Erwin yang setelah memulangkan Calista ke apartemen milik Shania langsung pulang ke rumah orang tuanya menjadi sangat terkejut saat melihat mobil papanya nangkring cantik di rumah. Dan saat ia masuk rumah bukan lagi asisten rumah tangganya yang menyapa melainkan papa mamanya yang sedang berduaan di ruang keluarga.
“Loh, papa udah pulang dari rumah sakit?” tanya Erwin keheranan, bukannya katanya papanya itu masih sakit ya?
“Papa kamu langsung sembuh saat tahu ia punya calon mantu yang cantik dan kuat. Ha ha ha.” Sahut mamanya dengan nada manja, melirik ke papanya yang nampak adem ayem aja digoda oleh istrinya.
“Tadi papa kan sudah bilang kalau papa sudah sembuh, ya papa maksa pulang lah.” Sahut papanya dengan nada enteng, Erwin kaget, apakah efek dirinya bisa move on sangatt besar buat kedua orang tuanya.
“Bukan karena calonnya orang yang sudah nyelametin dari perampokan?” sindir Erwin dengan nada kesal.
“Kamu ga tahu betapa pahlawannya calon mantuku itu, gayanya saat melawan penjahat sangat keren.” Kata papa Arya dengan tersenyum.
“Ah masa? Emang bener ya waktu itu musuhnya professional?” tanya Erwin ingin tahu.
“Ya iyalah, kamu pikir musuhnya copet jalanan yang rendahan? Mereka kan disuruh oleh rekan bisnis papa yang mau ambil dokumen kerjasama kita pada saat itu, mereka mau buat curang gitulah.” Jelas papa yang membela Calista.
“Jadi sempet kena tonjok dong Calistanya.”tanya mama sambil meringis ngilu membayangkan apa yang terjadi sama calon mantunya saat itu.
“Iya, lumayan babak belur juga tuh anak, tapi semangatnya tuh gila, ia itu ga peduli waktu itu sudah berdarah darah, ia tetep bantuin papa, dan untunglah satpam kita segera datang, emang ia bisa menang, tapi kayaknya hampir pingsan gitu.”
Cerita papa Arya membuat Erwin jadi kesal, ia ingin membalaskan apa yang sudah dilakukan oleh lawan bisnis papanya itu, karena ia sudah menyakiti Calista.
“Ihhh, jadi siapa sih yang sudah melakukan itu sama papa? Orangnya ketangkep?”kali ini Erwin yang sudah mengertakan gigi langsung bertanya sama papa Arya.
“Papa bisa menebak siapa orangnya, tapi karena orang yang disuruh itu ga ketangkep jadi papa ga bisa melakukan apa apa. Kurang bukti gitulah.”
“Seandainya..”
“Ah sudahlah, Win! Gimana dengan Calista? Dia mau kan sama kamu?” tanya papa Arya dengan sedikit cemas, soalnya ia juga tahu kalau Calista itu masih muda dan cantik alami. Pasti banyak yang suka juga.
“Ya jelas maulah, kan anak papa ganteng!” kata Erwin yang senang karena ia sudah mengantongi restu dari papa mamanya.
“Tapi kamu ini sudah tua, sedangkan kalau papa boleh jujur Calista itu cantik dan lumayan disuakai bahkan di kantor cabang dia cukup jadi primadona. Bahkan KaCab di Bandung juga pernah suka sama Calista, tapi kayaknya Calistanya yang ga mau.”
“Ah masa sih pa? Derriansyah? Padahal masih muda dan tampan loh!!” sergah mama dengan nada yang membuat Erwin tambah kesal.
“Masih cakepan Erwin lah ma!!” sahutnya kesal.
“Tapi kamu sudah tua, Win!” bantah mamanya lagi.
“Ya ampun, baru kali ini ya, ada orang tua yang ngata ngatain anaknya tua, dan nyudutin anaknya gini.” Keluh Erwin dengan kesal. Sedangkan kedua orang tuanya malah ketawa menertawakan penderitaan anaknya.
“Mama senang kamu mau melirik Calista, dia anak yang baik.Kamu beruntung bisa dapat dia.” Kata mamanya dengan nada sayang, sambil memeluk anak laki lakinya.
“Erwin juga tahu ma, ia baik dan tidak memandang harta, doakan Erwin bisa mengikat dia ya.”
“Jadi dia ga mau win?” tanya papa Arya dengan cemas.
“Dia mau mencoba berhubungan dengan Erwin, dia ga pernah kepikir menjalin hubungan soalnya setelah papinya meninggal ia juga jadi tulang punggung keluarga.”
“Kamu sudah menghubungi maminya untuk melamar?” tanya papa Arya
“ Kamu harus segera mengikatnya Win, kalau layaknya permata ia itu permata yang langka.” Kata mama Ai dengan segera.
“Gitu ya?” Erwin berpikir keras bagaimana ia bisa menaklukan Calista selain dengan surat kontrak yang tadi sudah Calista tanda tangani bahkan tanpa melihat isi kontraknya, dasar calon istri yang ceroboh!
.
.
Sementara itu di Apartemen Shania, Calista kembali dicecar oleh sahabatnya itu perihal hubungannya dengan duda tampan itu.
" Lis, kamu udah yakin sama tuh duda?" tanya Shania sekali lagi, ia tahu sahabatnya itu wanita yang sangat cantik. Pasti banyak laki laki yang menginginkan Calista kalau saja Calistanya mau membuka diri.
" Ga tau deh!" sahut Caca dengan cuek.
" Kenapa kamu mau maunya dinikahin sama tuh duda? Sotoy ahhh!! Aku ga setuju!" kata Shania dengan nada tegas.
" Lhah kan dia nikahnya sama aku, kok kamu yang ga setuju? Apa jangan jangan kamu juga naksir mas Erwin?" tanya Calista yang sontak membuat sahabatnya membulatkan matanya karena kesal dengan analisa Calista yang ngawur bin ajaib.
" Aku kasihan sama kamu! Bukan karena aku naksir mas Erwin kamu yang tua itu. Karena masih mendingan si Reino kemana mana." decak Shania kesal.
" Aku ga tau cinta apa ga. Tapi aku merasa nyaman aja sama dia. Termasuk cinta ga?" tanyanya polos.
" Herrrrhhh, ga tau ah!!! Sabodo sabodolah!!!" kata Shania.
" Lah,kok malah marah marah sih. Kulaporin si Rein loh!!"
" Auk lah lap!" sahut Shania lagi. Ia bener bener kesel sama Calista, ia terlalu polos. Ia mau mau aja terima nikah dengan mas Erwin padahal ia belum dilamar, baru 2 hari kenal, ingin rasanya Shania menggeplak kening Calista yang ga mikir. Bukannya khawatir menikahi orang yang baru dikenalnya tapi hepi hepi aja.
"Jangan marah marah dong ah, nanti beneran cepet tua." Kata Calista dengan selow.
"Aku ini marah karena perhatian sama kamu,aku gak setuju kalau kamu bersama tuh duda, dan kalau selama ini kan aku ya marahnya sama kamu jadi berarti kamulah yang bikin aku cepat tua." tandas Shania kesal.
"He he he he makasih dengan perhatian kamu, aku juga sayangggggg banget sama kamu. Tapi kalau aku boleh bilang Don't judge a book by its cover!! Mas Erwin itu sayang sama orang tua dan juga type yang setia, buktinya ia masih belum bisa move on pasca istri dan anaknya meninggal. " Kata Caca sambil memeluk tubuh ramping sahabatnya itu dengan bar bar.
" Ihhh jauh jauh sana!! Terserah lu dahhhh!!" Shania kemudian menoyor kening sahabatnya itu karena pelukannya bener bener kekencengan.
"Beneran kok, aku emang superrrr sayang sama kamu. Jadi jangan marah. Restu kamu itu juga berarti buat aku soalnya." Kata Caca dengan lebay sambil memamerkan wajah tengilnya yang paling buat Shania jijik.
"Aku ga marah!! Tapi aku bingung apa yang bikin kamu suka sama si duda itu. Dan kayaknya kamu perlu untuk mempertemukan aku sama tuh duda supaya aku ketemu chemistrynya dan akhirnya memberikan restu buat kamu." Sahut Shania dengan nada lebih santuy.
"Belum suka banget sih, Shan! Aku rasa karena kamu belum kumpul aja sama si mas Erwin. Dan tuh duda ada namanya, yaitu mas Erwin."
"Iya iya namanya mas Erwin. Pertanyaan aku adalah kalau kamu belum suka banget kenapa kamu kok mau? Ini menikah loh Calista sayang!!!"
"Ya, aku kan kenal sama papanya, dan papanya itu baik, jadi ya kupikir.."
"Hah? Sesimple itu? Kamu tidak menikah dengan papanya, kamu menikah dengan Erwinnya!!! Yang sudah duda itu loh!!"teriak Shania kesal, untuk kamarnya kedap suara.
"Lha kan aku mikirnya ga usah belibet, daripada pusing! Ayahnya baik dan setia, pasti anaknya juga begitu. Kalau emang ga baik ya berarti nasib!"
" Gila gila gila !!!Kamu tuh terlalu baik jadi orang! Aku ga mau kamu ditipu dia!"
"Mas Erwin itu orang yang baik kok, Shan. Meski aku itu baru kenal sama dia, aku bisa merasakan kenyamanan, lagian dia itu kebapaan banget!"
"Jangan bilang kalau kamu mencari sosok bapak di dalam diri duda yang tua itu? Karena kamu sudah kehilangan figur papi kamu yang sudah meninggal?" sergah Shania dengan cepat.
"He he he ya nggak lah, tapi aku nyaman sama dia." Perkataan Calista membuat Shania hanya bisa menarik nafas dengan berat.
"Ya udah kalau kamu merasa nyaman dengan mas Erwin, tapi inget kalau sampai dia..."
"Ya ampun deh Shan dari kemarin kamu ngomongnya ngancem mas Erwin mulu. Untung orangnya ga denger, bisa stress dia. Tertekan kalau kamu ancam mulu. Jangan cemas okey? Nanti aku juga akan suruh dia ketemu sama kamu buat minta restu dari kamu." cebik Calista dengan manja.
"Oke oke, calon istrinya udah belain, jadi aku sudah ga bisa ngapa ngapain kalau gitu. Lalu kapan rencananya mas Erwin bakal lamar kamu ke mami kamu?" tanya Shania mendesah kesal.
.
.
.
TBC