“Huahhhhh! Lelah sekali, pekerjaan ini tidak ada habisnya deh.” Loka meregangkan lengan sambil mengeluh panjang. Dia tidak habis pikir, mengapa kantor sekecil dan kumuh seperti ini memiliki puluhan hingga ratusan pekerjaan untuk dilakukan. Loka curiga jika mereka memiliki budget untuk pindah ke kantor lebih baik, tetapi bos pelit itu sengaja agar tidak perlu menambah pengeluaran dengan bertahan di tempat yang bahkan lalat saja menyerah untuk terbang berkeliling selama kurang dari lima menit. Ayu bisa mendengar keluhan Loka dari meja sebelah dan menanggapi dengan kekehan pelan, “Mau gimana lagi, Lok. Kita kan udah jadi b***k korporat sejak lama. Lagi pula, digaji juga ini, semangat! Oke? Kita kan baru kembali dari liburan kemarin, jadi harus bersemangat untuk mengganti gaji.” Loka mengeru

