Malam selalu identik dengan kegelapan, kesunyian, dan segala hal yang mencekam. Bahkan jurig selalu dikisahkan menghantui manusia di kala malam tiba. Gelenyar ketakutan menjalar di setiap nadi orang-orang, memerintah mereka untuk cepat masuk rumah saat senja tiba, dan keluar lagi esok fajar. Namun, remaja laki-laki itu tidak menghiraukannya dan berjalan di tengah malam sendirian, memegang lentera minyak—satu-satunya alat yang bisa ia andalkan saat ini untuk menerangi jalan yang gelap. Cahaya yang keluar dari lentera minyak itu berpendar redup, tetapi ia tetap nekat berjalan lebih cepat, untuk segera sampai di rumah. Mbakyu sudah menunggu di rumah. Aku membawa singkong rebus dari sawah untuk makan malam. Samar-samar gubuknya mulai terlihat. Dengan satu obor yang terpasang di depan rumah, m