6.

1226 Kata
Erwin berjalan menjauhi meja tempat dia dan Calista duduk. Dia berjalan keluar ke arah beranda Cafe itu kemudian dia mengangkat panggilan teleponnya. Ia tak ingin wanita itu tahu posisi dirinya sekarang. Biar ini jadi kejutan buat Calista nantinya. " Hallo ma." "..." "Iya Erwin tahu. Sesudah makan, Erwin langsung kesana." "..." "Ngapain Tania dan keluarganya kesana?" "..." " Ma, Erwin ga berminat untuk bertunangan dengan siapa siapa. Saat ini..mama kan tahu, apalagi dengan Tania …." "..." " Ma, Erwin akan mencari pasangan sendiri. Erwin juga sudah berusaha move on dan sudah punya tambatan hati sendiri. Dan yang pasti itu bukan Tania." "..." "Erwin usahakan besok, membawa wanita yang membuat hati Erwin bergetar, yang pasti mama harus buat mereka tidak bisa mendekati papa terus menerus. Jadi papa ga akan semakin drop. Keluarga Tania itu emang sukanya bikin masalah dengan mendesak papa, apa sih sebenarnya maunya?" suara Erwin meninggi, ia tampak kesal dengan info yang diberikan oleh mamanya itu. "..." "Oke, I love you ma." Erwin kembali berjalan masuk ke dalam cafe dan melihat ternyata makanan yang mereka pesan sudah pada datang. Erwin terkejut karena ternyata makanan yang dipesan oleh Calista bahkan sudah hampir habis padahal Ia tadi berbincang-bincang lewat telepon bersama mamanya mungkin hanya sekitar 10 menit. " Makanan kamu ternyata sudah hampir habis, gila kecepatan makan kamu melebihi kecepatan cahaya." Sindir Erwin kepada Calista. Tapi yang disindir hanya menganggukkan kepala la bahkan masih sibuk mengunyah makanannya tanpa mempedulikan bahwa tatapan Erwin itu adalah tatapan heran. " Saya kalau makan emang cepat katanya orang kalau cepat makannya itu berarti dia kerjanya juga lebih sigap." kata Calista yang masih mengunyah makanannya. Erwin menggelengkan kepalanya, dia merasa bahwa Calista ini sosok gadis yang unik, karena biasanya yang Erwin tahu setiap wanita ingin menyembunyikan porsi makannya yang banyak dan melakukan banyak pencitraan tapi berbeda dengan Calista yang malah menunjukkan kebarbaran cara makannya. " Udah makannya?" Tanya Erwin sambil mengusap ujung bibir Calista yang belepotan, membuat Calista jadi terdiam. Tapi Erwin malah lanjut dengan cueknya menghapus sisa-sisa makanan di bibir Calista seperti seorang ayah yang yang membersihkan sisa makanan di mulut anaknya. " Ehm mas, itu?" " Makan itu jangan belepotan. Cepet sih boleh, tapi juga rapi dong." tegur Erwin yang sebenernya merasa sedikit malu karena tertangkap basah sedang memperhatikan bibir Calista, dan melakukan hal absurd dengan menghapus sisa makanan di bibir Calista, padahal status mereka bukan siapa siapa dan mereka juga baru kenal. Entahlah Erwin juga masih bingung dengan perasaannya, apakah ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama? " He he he maaf mas, saya kelaparan sih." lanjut Calista dengan nada malu. Ia emang sepolos itu, tanpa pencitraan sama sekali. " Ehm besok kamu ada acara?" tanya Erwin lagi, ia ingat dengan janji kepada mamanya untuk membawa wanita yang ada di hatinya, entah kenapa ia terpikir akan Calista. " Ha? Maksudnya hari minggu? Besok ini?" tanya Calista dengan bingung, jangan bilang kalau Erwin akan mengajaknya lembur ya? Ia tidak sededikasi itu orangnya. Harisabtu minggu adalah hari sakral baginya dan biasanya ia gunakan untuk tidur setelah beribadah. " Ya iyalah, sejak kapan habis sabtu langsung hari senin? Anak kecil kan ya udah tahu." sahut Erwin sambil menyentil kening mulus Calista. Membuat Calista bingung, perasaan dia ga sedekat itu dengan Erwin, kok perasaan Erwin jadi SKSD ya? Sok Kenal Sok Dekat gitu. " Hari minggu saya ga ada acara sih. Emang besok mas Erwin mau ngajakin orientasi di kantor? Atau jelas jelasin materi HRD sebelum rapat besok? Mas Erwin ini bener bener berdedikasi ya, hari Minggu pun tetap kerja. Saya kayaknya ga sanggup deh mas. Bisa bisa saya ga dapat jodoh kalau begitu." keluh Calista melas, membuat Erwin tertawa terbahak bahak. Lagian siapa yang mau ngajakin Calista ke kantor. " Ha ha ha siapa yang bilang mau ngajak kamu ke kantor. Saya mau ngajak kamu ke suatu tempat. Yah ini anggap saja acara menolong saya." kata Erwin sambil garuk garuk kepalanya yang ga gatal. Karena tiba tiba dirinya muncul ide yang ia anggap cukup gila tapi bukan sesuatu yang anti mainstream. " Saya ga ada acara di hari minggu kok, mas. Jadi saya pasti bisa bantu." " Good, nanti saya WA lagi buat waktu pastinya." sahut Erwin dengan wajah bahagia, entah kenapa mendengar apa yang dikatakan Calista ia jadi memikirkan kalau seandainya ia bisa membawa wanita ini menjadi istrinya, ia tak perlu cemas kalau sang papa akan menjodohkannya dengan Tania itu. . . Di ruangan VVIP sebuah rumah sakit... " Ma, kamu ga jadi pulang untuk ngambil keperluan pribadi kamu?" tanya Arya kepada istrinya. " Pa, kamu itu lo. Mau sampai kapan nginep di rumah sakit? Masih mending nginep di resort, lha ini malah milih nginep di rumah sakit. Katanya orang kaya tapi liburannya kok malah di rumah sakit." Sindir mama Aivien dengan nada sarkas. " Ya ampun mah kalau anakmu nggak suka keras kepala seperti itu mungkin papa nggak perlu bikin sandiwara pakai acara sakit di rumah sakit segala. Emang Mama pikir Papa suka tinggal dirumah sakit seperti ini. walaupun kita sudah mengambil kelas VVIP tapi namanya rumah sakit juga tidak akan pernah enak." sanggah Papa Arya dengan nada sendu. " Pa, mama ini heran sama papa. Anaknya kan udah gede, umurnya udah 36 tahun.. eh mau 36 tahun ding! Mbok ya cari cara yang lebih elegan gitu loh kok malah kepingin sakit." sungut Mama dengan nada ketus. " Aku juga heran dengan anak kamu itu kok. Padahal anak laki-laki satu-satunya tapi dia bersikeras tidak mau jadi CEO di kantor. Bahkan dia tidak pernah mau diakui sebagai anak atau bahkan sebagai pewaris di Adinata Group. Kalau Papa tidak melakukan hal ini sampai kapanpun dia tetap tidak akan mau menjadi penerus di Adinata Group. Kalau papa ga berbuat begini, apa dia mau nerusin usaha papa? Udah 4 tahun loh ma!" sanggah papa dengan kesal. " Maksud Mama, Papa jangan sampai menjodoh jodohkan lagi dengan anak kenalan papa, soalnya tadi katanya Si Tania dan keluarganya mau datang ke sini." mama Aivien kesal dengan papa Arya yang memutuskan sepihak. " Mama nggak suka ya kalau jodoh Erwin itu Si Tania?"selidik papa Arya sambil memicingkan matanya. " Bukan! Mungkin karena mama terlampau kenal dengan anak laki-laki yang keras kepala itu. Mama yakin dia pasti tidak akan suka dengan tipikal seperti Tania, jadi daripada anaknya malah nanti marah kemudian tambah nggak mau nerusin usaha papa, lebih baik kita sedikit mengalah. Tapi tetap mengarahkan dia supaya dia bisa move on dan mencari pengganti Vina istrinya dulu." desah mama Aivien kesal. Ia cukup lelah menjadi jembatan dari 2 orang laki-laki kesayangannya yang sama-sama keras kepala. " Ya sudah ma! Sekarang kamu telepon dia, tanyakan apa dia nanti akan ke sini? Coba Mama juga mengorek keterangan juga dari Erwin, apakah dia suka dengan tipikal Tania atau tidak? Kalau memang nanti Erwin memutuskan untuk tidak suka dengan tipikal Tania, ya kita mengalah, tapiii kita juga tetap harus memaksa dia untuk mencari pengganti dari Vina. Nggak mungkin kan dengan usianya yang sudah hampir 36 tahun, dia masih enggak bisa move on? Lalu kapan kita bisa mendapatkan cucu?" " Oke, mama akan menghubungi Erwin." "Disini aja, jangan kemana mana." kata papa Arya dengan nada manja. "Dih, gak malu sama umur. " ejek mama Ai, tapi si mama tetap di samping papa saat menghubungi Erwin. Emang Erwin lebih sayang dengan mamanya dibanding si papa karena papa sama sifat keras kepalanya jadi ya ga heran kalau mereka sering salah paham. . . . TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN