Bagian 119: Bertahan Hidup

1116 Kata

Dia tidak bisa merasakan apa-apa selain tetesan air entah di mana. Suara tetes air itu membuat kewarasannya tetap terjaga dan tidak memilih untuk menaiki tangga bercahaya tersebut. Dia bertahan dalam posisi seperti itu kurang lebih selama tiga belas jam, sebelum tetesan air tadi semakin mendekat dan kini membasahi pipi sehingga membantu dia untuk mendapatkan kembali kesadarannya yang mulai menjauh. Mata sosok itu perlahan terbuka, samar-samar dia melihat batuan stalaktit menggantung di atas dan bau batu lembab mengisi indra penciumannya. “… sudah sadar! Kemarilah!” Suara siapa? Apa ada seseorang di sini? Seluruh ingatannya mengabur dan tidak komplit, seperti pecahan kaset yang tidak pernah bisa diputar kembali karena seluruh bagiannya terpencar. Sepertinya dia habis kena pukul di bagian

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN