“Kita tersesat!” pekik Loka dengan wajah cemas. Ia merutuki dirinya sendiri karena begitu bodoh dalam menentukan arah. Entah sudah yang ke berapa kalinya dia tersesat dan membuat susah banyak orang. Untunglah kali ini dia bersama Nandini, gadis itu pasti mengingat jalan yang mereka lalui tadi. Ia lalu menatap gadis di sebelahnya dengan tatapan penuh harap. “Nandi, kau pasti masih ingat rute saat kita pergi kemari, kan?” Sayang seribu sayang, Loka justru mendapat gelengan kepala pelan dengan wajah menunduk. “Maaf, Putri, tetapi saya tadi sedikit melamun dan tidak memperhatikan jalan.” Loka menepuk jidat keras, mereka benar-benar terjebak. Dia terlalu asyik berbicara dan entah berjalan ke mana, di depan mereka hanya kumpulan semak belukar, pohon pisang, dan pohon kayu lainnya yang mengelil