Matahari sudah berada di barat, bersiap untuk pulang dan beristirahat demi hari esok, tetapi seorang gadis di dalam kamar belum juga selesai mengacak-acak lemari dan mencari pakaian ‘pas’ untuk arak-arakan besok. Padahal, kemben, jarik, serta selendang miliknya sampai menumpuk di atas ranjang, tetapi dia masih terus mengobrak-abrik tumpukan pakaian itu dan terus-terusan menghela napas frustasi. “Putri … apa perlu saya panggilkan Emban Sinan untuk memilihkan pakaian anda?” Nandini tidak masuk, dia memilih untuk tetap berada di ambang pintu dan berkata lirih karena takut pada ekspresi stress di wajah Loka saat ini. Seperti bom yang mampu meledak kapanpun, lebih aman untuk dirinya menjaga jarak dari gadis itu. “Tidak, tidak perlu. Sebentar lagi aku selesai memilih, hmm.” Loka mengatakan hal