“Rumahmu cukup sederhana juga, Arjo. Aku suka. Tenang dan tidak bising. Benar-benar salah satu tipikal rumah impianku. Lihat? Kau bisa melihat pemandangan gunung indah itu dari sini.” Pemuda itu mengulum senyuman tipis saat mendengarkan perkataan Loka. Meski dia bisa menafsirkan hal itu sebagai ejekan, Arjo lebih senang menganggap bahwa Loka berkata jika rumah reyot yang dindingnya hampir jebol dimakan rayap itu sebagai sederhana. Dia memang selalu hidup seperti itu. Sederhana. Tidak kurang atau lebih. Setiap hari makan dengan lauk sederhana. Nasi jagung, ikan goreng tangkapan dari kali, atau sayur-sayuran rebus. Makan daging satu tahun sekali, itupun jika istana mengadakan festival besar-besaran. Kehidupan sederhana kadang membuat Arjo sesak, dia ingin lepas dari cengkeraman kemiskina

