16.

1039 Kata
Calista hanya mengangguk, dia gak tahu kalau kelakuannya membuat Erwin semakin panas. Ia cemburu. Ia terbakar!! Ia panass!! " Jadi? Alasan kamu belum bisa suka sama aku, dan menolak aku itu karena DIA???" tanya Erwin dengan suara meninggi sambil memukul mukul setir kemudinya dengan bar bar. Ini membuat Calista sedikit ketakutan, emang salahnya dia berteman dekat dengan Rein apa? Kan Rein itu kekasih Shania? Sedang Shania sahabat dekatnya, lalu salahnya dimana? pikir Calista dalam hati. "Mas? Kamu apa apaan sih? Dari tadi marah marah melulu, kalau kamu merasa keberatan kalau mengantar jemput aku, bilang dong! Berhenti disini! Aku mau ke kantor sendiri saja." sergah Calista dengan nada marah. Ia tidak mengerti dengan kelakuan Erwin yang menurutnya aneh dan menakutkan, serta marah marah tidak jelas. Tiba tiba Erwin meminggirkan mobilnya. Calista semakin yakin kalau Erwin emang tidak ingin mengantar jemput Calista. Calista tanpa banyak bicara langsung membuka kaitan seat belt nya dan membuka pintu mobil. Tapi ternyata pintu mobilnya masih terkunci, lalu dengan dingin Calista menyuruh Erwin untuk membuka pintu mobilnya. "Buka pintunya!"sambil memaksa pintu mobil Erwin agar cepat terbuka. Entah kenapa hati Calista juga sedih, dimarah marahin tanpa sebab. Padahal kan dia sendiri juga belum cinta sama Erwin? "Maaf!" kata Erwin lirih sambil membenturkan kepalanya dengan keras pada setir kemudi yang ia pegang. Membuat Caca jadi khawatir, benar saja dahi Erwin sedikit berdarah dan memar. "Ada masalah apa sih mas? Kenapa kamu bertindak kayak gini?" kata Calista dengan nada khawatir, sambil mengambil tisu yang ada di dashboard mobil Erwin untuk membersihkan noda darah di dahi Erwin. "Lihat nih berdarah! Kamu ada kotak P3K di mobil kan?" tanya Calista sambil meraih plester yang pasti ada di dalam tas kerjanya, cuman ia gak punya alkohol untuk mensterilkan luka. "Gak usah! Aku gak apa apa!" kata Erwin sambil menggenggam tangan Calista yang ingin membersihkan lukanya dan memakaikan plester di dahinya. " Ya sudah terserah kamulah, mas!" sahutnya sambil menarik kembali tangannya yang di genggam oleh Erwin. Ia jelas masih kesal dengan peristiwa tadi tapi ia cuma berdiam diri. "Maaf soal tadi! Aku marah marah karena aku gak suka kalau kamu dekat dekat dengan laki laki tadi." katanya menjelaskan, membuat Calista menoleh ke arah Erwin dengan segera. "Kenapa? Kenapa aku gak boleh dekat dengan Rein? Dia kan teman aku?" tanya Calista dengan raut heran. "Karena aku,... gak suka!" katanya sambil memalingkan wajahnya dengan segera, karena ia ingin menyembunyikan raut wajahnya yang memerah karena malu. Erwin gak mungkin bilang sama Calista kalau ia cemburu kan? Eh tapi sebenarnya ia gak cemburu tapi gak suka aja kalau Calista dekat dekat dengan Rein, bantahnya dalam hati. "Kamu gak suka aku berdekatan dengan dia, bukan karena kamu cemburu kan, Mas?" tanya Calista dengan wajah menggoda. "Eh ya enggak lah!! Enggak!" bantah Erwin. "Iya apa gak?" "Ehm ya soalnya kayaknya ia bukan orang yang baik." sanggah Erwin menghindar. "Ah mas? Kalau gitu aku harus segera bilang sama Shania dong, kalau Rein bukan laki laki yang baik!" sindir Calista dengan gemas. "Lho apa hubungannya dengan Shania?" tanya Erwin lagi. "Ya karena Rein itu kekasihnya Shania! Kalau dia emang orang yang gak bener, aku wajib kasih tahu dia supaya, Shania menjauhi Rein! Aku gak mau kalau sampai Rein menyakiti Shania!" pancing Calista lagi. "Hah? Jadi si Rein itu kekasihnya Shania?" tanya Erwin dengan muka cengo, jadi dia marah marah gak guna dong? "Iyalah. Kamu pikir gimana?" tanya Calista balik dengan nada sewot. "Ehm he he he aku pikir.." "Jadi bener kamu cemburu sama Rein? Masih gak ngaku?" sindir Calista dengan wajah kesal. "Maaf, aku mungkin cemburu!' sahut Erwin dengan malu malu, Calista memalingkan wajahnya, ia tersenyum, ya ampun ini orang ya, cemburu aja gak mau ngaku. "Makanya nanya dulu, jangan langsung nge judge orang kayak gitu, aku gak mau tahu ya, kamu nanti kalau ketemu sama Rein harus minta maaf, aku kan malu kalau kamu bertindak bar bar kayak tadi." "Habisnya kamu tadi ketawa ketiwi mesra sama dia sih!" "Nih ya, gak mau ngakuin kesalahan, masih aja nyalahin orang!" cebik Caca kesal. "Iya iya, maaf, jadi kita berangkat ke kantor sekarang ya." kata Erwin sambil menggenggam tangan Calista erat. "Iya, lain kali kalau mau cemburu tuh nanya dulu, lagian kalau aku mau juga dari dulu aku sudah nikah sama orang lain." kata Calista sambil manyun. "Ish jangan bikin aku cemburu!" kata Erwin sebal. "Udah ayo berangkat, masa first day at work udah telat!Jangan lupa tuh jidat ntar diobatin, sementara pake plester dulu aja. Masa meeting jadi CEO wajahnya pake plester hello kitty! " kata Calista sambil tertawa. Sontak Erwin langsung melongok ke spion tengah dan mendapati kalau jidatnya terplester dengan plester hello kitty milik Calista tadi. "Ya ampun sayang! Kamu mau malu maluin aku ya?" rajuk Erwin sambil melepas plesternya. "Jangan dilepas, mas, nanti bisa infeksi loh!" rajuk Calista kesal saat Erwin melepas plesternya dengan bar bar, membuat luka itu terbuka lagi. "Halah, luka kecil kayak gini ini mah santuy! " "Tadi aja melow melow gak jelas, sekarang sombong!" sindir Calista kesal dengan tingkah laku calon suaminya. "Maaf bikin mood kamu berantakan gara gara aku. Mungkin aku bener bener sudah terjerat sama kamu. Emang kamu pake guna guna apa sih?"tanya Erwin dengan nada menggoda. "Guna guna kepala HRD baru!" sungut Calista yang dengan segera membuat Erwin tertawa terbahak. Belum pernah ia merasa sebahagia ini. "Jadi pingin nikahin kepala HRD baru!! godanya lagi sambil melajukan mobil menuju ke kantor. Sedangkan Calista memalingkan wajahnya ke arah jendela sambil menyembunyikan wajahnya yang sudah merona karena malu. "Kamu sendiri apa masih butuh waktu untuk menyelami perasaan kamu sama aku?" tanya Erwin lagi melihat Calista membuang wajahnya. "Maksudnya?" tanya Calista sambil membalikkan wajahnya menatap netra Erwin. "Kamu belum merasakan kalau kamu juga sudah jatuh cinta sama aku!" kata Erwin dengan yakin. Membuat Calista menarik nafasnya dan menghembuskannya perlahan. "Mungkin!" katanya dengan ragu. Erwin menoleh ke arah Calista yang terdiam menatap jalanan di depan. "Loh, kok gitu?" tanya Erwin dengan nada tidak puas. "Kemarin Shania juga nanya hal yang sama. Sebenernya ia masih gak setuju 100 persen kalau aku sama kamu, katanya kamu itu bisa jadi hanya mempermainkan aku..." "Tapi aku tidak mempermainkan kamu Ca! Aku menyayangi kamu dengan tulus." potong Erwin dengan cepat dan sedikit tergagap gagap saking nafsunya. Maksudnya adalah nafsu untuk menjelaskan kebenaran, bukan nafsu untuk melakukan yang iya-iya. . . . TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN