Senin pagi di kediaman Bapak Arya sudah terjadi kehebohan.
"Pa, jadi papa juga akan datang ke rapat pemegang saham hari ini.?" tanya Erwin dengan nada ketus.
Ia tahu kalau hari ini ada rapat pemegang saham dan pemindahan jabatan CEO dari papanya ke dirinya.
Tapi ia pikir papanya ga bakalan datang karena kondisi kesehatannya itu.
Erwin memang tidak tahu bahwa sebetulnya penyakit papa Arya itu hanya sebagai kamuflase, agar Erwin cepat menikah.
" Ya iyalah apa pasti datang, soalnya kan Papa CEO lama yang akan menyerahkan jabatan kepada CEO baru, dan lagi Papa itu sudah sehat." sahut Papa dengan nada heran kok segitunya Erwin gak mau ayahnya hadir.
" Iya papa kamu itu sehat saat ia tahu bahwa ia akan memiliki menantu." potong mama dengan senyum menggoda di wajahnya.
" Hush, apaan to mama ini. Sehat karena emang sudah waktunya. Lagian papa bosan di rumah sakit melulu." bantah Papa Arya dengan cepat, ia khawatir kalau Erwin tahu pas kemarin papanya berbohong berpura pura sakit,
" Jadi hari ini adalah hari dimana orang akan tahu aku adalah anak Papa? Gitu?" wajah Erwin sontak sedikit lemas karena berarti pandangan orang kepadanya akan sedikit berubah.
" Win, kamu itu aneh! Apakah kamu itu segitu tidak inginnya diakui sebagai anaknya papa?" nada kecewa tercetak jelas disana.
" Bukan itu pa! Erwin hanya tidak mau ada pandangan bahwa Erwin ini mendapat jabatan karena Erwin adalah anak Papa." sanggah Erwin, ia ingin orang melihatnya karena usahanya.
" Lah tapi kan kamu emang benar anak Papa dan wajarlah kalau seandainya Papa lengser dari kedudukan sebelumnya, lalu kamu yang menggantikan."geram Papa, lagi lagi karena Erwin ingin eksistensinya lebih dihargai bukan karena ia anak CEO.
" Haduh sudahlah!! Yang penting kalian sarapan dulu. Mau bicara tentang kerjaan silahkan di kantor sana. Tempat makan adalah tempat kita bahas urusan keluarga." Potong mama Aivien cepat. Ia ga mau meja makan dibuat tempat beradu argumen pekerjaan.
" Maaf ma, Erwin ga maksud..."
" Papa juga minta maaf ya, ma!! Kita bahas tentang pernikahan Erwin aja gimana?"kata papa mengalihkan ke hal yang lain.
" Nah, itu lebih baik daripada ngomongin kerjaan, haduh mama pusing!" kata mama meng-iyakan.
" Nah, gimana dengan Calista?"tanya papa lagi.
" Loh kayaknya hari ini dia juga hadir di rapat pemegang saham? Perkenalan Kepala HRD baru?" tanya Erwin.
" Dia kan sudah tahu kalau kamu anak papa." decak papa Arya kesal.
" Enggak, maksudnya kita mau sekalian umumin kalau Erwin juga akan segera menikah?" tanya Erwin dengan nada santai. Ia membayangkan Calista bakal kaget. Kemarin Calista berniat menyembunyikan statusnya kelak. Tidak bisa dong!! Nanti kalau ada yang naksir Cacanya gimana? pikirnya posesif.
" Iya, rencana papa emang begitu." kata papa Arya santai, ia pikir Erwin bakal tidak setuju, tapi ia melihat anaknya malah anteng anteng saja.
" Kamu ga bilang sama Calista nya dulu, Win?" tanya mama dengan cemas, takut kalau Calista marah.
" Belum tapi mungkin Erwin sekalian kasih tahu saat jemput Caca di apartemen temennya." kata Erwin dengan santai.
" Win, ga lebih baik dia tinggal di apartemen kamu saja. Dan kamu balik ke rumah?" tanya mama dengan hati hati, ia tahu awalnya Erwin pindah ke apartemen karena ia ga bisa tinggal di rumah yang dihuni bersama istrinya dulu dan ia juga tidak suka kalau harus di rumah besar, ia suka menyendiri paska kejadian istrinya dulu.
" Akan Erwin bicarakan sama Caca ya, kupikir kan cuman tinggal beberapa minggu saja efektifnya. Kalau ia mau bersenang senang dengan temannya, Erwin ga mau ganggu. "
" Eh, kamu sudah bikin janji ketemu mami nya Calista?"
" Udah ma, rencananya Erwin kesana besok Jumat, setelah jam kantor." kata Erwin sambil mengunyah sandwich buatan mamanya.
" Ya sudah, segera dilakukan, yang penting maminya sudah setuju kan?" tanya papa Arya dengan was was.
" Sudah sih! Cuman ia ingin ketemu sebelum acara lamaran, karena pertamanya ia berpikir kalau Caca hamil duluan. Padahal karena papa dan mama ngebet punya mantu."
"Emang kamu gak mau kalau dipercepat?" tanya papa memancing.
"Ya maulah!" sahut Erwin tanpa ragu.
" Sudah kamu ceritakan kondisi kamu yang sudah berumur dan duda?" tanya mamanya.
" Haiz, mama itu loh senengnya kok mengejek status anaknya melulu." cebik Erwin kesal.
" Kan emang bener, kalau usia kamu sudah jauh lebih tua dari Calista." kata mama sambil menahan ketawa.
" Erwin udahan. Mau jemput Calista!" katanya sambil merajuk.
" Sudah bilang maminya Calista belum?"
" Udah, maaaa!!"
"Lalu? Camer kamu ga komen apa apa?" tanya papa Arya dengan sedikit cemas, ya ia tahu kondisi calon mantunya, Calista itu banyak banget penggemarnya, mungkin anaknya belum tahu tapi ia memang sudah lama menyelidiki tentang si Calista, penyelamatnya.
"Ya, maminya Caca cuman pingin ketemu aku dulu sih pa! Yah, doain aja." katanya dengan dingin, Erwin sadar kalau ia juga laki laki yang memiliki banyak kekurangan.
"Mama dan papa selalu doain yang terbaik buat kamu kok, Win! Semangat!!"kata mama Ai.
"Erwin berangkat dulu ya! Mau jemput calon istri." kata Erwin dengan semangat 45, gak tahu kenapa, ia begitu bersemangat apalagi mengingat kalau dirinya bakal ketemu dengan Caca, apakah ini rindu? Dan apakah ia sudah mulai jatuh hati?
"Hati hati dijalan ya, Win! Sampai ketemu di kantor, jangan lupa untuk memberitahu calon istri kamu dulu ya!" kata papa Arya dengan nada gembira.
"Yaaaa."
.
.
.
Mobil Erwin sudah sampai di lokasi apartemen Shania, karena ia ingin menjemput Calista disana.
Kali ini Calista bilang kalau ia sudah gak berada di apartemen, karena ia bersama dengan Shania sedang sarapan di warung bubur langganan Shania.
Kebetulan Shania juga akan ketemuan dengan Reino, kekasihnya disana.
Erwin yang belum pernah ke warung bubur itu jadi sedikit kelimpungan mencari lokasi warung bubur yang dimaksud oleh Calista, tiba tiba netranya menangkap sesososk gadis manis yang sedang bercanda dengan seorang laki laki di dekat taman depan apartemen itu.
"Caca?" panggilnya ragu.
Tapi ketika gadis itu menoleh dan melemparkan senyum manis nya ia pun tahu kalau ia tidak salah lihat, tapi siapa laki laki yang bercanda dengan calon istrinya? Dadanya bergemuruh, dan hatinya juga merasa panasasa. Apakah ini cemburu? Padahal ia belum sepenuhnya suka dengan gadis polos itu kan? pikir Erwin dalam hati.
"Mas, sini! Kamu sudah makan belum? Bubur ayam disini tuh rekomended banget loh! Gara gara Rein nih yang sukanya nongkrong pagi di sini." kata Calista sambil menunjuk laki laki yang ada di hadapannya, laki laki itu sekarang sedang tersenyum kearahnya.
Jadi laki laki itu namanya Rein?
"Oh mas sudah makan tadi sama mama dan papa di rumah, sayang!" kata Erwin menunjukan kepemilikannya, sambil merengkuh pinggang Calista yang ramping.
Sontak Calista kelimpungan dengan tindakan Erwin yang super intim dengannya, membuat ia malu dihadapan Rein.
"Ehm Rein, kenalin ini mas Erwin.. dia.." sebelum Calista selesai ngomong Erwin langsung memotong perkataan sambil mengulurkan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya masih belum melepaskan pinggang Calista.
"Saya calon suami Caca!" kata Erwin dengan nada tegas.
Sedangkan Rein yang diajak bersalaman hanya bisa sedikit terbengong lalu kemudian nyadar kalau sebenernya calon suami Calista itu sedang cemburu dengannya.
Dasar Reino, begitu melihat peluang untuk memanasi laki laki yang baru datang itu, tentu Rein tidak akan melewatkan, bukan?
"Saya Reino, temen Tata! " Kata Reino sedikit memanaskan suasana. Gayanya sengaja dibuat genit dengan sedikit flirting ke Calista.
Erwin sedikit menggeram kesal karena ternyata teman Calista memiliki nama panggilan istimewa buat Calista juga.
Mukanya memerah tanda ia tidak bisa menahan kesal didalam dadanya.
" Kamu sudah selesai makan, sayang?" tanya Erwin kepada Calista yang terbengong melihat Erwin yang manggil dia sayang melulu.
" Ehm, sudah sih! Tapi kan ini masih pagi, mas? Masa mau berangkat ke kantor sekarang? Si Shania aja belum nyampe di warung bubur." kata Calista memupuskan herannya, maklum ya biasanya Erwin itu sedikit datar, walau tidak sedingin pertama kali bertemu dirinya.
" Mas sih terserah kamu saja, mau berangkat sekarang ya oke, nanti pun juga mas nggak masalah. Eh jangan lupa nanti ada meeting pemegang saham. Papa juga bakalan datang loh! Mau menyampaikan tentang berita pernikahan kita kepada seluruh pemegang saham." kata Erwin dengan suara jelas, bahkan tangannya juga masih setia memeluk pinggang ramping Calista, ia ingin memberi kode kepada Reino kalau gadis ini sudah ada pemiliknya, yaitu dirinya!
Sedangkan Rein hanya senyum senyum saja, saat dirinya dikacangin oleh calon suami Calista. Rein sadar kalau Erwin cemburu kepadanya, maka dari itu Erwin terlihat acuh kepadanya.
" Hah? Secepat itu?" tanya Calista sambil membulatkan netranya tanda terkejut.
" Lha kan nikahnya akhir bulan ini juga kan." kata Erwin santai sambil melirik ke Reino yang masih menunduk.
" Berarti tinggal 3 minggu lagi?" tanya Calista dengan suara tinggi. Ia lupa kalau ia sudah tanda tangan kontrak nikah, tapi ia lupa tanggal berapa nikahnya.
" Lupa, apa nggak baca kemarin?" tanya Erwin lirih sambil tersenyum smirk pada Calista mengingatkan kalau kemarin Calista pas tanda tangan malah enggak baca kontraknya sama sekali.
Duengggg! Mati aku, pikir Calista sambil memegang keningnya yang tiba tiba pusing.
.
.
.
TBC