Calista memutar bola matanya dengan kesal saat Erwin mengusak rambutnya dengan sayang, rambutnya yang tergerai rapi dan indah, malah jadi morat marit ketika tangan Erwin mengacaukan rambutnya.
" Mas, rambutku berantakan nanti." cebiknya kesal. Calista menata kembali rambutnya yang dibuat berantakan oleh Erwin.
" Gimana? Kamu mau berangkat sekarang apa nanti? Biar mas bayar makanan kamu dan teman kamu dulu." kata Erwin sambil mengeluarkan dompetnya. Calista semakin bingung, ini masih pagi.tapi Calista teringat betapa berdedikasinya seorang Erwin. Sehingga pada akhirnya Calista hanya bisa pasrah dengan pengaturan Erwin.
" Gak usah mas, biar saya saja yang bayar. Cuman semangkok bubur doang." kata Reino menolak dengan sopan. Reino sih santai, sedang Erwin terlihat kalau panas dan terbakar, terkesan sok keras.
" Jangan, biar saya saja yang bayar, hitung hitung sebagai perkenalan. Lagian enggak enak kan kalau calon istri saya makannya sampai dibayarin sama laki laki lain." kata Erwin sedikit sarkas.
Reino makin yakin kalau Erwin ini cemburu sama dirinya.
Makanya ia hanya tersenyum saja saat Erwin mulai pasang wajah sok keras.
" Apaan sih mas! Reino itu.." Calista berusaha menjelaskan tapi dipotong langsung oleh Reino.
" Teman baiknya Tata, belum pacar kok!" potong Reino sok dekat dengan Calista, dalam hatinya ia tertawa karena bisa mengerjain cowoknya Calista.
" Hei..." Calista sudah mau protes tapi Reino hanya menggeleng dan menaruh tangannya di depan bibir Calista.
Membuat Erwin tambah meradang, berusaha menepis tangan Reino di bibir calon istrinya.
Calista shock dengan kelakuan Rein yang gak biasa biasanya. Berani banget menyentuh bibirnya, padahal selama ini sekalipun mereka kenal sejak SMA, tak sekalipun Rein melakukan kontak fisik. Apalagi Rein dari dulu naksirnya sama Shania, bahkan sekarang kan sudah resmi berpacaran dengan Shania, sahabatnya. Pasti ada yang ga beres, karena Rein tadi juga sempat mengkode kode dirinya. Entah apa maksudnya. Calista pusing!!
Erwin pun ga kalah anehnya. Semakin terlihat posesif dan menunjukan kepemilikannya. Masih dalam kontrak kan ya?
" Tolong ya, jaga kelakuan anda. Saya masih menghormati kamu karena kamu adalah teman calon istri saya." hardik Erwin dengan nada ketus sambil menekankan kata teman di perkataannya tadi, ia lalu menarik tubuh Calista dan mengajaknya berlalu dan tak lupa membayar selembar uang merah untuk pembelian bubur ke bapak penjualnya terlebih dahulu.
Calista yang masih cengo dan bingung hanya bisa menuruti kemauan calon suaminya yang sedang menebar amarahnya.
Didepan warung, mereka bertemu dengan Shania yang akan masuk warung, tapi belum sempat Calista menyapa sahabatnya, Erwin sudah merangkul bahunya dengan posesif dan mengajaknya pergi sambil sedikit memaksa Calista.
Shania yang melihat adegan itu jadi bingung, ia sampai mangap mangap bak ikan mas koki kehabisan air. Saat ia masuk pun, ia terkejut dengan keberadaan Rein yang sedang tertawa terbahak-bahak entah apa yang sedang di dalam pikirannya atau jangan-jangan dia kesambet roh penunggu warung bubur itu.
Shania langsung memukul bahu Rein supaya roh yang mengganggu bisa segera kabur, tapi melihat kehadirannya Rein yang tadinya sudah agak surut ketawanya menjadi tertawa lagi, membuat Shania jadi tambah bingung.
" Ada apa sih Rein! Ketawa kamu aneh loh! Kamu ga sedang kesambet kan?" tanya Shania memasang raut kesal karena Calista yang meninggalkannya tanpa kata dan ini Rein tertawa gak habis habis.
Setelah surut tawanya, Rein langsung mencoba memberitahukan pada Shania apa yang tadi terjadi, sesudah Shania tahu, bukannya ikut tertawa, ia malah bengong keheranan.
" Kenapa malah bengong kayak ayam habis lahiran?" tanya Rein dengan nada kesal.
Masa kejadian tadi ga dianggap lucu sama kekasihnya.
" Bukan gitu, mereka kan bakal nikah kontrak! Lah kenalnya aja baru 3 hari ini, masa Erwin itu sudah segitu bucinnya sama Calista? Ini kan aneh!" kata Shania sambil mencubiti bibirnya tanda ia sedang berpikir.
" Ah, masa sih? Tapi beneran lo, Shan. Aku sebagai laki laki bisa merasakan kalau ia menyukai Calista. Erwin itu super posesif. Apa emang itu wataknya? Atau jangan jangan ia itu jatuh cinta pada pandangan pertama ama Tata!" kata Rein sambil beropini dari sudut pandang sebagai laki laki.
" Kamu kan tahu, aku sayang sama Tata, takut kalau ia dibohongin aja. Calista adalah sahabat yang tidak pernah ninggalin aku, walau dulu aku pernah punya masalah sehingga dijauhi sama teman teman, tapi Tata tidak begitu. Jadi aku akan membelanya sampai kapanpun. Bagus kalau kamu tadi menguji mas Erwin itu, mungkin kamu benar, dia jatuh cinta pandangan pertama sama Calista. Sayangnya mungkin sahabatku itu gak nyadar. Dan cowok itu juga terlalu gengsi untuk mengakui." kata Shania memberikan kesimpulan akhir menutup pembicaraan tentang Calista dan Erwin.
" Mudah mudahan Calista gak dimarahin sama Erwin itu." kata Rein masih terkekeh geli mengingat kejadian tadi.
" Mang, buburnya 1! Aku bisa terlambat kalau begini. Aku gak yakin Erwin bakal marah kalau Tata menceritakan yang sebenarnya kalau kamu itu pacarku. Yang ada dia bakalan malu!" balas Shania sambil ikut terkekeh.
" Ha ha ha iya, dia bakalan malu, karena udah cemburu buta."
Sementara didalam mobil Erwin terjadi perang dingin antara Erwin dan Caca.
Penyebabnya adalah, Erwin masih belum terima ada cowok yang memegang bibir Caca.
Sedang Calista masih belum ngeh dengan apa yang dilakukan sama Rein. Padahal Rein hanya sengaja membuat Erwin jadi cemburu, untuk menguji cinta Erwin sama Calista.
" Berapa lama kamu temenan sama orang itu?" tanya Erwin balik dingin lagi kayak dulu, Calista langsung menoleh ke arah mas Erwinnya dan bertanya balik.
" Reino maksudnya?" tanya Calista dengan santai, ia sama sekali tidak mengira kalau saat ini sebenarnya Erwin sedang cemburu dan panas hati kepada Rein. Sedang Calista hanya berpikir kalau Erwin hanya sekedar bertanya saja.
" Iya!" jawab Erwin dengan nada datar dan dingin.
" Oh, dari SMA, tapi deketnya sih baru baru ini." jelas Calista dengan santai dan tanpa ada prasangka apa apa. Calista tidak tahu kalau Erwin semakin panas mendengar penjelasan Calista.
" Oh jadi kamu deket sama dia?" tanya Erwin menekankan pada kata deket. Suaranya sudah sengaja datar dan dingin, tapi sayangnya Calista sama sekali tidak peka akan perubahan Erwin yang sedang cemburu buta.
Calista hanya mengangguk, dia gak tahu kalau kelakuannya membuat Erwin semakin panas. Ia cemburu. Ia terbakar!! Ia panas!! Tak tahu kenapa, ia merasa cemburu mendengar cerita Calista tentang Rein. Ia tak suka ada laki laki lain yang bisa mendekati Caca-nya.
Padahal kemarin kayaknya Erwin masih menganggap, Caca ini hanya sekedar istri kontrak saja, bukan ? Kenapa ia cemburu?
" Jadi? Alasan kamu belum bisa suka sama aku, karena DIA???"
.
.
.
TBC