnya pasti akan berbinar. "Ih ... kenyataan kali. Gua kan cewek, jadi bisa liat cowok baik sama jeleknya." "Duh ... kayanya dari awal emang gua udah keliatan jelek banget deh di mata Lo." "Lupa kalau lo juga yang cium bibir gua beberapa minggu lalu?" Mail menarik kedua sudut bibirnya. Alisnya naik turun membuat kening Atha mengerut. Mail bangkit berdiri lalu mencondongkan wajahnya ke depan, pergerakannya tidak bisa leluasa mengingat di depan mereka terhalang meja mungil untuk 4 orang. "Kenapa lo?" Atha memundurkan kepalanya melihat Mail menatapnya dengan senyuman begitu lebar. Jantungnya berdebar dengan kuat, dia menggelengkan kepalanya. Kenapa ini dengan jantungnya? Bahkan dia sudah biasa mendapatkan senyuman lebar dari banyak pria tapi melihat dia yang tersenyum ada desiran halus di dadanya. Oh may Cinta! sepertinya dia harus berhenti menonton drama korea mengingat kebanyakan yang di tonton hal yang berbaur romantis. "Gua pikir lo udah lupain masalah ciuman itu, eh larat kecupan itu." Mata Atha memincing melihat wajah pria di depannya semakin maju. "Hey! Apa-apaan sih lo?" Atha merauk wajah Mail dengan tangannya. Namun tangannya di genggam membuat tubuhnya kaku tiba-tiba. "Mau ngerasain gimana bibir gua mendarat di bibir lo lagi nggak? Tapi dengan ciuman bukan kecupan?" Mail menaik turunkan alisnya menggoda Atha yang wajahnya sudah terlihat kesal. "Ish ... jangan macem-macem yah. Kalau lo macem-macem gua nggak segan-segan garpu ini melayang ke wajah ganteng lo?" Atha mengacungkan garpu yang ada di tangan kirinya. "Oh ... jadi gua ganteng?" Mail melepaskan tangannya, "Wah ... kayanya pesona gua udah bisa luluhin macan manisnya gua nih." "Lo ...." "Tha gua da—" Atha memiringkan kepalanya saat mendengar suara teriakan seseorang yang sudah telinganya hafal. "Loh, Adit? Ada apa?" ujar Atha bingung. Mail menegakkan tubuhnya lalu memutarnya. Dia mengerutkan kening melihat pria di depannya yang mematung menatap ke arah wanita di belakangnya dengan pandangan seperti ... Ahh ... dia tau pandang itu pun dulu pernah dia miliki. "Emm ... gua ganggu yah?" ujarnya dengan pandangan tidak enak. Ingin sekali Mail mengatakan iya namun apa haknya? Dia pun sama sedang berkunjung di rumah milik si macan manis. Jika tidak sedang melarikan diri pun dia tidak mungkin ada di rumah ini. Eh tapi Mail bersyukur karena pelariannya kali ini mendapat berkah. "Engga sih. Sini masuk? Lo udah sarapan? Kesini sendirian? Tita kemana?" tanya Atha menatap Adit. Atha sebenarnya terkejut karena Adit datang ke rumahnya pagi-pagi sekali. Setelah satu bulan tidak ada kabar Adit datang-datang seperti biasanya masuk kedalam rumah tanpa mengetuk pintu. Kebiasaan dulu sepertinya membuat Adit lupa jika mereka bukan lagi sepasang kekasih. Sekarangkan Adit ada yang menunggunya di rumah, Istrinya sendiri. Yah walaupun sudah jelas mereka putus dengan baik-baik. Jadi wajar saja jika Atha memperlakukan Adit seperti teman pada umumnya. Adit mengerjap, "Gua tadinya bawa sarapan kesukaan kita. Tapi kayanya lo udah sarapan deh." Adit melirik sekilas ke arah Pria di depannya. Dia merasa pernah melihat namun entahlah pikirannya sekarang sedang tidak konsen saat masuk dia mendapatkan pemandangan yang membuat dadanya kembali sesak. Satu bulan sudah dia menjadi suami dari Tita namun semuanya terasa berjalan hambar. Berbeda saat menjalin kasih dengan Atha yang apa-apa pasti mereka akan mencari topik baru apapun walaupun menurut mereka abstrul setidaknya bisa tertawa lepas bersama. Bersama Atha, Adit bahagia merasa hidupnya bebas tapi sekarang semuanya berubah dan itu memang ulahnya sendiri. "Wah ... lo bawa gorengan?" Atha berdiri berjalan menghampiri Adit lalu mengambil kresek di tangan pria itu. "Duh thanks banget Dit. Gua udah lama juga nggak makan nih gorengan." Jujur Atha pun rindu dengan Adit tapi ingat jika hubungan mereka sekarang hanya sebatas teman. Sudah tidak pantas dia merindukan suami orang lain. Adit tanpa pamit langsung keluar rumah. Benar, untuk apa dia datang ke rumah Atha? Harusnya Adit pun sadar masa depan Atha masih panjang. Masih banyak pria yang menginginkan Atha menjadi pendamping hidupnya. Adit saja yang bodoh rela melepaskan Atha yang sudah bertahun bersama dengannya. Atha harus ingat jika tidak sepantasnya dia bermain api dengan suami orang, begitu rendah sekali harga dirinya jika itu terjadi. Walaupun rasa itu belum sepenuhnya hilang tapi Atha memang orang yang mengganggap semuanya santai. Hatinya akan tertata kembali dengan rapih dengan sendirinya. Atha sudah ikhlas Adit menjadi suami orang lain. Mail hanya bisa diam namun tingkahnya yang kepo akhirnya dia ikut melangkah mendekat. "Dia siapa?" "Maksudnya?" "Itu cowok yang barusan masuk?" "Ohh ... dia mantan gua, kenapa?" Mata Mail membulat. "Mantan? Tapi kenapa kalian baik-baik aja?" "Kenapa emangnya?" "Dia kan mantan lo otomatis dia masa lalu lo. Lo nggak mau ngubur dia gitu." "Yah kali gua harus kubur dia hidup-hidup." Kepala Atha bergoyang saat mendapat toyoran dari Mail. "Bukan itu Non. Kalau kita punya mantan banyak, masa harus di kubur hidup-hidup juga. Terus siapa yang bakal lanjutin kita nanti di masa depan selain buyur-buyur yang berkembang biak di perut wanita. Itu artinya kita harus berhubungan dulu dan—" "Oh may cinta! lo tuh ngomong apa, sih? Ngaco banget. Kurang obat nih." "Ck! udah lupain. Maksud gua tuh kenapa lo sama dia masih baik-baik aja? Terus kenapa lo sama dia bisa putus?" "Yah karena kita memang nggak di takdir kan bersama." "Segampang itu?" Atha menghela napas. Nih cowok bukan cuman cerewet tapi ternyata kepo juga ucap hatinya. "Kita punya Tuhan dan cuman Tuhan yang tahu baik buruknya perjalanan kita di dunia. Mantan emang pernah ngisi hati kita tapi balik lagi aja secintanya kita tapi kalau Tuhan memiliki takdir lain kita bisa apa? Yakin aja Tuhan bakal kasih seseorang yang lebih dari sang mantan. Bukan sang mantan yang nggak baik tapi ada kalanya kita harus buka mata buat ingat bahwa terkadang apa yang kita lakuin dulu banyak salahnya. Belajar dari sesuatu yang terjadi itu lebih bermakna. So, kenapa kita harus musuhan walaupun banyak yang bilang bulshit lah mantan bisa temanan. Yah, mungkin mereka nya aja yang sama-sama egois, merasa egonya tergores. Punya ego itu ada kalanya kita harus mengontrolnya, jangan terus-terusan kalah sama ego kalau akhirnya merasa tersakiti." Kok kesannya ucapan Atha berasa menyidir nya yah? Kepala Mail menggeleng. "Lo sama dia udah berapa lama pacaran?" "Mungkin mau 11 tahun kalau gua sama dia nggak putus." Mata Mail kembali membulat, Apa? 11 tahun. Gila! Bahkan Mail saja yang berpacaran cuman 3 tahun sampe harus gagal Move on gini. Bagaimana dengan Atha yang 10 tahun sudah bersama lalu mereka putus dan menjadi teman seperti ini. Jika Mail berada di posisi Atha, entah bagaimana jadinya. Mungkin sudah bunuh diri. Ini saja yang 3 tahun di tinggal nikah dan pengkhianatan hidupnya jadi kacau. Atha menyipitkan matanya, "Ahh ... gua tahu, lo nanya gitu karena gagal Move on yah?" Mail gelagapan. Kenapa Atha seakan tahu bagaimana hatinya? Apa dia memang bisa membaca pikirannya? "Ck! udah ketebak kali dari raut muka lo aja udah kebayang gimana gagal Move On nya lo sama cewek lo. Amazing! Gua pikir cowok m***m kaya lo itu nggak bakal ngerasain patah hati tahunya ... idih ... lembek banget lo hahaha." Atha tertawa kencang melihat Mail langsung menekuk wajahnya. Sungguh dia baru tahu pria ini ternyata gagal Move on. Tidak percaya saja melihat kelakuannya yang liar seperti ini ternyata Mail gagal Move On. Oh may cinta! Mail menarik kepala Atha menggamit leher wanita itu di ketiaknya. Atha yang mendapatkan serangan itu mendadak meronta minta di lepaskan. Dia masih tertawa, mengingat bagaimana wajah Mail yang langsung kusut. ??? "San, Atha nggak masuk yah?" Cassandra menghentikan ketikannya saat melihat Kemal ada di depan kubikelnya. "Iya, Pak. Atha nggak masuk hari ini." "Kamu tahu dia kemana?" "Kurang tahu Pak. Soalnya Atha kalau nggak masuk suka titip surat tapi buat hari ini dia tanpa keterangan." Cassandra pun bingung kemana Atha pergi karena tidak biasanya wanita itu tidak masuk tanpa adanya keterangan. Walaupun Atha keseringan bolos karena katanya bosan pasti menitipkan surat padanya atau tidak mengabarinya. Tapi sekarang wanita itu sama sekali tidak memberi kabar. Cassandra sudah mencoba menelpon tapi tidak ada jawaban. Sedangkan Kemal merasa gelisah. Kemana perginya Atha? Dia merasa cemas mengingat jika wanita itu sekarang banyak melamun saat bekerja. Karena walaupun Kemal sedang berusaha melepaskan cintanya pada Atha tapi yang namanya hati susah untuk di paksakan. Atha itu tipe wanita idamannya sejak lama, dari segi apapun dia cocok menjadi pendamping hidupnya yang memang banyak kekurangan. Terkadang Kemal berfikir selama ini apa sih yang kurang darinya? Untuk ukuran pria umum seperti mapan, tampan dan bertanggung jawab sudah masuk tapi sama sekali tidak menarik perhatian Atha. Kemal menghela napas mungkin nanti pulang dari kantor dia akan mampir ke rumah wanita itu untuk menjenguknya, siapa tahu dia sakit dan lupa memberi kabar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN