13.

1057 Kata
Uhm, tadi udah langsung aku kenalin mas Erwin ke mami lewat video call sih. Dan mas Erwin sudah memperkenalkan diri dan langsung melamar aku lewat video call itu." kata Calista dengan malu malu menjelaskan kejadian yang baru tadi terjadi. "Lalu mami kamu bilang apa?" cecar Shania dengan nada ingin tahu. " Awalnya mami kaget dengan pernyataan mas Erwin dipikirnya aku kenapa kenapa. Tahu kan maksudku? Karena kan mas Erwin ingin melamar aku secepatnya." jelas Calista dengan suara lirih. "Lalu? Mami kamu setuju dengan lamaran itu?" tanya Shania dengan intens "Ya setuju sih! Cuman dia mau ngomong sama mas Erwin dulu, sebelum acara lamaran digelar. Pengenalan gitu deh! Soalnya kan baru mas Erwin yang aku kenalkan sama mama." "Kamu itu ga bikin perjanjian apa apa sama mas Erwin kan?" selidik Shania yang curiga dengan cepatnya acara pernikahan dengan sang duda tua menurut versi Shania. "Ehm apaan sih.. ya enggaklah."kata Calista dengan sedikit gugup karena Shania menatapnya dengan tatapan tajam dan menyelidik, kayak anjing penjaga kepolisian saja. "Calista Mahendrata???"tegas Shania dengan mata melotot. "Apaan sih, Shan? Ga percayaan banget." Calista menghindari sorot mata Shania yang kelewat kejam. "Wajah mu itu menggambarkan kalau ada sesuatu yang kamu sembunyikan." tuduh Shania, padahal ia ga ngelihat apa apa, cuman janggal aja sama Calista. "Jangan bilang kamu bikin nikah kontrak sama dia untuk menyenangkan bonyok nya." lanjut Shania " Emang cerita novel? Engga ya, dia bilang kalau ia beneran cinta kok, cuman aku yang masih belum yakin aja." sahut Calista menutupi. Dirinya sendiri juga heran kenapa ia harus menutupi? Kenapa ia harus membela Duda itu? " Ahhh Calista.. c'mon, jangan terlalu naif. Itu namanya juga kontrak pernikahan. Aku auto gak setuju!!"kata Shania drngan berang. " Ehm kontraknya kan cuman kalau ia bakal bisa bikin aku jatuh cinta, bukan yang lainnya!" "Kalau ga bisa bikin kamu jatuh cinta? Kamu mau cerai? Kamu mempermainkan pernikahan dan Tuhan. Aku tetap tidak setuju." "Engga kok, dia juga ga mau cerai sama aku. " "Jadi kamu malah mau selingkuh? O My Goddd!!! Aku tetap tidak setuju." "Dia juga ga bolehin aku selingkuh?" "Lalu? Gimana dong kalau kamu ga cinta sama dia?" "Ehm, aku juga bilang gitu sama dia." "Lalu?" "Katanya aku sbenernya udah cinta sama dia cuman aku katanya belum ngeh aja." Shania hanya bisa menepuk jidatnya yang lebar dengan perasaan kesal dan jengkel yang mendalam, melihat temennya yang polos bin ajaib ini. Sedangkan Calista hanya garuk garuk kepala yang tidak gatal sambil cenger cengir ga jelas. "Kamu bukan anak kecil lagi, Calista!" "Iya aku juga tahu kalau aku bukan anak kecil." "Masa kamu ga bisa bedain jatuh cinta apa gak?" "Kayaknya aku belum jatuh cinta, kalau suka deket sama dia doang termasuk jatuh cinta ga?" tanya Calista lagi. "Mungkin!" jawab Shania asli, sebenernya ia tahu kalau Calista pasti ada rasa dengan Erwin, entah alasannya mungkin juga karena Erwin kebapaan, Calista itu merindukan sosok ayah dalam kehidupannya dan mungkin itu ia dapatkan di dalam diri Erwin, itulah kesimpulan Shania yang ga akan ia katakan kepada Calista soalnya ga mungkin diakui oleh Calista juga. "Tadi nanya nanya sampai marah marah, sekarang malah irit banget bicaranya bu! Aku bingung deh sama kamu." katanya dengan kesal. "Aku kan udah jawab kalau itu mungkin saja terjadi. Kamu suka sama dia! Cuman bentuknya dengan rasa nyaman berdekatan dengan dia, aku harap nanti kalau sama dia kamu juga jangan polos polos amat kayak gini ya. Bisa dimakan sama dia kamu!!!" kata Shania kali ini dia menyerah. Dia sudah tahu kalau sahabatnya ini jatuh cinta tapi gak mau ngaku! "Eh dia bukan kanibal kok!" sahut Calista dengan polos. "Maksudnya kalau kamu ada apa apa, kamu harus langsung konsul sama aku. Aku akan sekuat tenaga bantu kamu. Jangan di sembunyiiin kayak tadi." "Oh yang masalah surat kontrak?" tanya Calista. "Iya jangan kayak gitu, kamu harus cerita sama aku, soalnya aku kan lebih pengalaman menghadapi buaya." "Ha ha ha emangnya kamu pawang buaya ya? Sudahlah kamu tenang saja, hatiku percaya kalau mas Erwini itu baik aslinya. Cuman karena ia itu trauma dengan apa yang terjadi, maka ia jadi dingin … ia bahkan melakukan surat kontrak itu karena ia yang ingin mengikat aku kok! Ia bilang kalau aku amsih belum percaya kalau ia mau bersamaku dan merasa nyaman denganku ya aku harus menandatangani surat itu." " Bukan begitu,kita masih belum bisa menebak kepribadian mas Erwin kamu dalam 2 hari, tapi aku sungguh berdoa kalau ia yang terbaik buat kamu. " kata Shania sambil merangkul bahu Calista dengan sayang, soalnya ia tahu, Calista itu persahabatannya tulus, saat orang orang menjauhi dirinya karena masalah yang terjadi di masa lampau terhadap dirinya, Calista lah yang masih tetap berdiri di sampingnya dan membelanya, jadi Shania ga mau kalau sampai Calista di sakiti oleh buaya macam Erwin, Shania masih nethink sama Erwin karena ia belum mengenal dekat kepribadian duda itu. “Lagian kalau kamu itu mau bikin surat begituan, seharusnya kamu meinta pertolongan sama pengacara, karena ini rawan penipuan!” Lagi lagi Shania melanjutkan ngomelnya, membuat Calista hanya bisa diam, ia sadar kalau Shania hanyalah ingin membelanya saja, dan apa yang dilakukan Shania itu adalah untuk kebaikannya, jadi ia hanya bisa diam dan menerimanya dengan lapang d**a. Intinya Shania akan membela Calista di garda paling depan, awas saja kalau sampai Erwin menipu Calista, bakal ia bikin jadi pergedel!!!! ."Lihat saja, kalau sampai ia berbuat kurang ajar atau menipumu, aku akan membuat duda itu remek di tanganku!" “Uh kok aku jadi takut sendiri sama kamu ya say?” “Kamu belum tahu betapa aku akan menjadi orang yang menakutkan kalau ada yang berani mengusik orang orang terdekatku.” “Dihhh, posesif sekali anda ini.” “Biar … aku tahu kamu orang baik Calista! Jadi aku gak akan rela kalaau sampai kamu tersakiti. Dan wajah duda itu dingin dingin ngeselin, pingin nabok akunya. Sedang dari awal orang itu udah bohong sama kamu.” “Kita harap kalau ia bakalan jujur kali ini, Shan! Sudah ah jangan bahas mas Erwin mulu, kita bahas saja, mau makan kemana kita malam ini?” Calista menaik turunkan alisnya, mencoba mengalihkan perhatian Shania biar ga marah marah melulu. “Maaf aku gak bisa! Soalnya Rein bakalan datang, jadi karena Rein sudah ngajak makan duluan, kita gak bisa nge-date malam ini.” “Ohhhhhh jadi begitu?” “Maaf, anda terlambat!” gayanya yang songong Shania, malah bikin Calista tertawa, emang se- absurd itulah pertemanan mereka. . . TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN