“Haaaaaah ….” Ini sudah keempat puluh sembilan kali Loka berhenti lalu mendesah lelah dari peristirahatan terakhir mereka. Suasana di sekeliling dua manusia itu semakin remang-remang, menandakan bahwa matahari telah berpulang dan berganti dengan tirai langit malam. Sungguh, kedua kaki Loka seperti hampir copot setelah berjalan terus-menerus selama hampir seharian. “Telingaku capek mendengar keluhanmu itu terus, Loka.” Atma menghiraukan keluhan sengaja itu dan masih tetap berjalan, dia menjilat ujung telunjuk tangan kanannya dan mengacungkan telunjuk itu ke atas. “Pfft!” sembur Loka tiba-tiba. Dia menertawai tingkah Atma yang sedang mencari jalan. “K-kau masih memakai cara kuno seperti itu dalam menentukan arah, huh?” “Memang kenapa?” tanya Atma, tidak paham. Dia selalu menggunakan cara