7.

1137 Kata
Tuttt.. tuuuut...tuut, Si mama menatap wajah papa dengan gelisah, karena yang ditelepon ga kunjung menerima panggilan. Tapi berapa saat kemudian, diangkatlah telepon dari mama itu. "..." "Hallo, Win. Kok lama banget sih kamu ga kesini? Emang kamu lupa ya sama janjinya kalau kamu mau nungguin papa disini? Emang kamu lagi apa? Udah makan?" cecar sang mama dengan nada penuh kasih sayang seperti biasanya. "..." "Ya udah kamu segera kesini ya. Soalnya mama ga enak. Tadi mama terima telepon dari keluarganya Tania. Katanya mereka mau kesini jengukin papa. Kamu cepet kesini bantuin mama ya." pinta sang mama sambil melirik ke arah suaminya yang masih asik mendengar pembicaraan antara dirinya dan sang anak. "..." "Kayaknya, keluarga Tania mau membicarakan kemungkinan untuk Tania dan kamu bakal bertunangan. Ya kamu kan juga tahu kalau Tania juga sudah lama suka sama kamu. Apalagi orang tuanya sangat setuju kalau anaknya jadian sama kamu. Makanya kamu kesini ya. " desak mamanya dengan nada memaksa. "..." "Win, mama ga paksa kamu untuk bertunangan dengan Tania, tapi kamu juga bantu mama dong, supaya keluarganya ga desekin papa terus. Kamu tahu kan kalau papa kamu itu sungkan banget apalagi kamu juga tahu secara keluarga, mereka sudah deket banget sama keluarga papa kamu. Daripada nanti kamu merasa dipaksa dan disudutkan, bukankah lebih baik kamu cepat move on dan mencari pasanganmu sendiri." bujuk rayu sang mama dengan nada cepat. "..." "Tapi kamu tetep kesini kan? Menurut firasat mama kamu bakal ga jadi kesini ya, kamu pasti mau menghindari Tania dan keluarganya kan? Arghhh mama kesel. Kalau gini mama harus gimana coba??? Kalau ia deketi papa terus dan papa ga bisa nolak dan kalau dia kepikiran malah jadi tambah drop gimana dong sayang?" "..." "Ya udah,kamu sudah janji besok kesini menyelesaikan segalanya. Jangan lupa papa juga butuh pembuktian janji kamu. Katanya kamu sudah punya tambatan hati dan bukan Tania. Buktikan sama papamu yang bawel itu. You ll get it kan,son?" "..." " Love you too." kata mama sambil menutup panggilan teleponnya. dan sejurus kemudian pipinya dicium paksa oleh laki laki yang ada di sampingnya. " Ish ada apa sih pa?" tanya mama dengan kesel karena pipinya di cium paksa sama papa dengan gemas. " Brani braninya ya mama, ngatain papa bawel? O jadi selama ini dibelakang papa, mama berani ya bilang papa bawel." cubit papa dengan gemas, karena walau usianya sudah tidak muda lagi, Aivien itu manis dan menggemaskan. Bikin papa Arya semakin cinta sama istrinya itu. " Ha ha ha mama cuman mengejawantahkan apa yang dimksud sama Erwin? Ia sering menganggap papa itu diktatoris, bawel, ingin menang sendiri. Padahal sebenarnya Erwin itu juga sayang sama papa, tapi ya gitu, malu malu." jelas mama sambil mencubit pipi papa, membalas apa yang dilakukan oleh papa tadi. " Ya beda dong, memperlakukan Erwin dan adik nya yang cewe jelas beda. Erwin harus lebih kuat dan tahan banting. Ia kan calon pewaris Adinata grup, ma! Tapi papa pastikan kalau papa juga sayang sama Erwin." kata papa Arya sambil memeluk mama Ai dengan erat. Dari pembicaraan sang istri barusan, sekarang ia tahu kalau anak laki lakinya selama ini merasa dipaksa. Arghh, mudah mudahan masih ada waktu bagi dirinya untuk merubah pandangan Erwin. Dia juga ingin Erwin move on, bisa melepaskan masa lalunya bersama Vina dan anak nya, kejadian 4 tahun yang lalu itu biarlah menjadi pelajaran buat Erwin supaya lebih mawas diri, tapi jangan membuatnya trauma untuk mencari cinta baru. Agar ia juga bisa mendapatkan cucu dari Erwin sebagai pewaris Adinata, merupakan kabar baik kalau emang Erwin katanya sudah move on dan memiliki seseorang pengganti almarhum menantunya itu. . . Hari minggu yang ditunggu tibalah sudah. Di apartemen Shania, Calista sudah siap dengan Lace bodycon dress tanpa lengan dan panjang selutut warna berry, terlihat sangat kontras dengan kulit tubuhnya yang berwarna putih mulus. " Gilaaa, you look so sexy and gorgeous. Kamu yakin kalau baju ini yang dibelikan oleh mas Erwin buat kamu?" tanya Shania dengan nada iri. "Shan, jangan menggodaku!" Calista berdecak dan memutar bola matanya dengan kesal, karena Shania sudah mengulang perkataannya sebanyak 4 kali, dan ia sudah menjawab sebanyak itu pula. Shania pula yang kekeuh memulas make up yang sesuai dengan dress cantik itu, hanya bisa terkikik geli. Walau awalnya Calista ogah ogahan, ia jadi nyadar setelah melihat ke arah kaca, kalau dress itu terlihat semakin cantik saat wajahnya berubah. Mungkin efek karena ia ga pernah bermake up sehingga saat ia memulas make up,walau hanya natural touch, ia tampak mengagumkan. " Emang mas Erwin mau ngajak kamu kemana?" kata Shania sambil terus me make over sahabatnya itu. "Gak tahu, dia hanya bilang minta tolong aja agar aku ikut dia dan prepare pake dress beginian." " Oh mungkin ia ingin ngajakin kamu ke pesta temannya?" tanya Shania kepo. " Emang ini pakaian pesta ya?" tanyanya dengan polosnya. "Ehm dipakai kamu kelihatan seperti itu." "Haiz, gak mutu gaya becanda kamu." "Ha ha ha dibilangin ngeyel. Emang mau pergi jam berapa?" tanya Shania sambil men touch up bedak Calista. " Jangan tebal tebal, Shan. Berasa jadi ondel ondel."kata Calista sambil berdecak sebal. Ia melirik di cermin, ia sampai tidak dapat mengenali dirinya sendiri. wajahnya terlihat cantik dan ehm anggun, ya itulah kata yang tepat menggambarkan make up yang diberikan oleh Shania. Seharusnya ia berterimakasih dengan kepiawaian Shania dalam mengubah wajahnya menjadi seperti ini. "Jam berapa sih kamu dijemput? Jangan jangan masih nanti malam lagi? Kan make upnya jadi ambyar!" sungut Shania saat Calista dengan seenaknya menghapus bedak yang dipakai dengan tisu. "Jam makan siang an mungkin, ia sih ga bilang spesifiknya, bilangnya cuman besok siang aku jemput kamu ya." "Dia jemputnya kemari kan?" tanya Shania lagi. "Ya iyalah dia jemputnya kesini, emang dia mau jemput aku dimana." sewot Calista. "Maksud aku bukan jemput di lobby loh ya. Dia harus jemputnya di pintu apartemen. Harga diri dong!"kata Shania sambil menepis tangan Calista yang memegang tisu dan sesekali menghapus bedak di wajahnya. "Iya deh aku gak akan menghapus bedak kamu yang tebel ini, ih … kamu kayak ibu ibu mau melepas anaknya yang perawan yang bakalan pacaran pertama kali deh." decak Calista. "Ha ha ha iya juga ya, kayaknya gue over protek banget sama kamu. Tapi harusnya kamu tuh bersyukur, karena aku ini jagain kamu dari buaya buaya yang bakal caplok kamu." "Aduh! Kayak aku ini cantiknya seperti Sandra Dewi aja sih." cebik Calista kesal. "Kamu bahkan saat ini cantiknya kayak star Korea yang namanya Song Hye Kyo tau, wajah kamu yang mulus dan cantik alami dan kulit putih wah pokoknya bikin iri deh." kata Shania lagi dengan tatapan memujanya. "Ha ha ha makasih pujiannya loh, sayangnya aku ga punya uang receh." "Jangan receh juga dong, pakai uang seratus ribuan deh sekali kali. Jadi kayak jargon viral itu." “Apa?” “Agar silahturahmi tidak terputus, bolelah kasih seratus ribu!” "Dihhh … Ngarep!!" Derai tawa menghiasi hari minggu yang indah itu. . . . TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN