“Kakang, Atma.” Panggilan Pitaloka membuat kedua pria berdada bidang itu berbalik, mereka sedang berbincang satu sama lain sejak tadi, entah apa topik yang mereka obrolkan. Loka tidak perlu tahu, dia cukup fokus saja dengan kepentingan dia datang kemari, terlebih panggilannya itu membuat sebagian besar atensi para prajurit beralih ke arah Loka dan mereka spontan berbisik-bisik pelan. Sungguh, Loka tidak tahu jika dia sepopuler ini. Kalau begitu, dia mungkin bisa membuka sesi tanda tangan dan memproduksi merchandise dengan harga cukup tinggi, Loka tidak akan kekurangan uang lagi sampai akhir hayat jika itu berhasil. Saniscara menepuk pundak Atma dan berjalan ke arah Loka. “Ada apa gerangan, Putri?” “Wajahmu seperti tikus kebakaran buntut, Loka.” Ucapan jahil Atma mendapat tatapan tajam

